Tottenham dan ”Bulan Madu” Tanpa Ujung Postecoglou
Kisah ”bulan madu” Postecoglou di Tottenham tidak datang tiba-tiba. Sang manajer telah merevolusi keseluruhan mentalitas dan filosofi tim.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Bagi Ange Postecoglou, pengalaman memimpin Tottenham Hotspur pada awal musim ini terasa lebih seperti mimpi. Dia mengambil posisi yang ditolak oleh banyak manajer sebelumnya karena terlalu sulit, lalu membuatnya jadi terlihat seperti pekerjaan termudah di dunia.
”Bulan madu” Postecoglou bersama Spurs terus berlanjut hingga pekan ke-8 di markas Luton Town, Stadion Kenilworth Road, Sabtu (8/10/2023). Bahkan, setelah hanya bermain dengan 10 pemain akibat kartu merah gelandang Yves Bissouma, Spurs masih mampu mencuri kemenangan 1-0 lewat gol bek Micky van de Ven.
”Si Lili Putih”, julukan Spurs, langsung meloncat ke puncak klasemen sementara dengan 20 poin, hasil dari rekor belum terkalahkan (6 menang, 2 imbang). Menurut Opta, tim London Utara itu sukses mencatatkan jumlah poin terbanyak dalam delapan pekan awal sejak musim 1960-1961 (24 poin) ketika mereka menjadi juara liga.
Sebelum Postecoglou, beberapa manajer dunia berkali-kali menolak Spurs. Dari Julian Nagelsmann, Luis Enrique, hingga terakhir Arne Slot.
Pencapaian itu teramat spesial mengingat Postecoglou baru datang empat bulan lalu. ”(Hasil) itu bukanlah pelayaran yang mudah. Kami harus tertinggal lebih dulu di kandang lawan sampai mencetak gol di menit akhir. Sangat baik ketika tim ini bisa mendapat hasil bagus dengan kerja keras selama ini,” ucap Postecoglou.
Sebelum Postecoglou, beberapa manajer dunia berkali-kali menolak Spurs. Dari Julian Nagelsmann, Luis Enrique, hingga terakhir Arne Slot. Banyak yang menghindar karena pengalaman buruk para manajer sebelumnya, Jose Mourinho dan Antonio Conte, yang tidak didukung klub, tetapi dibebani ekspektasi tinggi.
Postecoglou mengambil pekerjaan amat sulit itu, lalu melepaskan status Spurs sebagai tim pesakitan. Setidaknya hal tersebut terlihat berhasil pada awal musim ini. Di Liga Inggris, ”bulan madu” atau periode indah di awal-awal manajer baru memang sering terjadi. Tren positif berlanjut hingga hasil buruk melanda.
Namun, terlepas dari berapa lama fase itu akan bertahan, Spurs sudah berada dalam jalan yang benar. Postecoglou setidaknya berhasil menghilangkan dua racun dari tubuh Spurs, yaitu tidak punya mental pemenang dan filosofi bertahan nan pragmatis yang tidak relevan lagi di Liga Inggris.
Rio Ferdinand, mantan bek peraih enam trofi Liga Inggris, mengatakan, perubahan suasana ruang ganti Spurs sangat terasa. Postecoglou yang dikenal sebagai sosok motivator ulung sejak melatih di Australia berhasil mengubah pola pikir para pemain. Terlihat dari berkali-kali kebangkitan musim ini, seperti versus Arsenal dan Luton.
”Saya pikir ada kelembutan pada tim Tottenham selama setahun terakhir ini. Musim lalu mereka akan kalah dalam pertandingan ini (versus Luton). Mereka akan bermain dengan 10 orang dan menyerah. Jelas ada perubahan nyata dari ruang ganti,” kata Ferdinand, seperti dikutip TNT Sports.
Keinginan menang Spurs terlihat dari statistik. Mereka sangat agresif ketika bertahan. Berdasarkan data Whoscored, Son Heung-min dan rekan-rekan merupakan tim dengan koleksi jumlah kartu terbanyak (27 kuning, 1 merah). Catatan itu unik karena Spurs adalah salah satu tim paling ofensif.
Redefinisi Postecoglou
Perubahan paling jelas terlihat dari cara bermain Spurs musim ini. Tidak ada lagi permainan bertahan seperti di era Conte dan Mourinho. Mereka bermain terbuka mengandalkan penguasaan bola dengan formasi modern 4-2-3-1. Menariknya, serangan mereka tidak hanya konstan, tetapi juga efektif.
Terbukti, Spurs selalu mampu mencetak gol di setiap pertandingan musim ini. Mereka juga mencatat jumlah tembakan di liga, rerata 19,1 kali, di atas tim yang terkenal dengan permainan ofensif, yaitu Manchester City (18,1 kali). Dari jumlah itu, mereka sudah mencetak 18 gol atau peringkat kedua terbanyak.
Spurs juga memimpin dalam hal kualitas peluang atau expected goals (xG). Menurut Opta, total kualitas peluang mereka mencapai 15,1 xG, di luar tendangan penalti. Sudah mencatat xG tertinggi, mereka juga masih mampu mencetak gol lebih dari kualitas peluang. Hal itu memperlihatkan efisiensi lini depan pasukan Postecoglou.
Kehilangan pencetak gol ulung sekelas Harry Kane bukan masalah besar. Terima kasih kepada Son dan evolusinya. Son sering digeser dari sisi sayap ke penyerang tengah. Hasilnya, pemain asal Korea Selatan itu sudah mencetak enam gol sejauh ini, hanya kalah dari pencetak gol terbanyak musim lalu, Erling Haaland (8 gol).
Kehadiran tenaga baru di lini serang, seperti gelandang James Maddison, juga sangat berpengaruh. Sudah lama Spurs tidak memiliki gelandang kreatif yang ahli menciptakan gol dan asis. Pemain tim nasional Inggris itu sudah mencatat 2 gol dan 5 asis dari 8 penampilan bersama Spurs.
Potensi terbaik skuad Spurs, kata Postecoglou, masih sangat jauh. ”Kami masih berada di titik awal dan perlu dorongan lebih. Salah satu kunci keberhasilkan kami adalah para pemain baru yang langsung memberikan pengaruh. Mereka masih terus berkembang. Itulah tujuan dan ambisi utama kami, untuk terus lebih baik,” ujarnya.
Menurut The Analyst, mereka merupakan tim kedua dengan lawan paling ringan dalam lima laga awal. Ujian sebenarnya baru akan dirasakan Spurs setelah jeda internasional. Di 10 laga ke depan, mereka sudah dinanti tim besar, seperti Chelsea, Manchester City, Newcastle United, serta ”kuda hitam” Aston Villa dan West Ham United.
Berakhirnya ”bulan madu” Postecoglou pun menjadi sebuah keniscayaan. Pada akhirnya, mereka juga akan mengalami kekalahan dan masa-masa sulit seperti semua tim lain. Namun, dilihat dari kualitas dan mentalitas, mereka akan bisa bangkit lagi untuk bersaing di papan atas pada akhir musim. (AP/REUTERS)