Dari ”Video Game” di Dunia Virtual ke Sepak Bola di Dunia Nyata
Gim video sepak bola telah melampaui aktivitas di ranah virtual. Produsen gim ikut mengagas program pembinaan usia dini.
Sudah dua pekan terakhir, wajah penyerang sayap Real Madrid, Vinicius Junior, terpampang di sejumlah ruang publik Jakarta. Mulai dari layar digital raksasa di Bundaran Hotel Indonesia sampai pintu keluar Stasiun Palmerah, wajah bintang asal Brasil itu, yang sembari tersenyum, hadir untuk mempromosikan gim video terbaru besutan Electronic Arts(EA) Sports, FC24, versi gawai.
Promosi besar yang dilakukan EA, perusahaan video gim asal California, Amerika Serikat, didasari demi mengenalkan publik terhadap jenama baru mereka. Sejak gagal mencapai kesepakatan untuk melanjutkan kemitraan dengan FIFA, EA Sports menjalani gim video mereka dengan nama baru tanpa embel-embel badan sepak bola dunia itu.
Erling Haaland, striker Manchester City, menjadi model tunggal di sampul edisi konsol dan digital, sedangkan Vinicius mengisi avatar di versi gawai dengan nama FC Mobile. Dengan nama baru, EA mengawali dengan dua bintang masa depan sepak bola dunia. Mereka tak lagi menggunakan wajah dua megabintang, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Baca juga : Mencari Pihak yang Diuntungkan dari Perceraian EA dengan FIFA
Di luar promosi gila-gilaan, EA juga mulai menggagas sejumlah inisiatif baru yang belum pernah dilakukan sejak gim video sepak bola mereka luncurkan pertama kali pada 1993. Gim sepak bola perdana kreasi EA bernama FIFA International Soccer.
Salah satu program yang diperkenalkan EA di tahun ini adalah FC Futures. Itu adalah program ambisius EA untuk proyek pengembangan sepak bola akar rumput.
Tak tanggung-tanggung, EA mengalokasikan dana 10 juta dollar AS atau sekitar Rp 158,6 miliar untuk menjalankan proyek itu selama tiga tahun. Artinya, FC Futures berbiaya lebih dari 3 juta dollar AS (Rp 47,6 miliar) per tahun.
Secara jumlah, itu adalah nilai ”sumbangan” terbesar perusahaan gim video terhadap sepak bola di dunia nyata. Tetapi, angka itu hanya nilai yang amat kecil bahkan cuma seujung kuku dari pendapatan per tahun EA dari FIFA atau kini, FC24, sekitar 7,4 miliar dollar AS (Rp 117,3 triliun).
”Kami memiliki kesempatan untuk mengevaluasi ulang dan melihat peluang baru (dari perpisahan dengan FIFA). Kami bisa menentukan lebih banyak keputusan untuk mengelola sendiri ekosistem kami serta menjalin hubungan melampaui olahraga dengan kebebasan dan otonomi,” ujar Direktur Pemasaran Senior EA James Salmon kepada The Athletic, awal Oktober lalu.
Dimulai di Inggris
EA bermitra dengan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) dan Premier League untuk menjalani tahun pertama FC Futures. Sebagai langkah awal, mereka menciptakan lapangan mini di wilayah London Selatan yang diberi nama The Rocky dan Wrighty Arena. Lapangan itu diharapkan bisa menambah akses sepak bola bagi anak-anak muda di komunitas itu dan menginspirasi hadirnya generasi pemain masa depan.
Football Manager, yang dikenal karena memiliki mega data untuk pemain di seluruh dunia, pernah membantu Filipina dan Chile menemukan pemain diaspora mereka.
Wakil Presiden Pemasaran Jenama EA Sports David Jackson mengatakan, dimulainya FC Futures di Inggris didasari adanya program amal Premier League bernama Yayasan Sepak Bola. Tujuan yayasan itu adalah membuat lapangan-lapangan sepak bola di kawasan yang selama ini tidak memiliki arena olahraga paling populer itu.
”Kami menantikan untuk bermitra dengan organisasi dan ikon sepak bola secara global untuk menginspirasi generasi baru fans sepak bola muda dan mengembangkan kecintaan mereka kepada permainan,” ucap Jackson dalam siaran pers EA.
