Akademi La Masia kembali melahirkan bocah ajaib, Lamine Yamal. Namanya pun langsung dibandingkan dengan Lionel Messi. Di sisi lain, status itu bisa menjadi kutukan.
Oleh
PRASETYO EKO PRIHANANTO
·5 menit baca
Bojan Krkic, Gai Assulin, Alen Halilovic, dan masih banyak lagi nama pemain muda yang disebut sebagai penerus Lionel Messi. Banyak yang tak lagi mengenali nama-nama itu karena karier mereka berjalan tak seperti yang diharapkan. Bagi para pemain itu, disebut sebagai penerus Messi seakan menjadi sebuah ”kutukan”.
Setelah Messi pergi pada 2021, Barcelona ingin memiliki seorang penerus yang pantas untuk mengisi sepatu sang legenda. Tak hanya dari akademi, mereka juga berburu pemain dari berbagai penjuru dunia. Sejumlah pemain muda muncul dengan penampilan sensasional. Namun, nama mereka lama-lama tenggelam, entah karena cedera atau karena tak lagi tampil prima. Sebaliknya, nama Messi masih berkibar hingga sekarang.
Kini, akademi sepak bola La Masia kembali melahirkan bocah ajaib dalam diri Lamine Yamal yang baru berusia 16 tahun. Ia pun langsung dibanding-bandingkan dengan sang legenda yang juga lahir dari akademi sepak bola terkenal itu. Ia memanggul beban penerus Messi seperti Bojan Krkic, Gai Assulin, dan Alen Halilovic, termasuk yang masih segar, Ansu Fati.
Barca pun percaya mereka telah menemukan penerus takhta yang pantas. Untuk itulah, mereka buru-buru mengikat Yamal dengan kontrak fantastis, memperpanjang durasinya hingga 2026. Kesepakatan baru yang ditandatangani oleh Yamal juga mencakup klausul pelepasan (release clause) sebesar 1 miliar euro, serupa dengan yang diberlakukan untuk bintang muda Barca lainnya, yaitu Gavi, Pedri, dan Fati. Sebuah angka yang fantastis.
Artinya, jika Barca tidak mau bernegosiasi, tetapi ada klub yang berniat meminang para pemain itu, mereka harus menawar hingga nilai pelepasan itu untuk bisa mendapatkan pemain dimaksud. Namun, dengan catatan, pemain itu mau pergi.
Mengapa Yamal dibanding-bandingkan dengan Messi? Selain karena harapan besar Barca untuk kembali memiliki pemain sehebat Messi, alasannya karena penampilan pemain berpaspor Spanyol itu mirip legenda asal Argentina itu, terutama kepiawaiannya menciptakan peluang di sepertiga akhir lapangan.
Pemain kelahiran 13 Juli 2007 itu menjadi debutan termuda Barcelona pada usia 15 tahun 290 hari, yaitu saat tampil melawan Real Betis di La Liga pada 29 April 2023. Ia masuk menggantikan Gavi pada menit ke-83 pada laga yang berakhir 4-0 untuk Barca.
Menurut Opta, sebelum cedera, Fati rata-rata melakukan percobaan mengiring bola 5,1 kali per 90 menit. Namun, musim lalu, catatannya turun menjadi hanya 3,3 kali.
Pelatih Barcelona Xavi, yang juga produk akademi La Masia, pun tak ragu-ragu untuk membandingkannya dengan Messi. ”Dia pemain yang serupa karena dia memiliki bakat (bermain) di sepertiga akhir lapangan yang sulit ditemukan,” ujar Xavi ketika ditanya apakah kedua pemain itu bisa dibandingkan, selepas laga melawan Betis.
Rangkaian rekor
Musim ini, pemain yang lahir di Esplugues de Llobregat, bagian dari kawasan metro Barcelona, itu menjadi starter termuda di La Liga di abad ke-21. Dia juga pemberi asis termuda dalam rentang waktu yang sama. Yamal juga baru saja menjadi pencetak gol termuda La Liga pada usia 16 tahun 87 hari, mengalahkan rekor yang dibuat oleh pemain Malaga, Fabrice Olinga, ketika membobol gawang Granada, 8 Oktober 2023.
Bulan lalu, ia juga menjadi pemain dan pencetak gol termuda Spanyol saat ”La Roja” mengalahkan Georgia 7-1 di kualifikasi Piala Eropa 2024. Namun, pada laga kualifikasi Piala Eropa pekan ini, Yamal harus absen memperkuat timnas Spanyol karena cedera pinggul yang dialaminya.
