Bumerang Loyalitas Southgate pada Barisan ”Tiga Singa”
Kepercayaan publik Inggris terhadap Southgate semakin menipis. Saatnya Southgate menjawab keraguan itu dalam laga krusial versus Italia.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Bagi Pelatih Inggris Gareth Southgate, laga versus Italia bukan hanya penting untuk kelolosan ke Piala Eropa Jerman 2024. Dia juga berutang pembuktian kepada para pendukung yang mulai geram, pemanggilan berulang pemain veteran ”Tiga Singa” bukan hanya sebatas loyalitas semu.
Atmosfer kurang bersahabat terekam jelas jelang laga kualifikasi Grup C versus Italia di Stadion Wembley, Rabu (18/10/2023) dini hari WIB. Di tempat yang sama, Jumat lalu, gelandang veteran Inggris, Jordan Henderson, dicemooh para pendukung saat pergantian pemain dalam laga persahabatan melawan Australia.
Henderson pertama kali dipanggil timnas setelah pindah ke Liga Arab Saudi. Ada dua hal yang menjadi tanda tanya publik Inggris. Keseriusan mantan pemain Liverpool itu terhadap isu jender diragukan. Dia mendukung Arab Saudi, yang terbilang konservatif dalam isu hubungan sesama jenis, untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034.
Selain sisi politis, kualitas gelandang 33 tahun itu juga dikhawatirkan tidak berada di standar timnas Inggris. Seperti kata jurnalis senior The Times, Henry Winter, intensitas Liga Arab Saudi jauh lebih rendah ketimbang Liga Inggris. ”Saya berpikir tidak seharusnya dia ada di tim ini. Inggris harus beranjak,” ujarnya kepada TalkSport.
Seperti diketahui, Southgate terkenal sebagai pelatih yang sangat loyal terhadap para pemainnya. Bukti paling nyata adalah bek Manchester United, Harry Maguire, yang terus dipanggil meskipun tidak mendapatkan menit bermain di klub. Dia mengutamakan stabilitas ketimbang bereksperimen dengan wajah-wajah baru.
Sikap loyal Southgate kini terancam menjadi bumerang setelah insiden Henderson. Laga besar versus Italia akan sangat memengaruhi penilaian publik terhadapnya. Apalagi, duel nanti sangat penting. Inggris hanya butuh satu kemenangan atas Italia untuk memastikan lolos kualifikasi Piala Eropa.
Sikap loyal Southgate kini terancam menjadi bumerang setelah insiden Henderson. Laga besar versus Italia akan sangat memengaruhi penilaian publik terhadapnya.
Menurut Southgate, Henderson masih bagian terpenting dalam skuad Inggris, terlepas bermain di liga mana pun. Dia masih sangat dibutuhkan, seperti saat mereka lolos ke final Piala Eropa 2020 dan semifinal Piala Dunia 2018. Southgate berharap, insiden di laga sebelumnya tidak terulang dan publik Inggris mendukung skuad sepenuhnya.
”Saya benar-benar tidak mengerti. Apa hubungan (masalah di luar lapangan) dengan mendukung sosok yang berseragam Inggris? Dia sudah 79 kali tampil bersama timnas. Komitmennya luar biasa. Dia pemain yang sangat profesional dan penting untuk tim ini. Dia memberi pengaruh luar biasa untuk pemain lain,” jelas Southgate.
Kedatangan Italia ke Wembley kembali membuka luka lama Inggris. Dua tahun lalu, mereka menaklukkan Inggris di final Piala Eropa lewat adu penalti. Terlepas dari kisah lama itu, suasana di sekitar ruang ganti Italia juga kurang kondusif. Semua akibat skandal perjudian yang melibatkan dua pemain, Sandro Tonali dan Nicolo Zaniolo.
Tonali dan Zaniolo terpaksa dipulangkan ke klub masing-masing setelah isu tersebut menyebar. Soal kehilangan, Pelatih Italia Luciano Spalletti tidak terlalu mengambil pusing. Bagi dia, laga nanti sama seperti yang lain. Bukan hanya tentang kelolosan dari babak kualifikasi.
”Ini adalah laga yang harus kami mainkan dengan bahagia, melampaui segala batasan yang ada di hadapan kami. Saya ingin melihat karakter dari tim ini. Laga nanti bisa memperlihatkan di mana potensi kami yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk terus berkembang dan memperlihatkan sikap kami,” tutur Spalletti.
Saat ini, Inggris memuncaki klasemen sementara Grup C dengan 13 poin dari 5 laga. Italia (5 laga) dan Ukraina (6 laga) menempel dengan 10 poin. Jika menang, Inggris akan mengamankan dua peringkat teratas grup karena sudah terpaut 6 poin dengan dua laga tersisa. Adapun Italia dan Ukraina masih akan saling berhadapan di laga terakhir.
Kehilangan Saka
Lini serang Inggris cukup mengkhawatirkan tanpa kehadiran penyerang sayap Bukayo Saka yang sedang cedera. Saking butuh jasa pemain Arsenal itu, Southgate sempat tetap memanggil Saka ke pemusatan latihan di St George’s Park, sehari setelah pemain Arsenal itu absen saat bertemu Manchester City.
Tim medis Inggris ingin memastikan sendiri kondisi cedera Saka mengingat laga melawan Italia masih berlangsung sekitar 10 hari lagi. Namun, hal itu percuma. Saka yang menyumbang 4 gol dan 1 asis selama kualifikasi dipulangkan kembali ke klub untuk melanjutkan rehabilitasi cedera.
Saka, di posisi kanan, merupakan titik utama serangan Inggris. Penyerang 22 tahun itu mencatat kontribusi gol terbanyak (4 gol dan 1 asis) setelah penyerang Harry Kane (5 gol dan 2 asis). Untuk mengisi kekosongan itu, Inggris sangat membutuhkan ketajaman dari gelandang Real Madrid, Jude Bellingham.
Bellingham memang belum menyumbang gol ataupun asis dalam tiga penampilan di kualifikasi. Namun, dia sudah membuktikan kualitas sebagai pencetak gol ulung di Madrid pada musim ini. Bellingham bisa mencetak 10 gol dari 10 laga di ”El Real” karena diberikan keleluasaan masuk ke kotak penalti. (AP/REUTERS)