Tidak hanya lapangan baru, FC Futures juga berencana memperbaiki sejumlah lapangan di Inggris, utamanya yang digunakan untuk liga amatir tingkat wilayah. Selain itu, FC Futures juga tengah membangun perpustakaan umum yang dapat digunakan oleh pemain muda dan pelatih sepak bola komunitas untuk menambah pengetahuan terhadap sepak bola. Buku, jurnal, hingga modul latihan, tersedia secara luring dan daring dalam lima bahasa.
Di luar sarana dan pengetahuan, FC Futures juga menyediakan sejumlah peralatan latihan, di antaranya bola, rompi, dan corong latihan. EA juga telah menandatangani kerja sama dengan Program Akar Rumput milik Asosiasi Sepak Bola Uni Eropa (UEFA). Bersama UEFA, EA berharap bisa mencapai sasaran yang optimal untuk mewujudkan inklusivitas sarana sepak bola, kemudian meningkatkan akses anak-anak muda di seluruh Eropa demi memenuhi mimpi sebagai pesepak bola profesional.
Baca juga : Ramalan Gim FIFA Pengganggu Amalan Tim-Tim Piala Dunia
”Dengan tim ahli edukasi teknis UEFA, kami akan bekerja sama dengan EA Sports untuk mendukung permainan di akar rumput. Kemitraan ini memberikan kesempatan kepada Program Akar Rumput UEFA untuk mempermudah akses dan membenahi peralatan latihan yang dapat menguntungkan bagi pemain muda,” kata Frank K Ludoph, Kepala Pengembangan Teknis UEFA.
Dua pesaing
EA memperkenalkan cara baru perusahaan gim video untuk berkontribusi nyata bagi pengembangan sepak bola. Alih-alih sekadar memanfaatkan fanatisme besar fans sepak bola dengan menyediakan gim simulasi, EA telah memulai kontribusi aktif untuk membuat program sendiri demi menghadirkan generasi baru pemain.
Di sisi lain, dua pesaing EA, yakni Konami, yang menciptakan eFootball/Pro Evolution Soccer, serta Sports Interactive yang mengembangkan Football Manager, juga telah menunjukkan inspirasi tersendiri dalam sepak bola di dunia nyata.
Konami, misalnya, menunjukkan dukungan terhadap sepak bola usia dini dengan mendukung Dana Cup, turnamen sepak bola usia 11 hingga 19 tahun di Denmark. Kemitraan itu terjalin sejak 2017.
Konami, melalui program pembinaan sepak bola, bekerja sama pula dengan Yayasan Barcelona, lembaga nirlaba milik klub Barcelona. Pada 2017, program itu digagas dengan anggaran 100.000 dollar AS (Rp 1,5 miliar) per tahun. Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sempat pula menjadi sasaran dari program itu pada Februari 2017.
Lain lagi cara Sports Interactive dan Football Manager menginspirasi sepak bola nyata. Football Manager, yang dikenal karena memiliki mega data untuk pemain di seluruh dunia, pernah membantu Filipina dan Chile menemukan pemain diaspora mereka.
Baca juga : Karier Atlet ”E-Sport” Semakin Menjanjikan
Pada 2005, James dan Philip Younghusband, yang terdata dalam Akademi Chelsea, diidentifikasi Football Manager memiliki darah Filipina. Hal itu membuat Federasi Sepak Bola Filipina memanggil mereka untuk membela negara Asia Tenggara itu. Philip pun kini tercatat sebagai pencetak gol terbanyak timnas Filipina dengan koleksi 52 gol dari 108 cap.
Terkini, Chile mendapat penyerang diaspora, Ben Breteton, setelah fans timnas mendapatkan data sang pemain di Football Manager. Breteton, yang kala itu membela Blackburn Rovers, diketahui memiliki darah Chile, sehingga Asosiasi Sepak Bola Chile menawarinya untuk mengurus paspor Chile.
Ia pun telah membela Chile sejak Mei 2021. Brereton, yang kini bermain untuk Villarreal, telah menghasilkan tujuh gol dari 21 penampilan bersama Chile.
Ternyata, gim simulasi sepak bola tidak hanya berguna sebagai sarana fans meluapkan hobi besar mereka. Lebih jauh dari itu, produsen gim juga bisa memberikan dampak riil bagi sepak bola di dunia nyata.