Cedera memang bagian dari seorang pesepak bola, tetapi inilah kekhawatiran terbesar ketika seorang pemain muda mulai muncul. Harapan besar yang ditimpakan ke pundak pemain muda itu bisa rusak karena cedera.
Itulah kini yang tengah terjadi pada diri Ansu Fati, sosok pemain muda yang juga disebut sebagai penerus Messi. Cedera berkepanjangan membuat Fati, yang masih berusia 20 tahun, kehilangan tempat di Barca dan kini dipinjamkan ke klub Liga Inggris, Brighton and Hove Albion.
Banyak yang tidak percaya mendengar kabar itu. Namun, demikianlah kenyataannya. Jangan salah, Brighton bukan Stoke City yang menjadi persinggahan ”titisan” Messi yang lain, Bojan Krkic, sembilan tahun lalu. Brighton adalah klub yang tengah naik daun di bawah kepelatihan Roberto De Zerbi dan secara konsisten memainkan sepak bola atraktif. Ansu Fati pun masih memiliki cukup waktu untuk memenuhi semua potensi bakatnya.
Lalu, pertanyaannya, mengapa Barca membiarkan pemain itu pergi dari Camp Nou?
Pada 25 Agustus 2019, hanya dalam usia 16 tahun, Fati dipercaya menjalani debutnya di tim pertama Barca oleh pelatih Ernesto Valverde melawan Real Betis. Waktu itu, ia menjadi pemain termuda kedua yang menjalani debut dalam sejarah klub tersebut.
Fati kemudian menjadi pencetak gol termuda dalam sejarah Liga Champions Eropa, yaitu saat melawan Inter Milan. Panggilan ke timnas senior Spanyol pun tak lama menyusul. Ia kemudian menjadi pemain termuda La Roja sejak 1936 ketika tampil melawan Jerman. Pemain kelahiran 31 Oktober 2002 ini kemudian menjadi pencetak gol termuda La Roja (sebelum dipecahkan Yamal) saat mencetak gol ke gawang Ukraina.
Bencana cedera
Namun, bencana datang ketika ia bermain melawan Betis pada November 2020. Fati mengalami cedera parah di lutut kirinya akibat tekel dari Aissa Mandi. Seperti dikutip dari laman Opta Analyst, masalah pada masa pemulihan cederanya ini membuatnya harus menjalani operasi lanjutan, totalnya empat kali operasi. Butuh waktu 11 bulan sebelum Fati kembali menendang bola.
Saat kembali dari cedera, Fati langsung mengenakan nomor punggung ikonik, 10, setelah Messi secara mengejutkan hengkang ke Paris Saint-Germain pada 2021. Itu adalah kepercayaan sangat besar yang diberikan kepada Fati sekaligus beban yang seharusnya tidak perlu ditimpakan kepada pemain belia tersebut.
Fati mencetak gol hanya 10 menit setelah ia kembali bermain selepas cedera melawan Levante. Namun, selama sisa musim 2021-2022, penampilannya terus terganggu cedera. Kariernya sejak itu seperti hilang timbul.
Musim lalu, Fati secara total bermain 51 kali, tetapi hanya 14 kali sebagai pemain mula. Xavi pun mulai kehilangan kepercayaan terhadapnya dan lebih memilih Ousmane Dembélé atau Gavi untuk bermain di lini serang bersama Robert Lewandowski dan Raphinha.
Penampilan Fati juga berubah dibanding sebelum cedera. Menurut Opta, sebelum cedera, Fati rata-rata melakukan percobaan mengiring bola 5,1 kali per 90 menit. Namun, musim lalu, catatannya turun menjadi hanya 3,3 kali. Hal itu bisa terjadi karena ia kini kurang yakin dengan kondisi fisiknya atau memang karena instruksi dari Xavi.
Awal musim ini, kepercayaan Xavi pada Fati terus berkurang. Ironisnya, ia digantikan oleh pemain yang juga disebut penerus Messi, yaitu Yamal. Itulah mengapa akhirnya Fati bersedia pergi ketika Brighton meminjamnya dan Barca sepakat melepasnya.
Yamal masih memiliki waktu panjang untuk meniti kariernya. Namun, cedera kini juga mulai menghantuinya hingga batal memperkuat Spanyol, pekan ini. Apakah Yamal bisa melepas ”kutukan” para penerus Messi? (AP/AFP)