Mengintip ”Paddock” Ferrari di Balap Formula 1 Singapura
Menonton pujaan berlaga di lintasan balap Formula-1 dari kaca saja sudah menggembirakan. Apalagi kalau bisa menonton langsung di lapangan, bahkan bisa mengintip ”paddock” hingga berkesempatan bertemu dengan pebalap.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
Sebuah kompetisi internasional sekelas Formula-1 selalu menjadi magnet bagi jutaan penggemar. Tak heran, jika ada kesempatan melongok langsung ke paddock (area steril khusus untuk tim balap) tentu akan sangat menyenangkan.
Dengan semangat, Mirna, salah seorang penonton asal Filipina, menunjukkan foto dirinya dan teman-temannya berfoto dengan Carlos Sainz. Raut muka bahagianya menyiratkan betapa ia sungguh beruntung bisa berfoto dengan seorang pebalap Scuderia Ferrari.
”Tadi dia lewat dan langsung kami minta foto bersama,” katanya antusias. Mirna dan sejumlah orang pada pertengahan September lalu diundang untuk melongok paddock Scuderia Ferrari di Marina Bay Sands, Singapura. Ia dan teman-temannya bertemu dengan Carlos di jalanan area paddock.
Saat itu memang musim Grand Prix F1 2023 di Singapura. Babak kualifikasi seri ini berlansung Sabtu (16/9/2023) dan laga digelar keesokan harinya pada Minggu (17/9/2023) di Marina Bay Sands, Singapura. Sehingga, tak heran jika saat itu aktivitas di paddock ramai hilir mudik tim dan pebalap F1.
Mirna sebenarnya bukan penggila F1. Namun, ia saat itu berkesempatan menjelajahi paddock Ferrari. Awalnya ia hanya berjalan di sisi luar dan duduk di depan F1 pit bulding. Saat berada di bagian depan pit building itulah, melintas Carlos saat hendak masuk ke dalam paddock pebalap. Seketika, Mirna dan rombongan langsung meminta untuk berfoto bersama.
Mirna bersama rombongan adalah tamu undangan dari Shell, yang merupakan mitra kerja sama Ferrari. Tur paddock saat itu berupa merasakan masuk ke area tim, melongok laboratorium, dan sedikit melongok ke bengkel tim (bagian belakang). Di setiap lokasi, ada penanggung jawab yang akan menjelaskan aturan serta menerangkan soal aktivitas di sana.
Tentu saja, pengalaman mengintip paddock F1 tim Ferrari tersebut cukup berkesan. Apalagi, tidak semua orang punya kesempatan tersebut. Untuk bisa mengikuti tur paddock tersebut, panitia menyebut setidaknya orang harus membayar sekitar 8.000 euro atau setara dengan Rp 150 juta. Tentu nilai yang tidak main-main, apalagi untuk kaum ”mendang-mending” (istilah anak muda Indonesia menyebut orang yang sering membandingkan segala sesuatu dengan hal yang lebih rasional).
”Selamat datang di laboratorium tepi lintasan Shell. Ini adalah perlengkapan unik yang kami desain sendiri. Dan ini adalah sebuah kontainer. Ini cocok untuk semua jenis pesawat dan truk, dan akan pergi ke mana pun ke seluruh dunia setiap ada balapan. Jadi balapan di Amerika, Eropa, Asia Pasifik, kami pergi ke mana pun dengan laboratorium kontainer ini,” kata Valeria Loreti, Delivery Manager Motorsport Shell, menyapa anggota tur paddock kala itu.
Menurut Valeria, laboratorium kontainer tersebut dilengkapi semua peralatan yang kita perlukan untuk melakukan semua analisis terkait kebutuhan balapan. Ada lebih dari 50 tim teknis untuk mengerjakan bagian analisis tersebut.
Sebagian staf bertanggung jawab untuk mengembangkan produk Shell seperti oli mesin, cairan pendingin, penyimpanan udara, apa pun yang dibutuhkan kendaraan. Di bagian lain, tim melaporkan angka-angka analisa tersebut dan bertanggung jawab atas pengoperasian dan pemberian layanan sesuai jalurnya.
”Kami memiliki setidaknya dua analis, yaitu sebelum dan setelah balap. Tadi, Yun (menunjuk pada seseorang), dia sedang bekerja dan mereka bertanggung jawab untuk mengambil sampel bahan bakar dan minyak sebelum dan sesudah setiap sesi. Setiap sesi berarti seluruh latihan. Sebelum kualifikasi, kualifikasi, dan balapan,” kata Valeria.
Menurut dia, seluruh tim bekerja secara optimal di bidangnya masing-masing. Tujuannya adalah optimalisasi performa, efisiensi, dan keberlanjutan ke depannya. ”Jadi kami memeriksa dan meneliti dengan sangat cermat komposisi semua bahan bakar dan komponen yang digunakan. Sebab nanti ada petugas yang mencari tahu dan jika mereka menemukan sesuatu yang tidak persis sama dengan apa yang mereka ukur dan atur, tim bisa didiskualifikasi,” kata Valeria.
Namun secara umum, penelitian mengenai bahan bakar Shell tidak dilakukan dalam jumlah kecil seperti yang dilakukan di sana saat itu. Namun, ada tim internasional yang mengerjakan hal itu. Di sanalah tim teknis, yang oleh Valeria disebut jumlahnya lebih dari 50 itu, bekerja.
Ini sangat mendasar. Inovasi kami untuk F1, setiap kali kami menemukan sesuatu yang benar-benar baru, maka itu juga sesuatu yang masuk akal bagi semua pelanggan kami.
”Ini sangat mendasar. Inovasi kami untuk F1, setiap kali kami menemukan sesuatu yang benar-benar baru, maka itu juga sesuatu yang masuk akal bagi semua pelanggan kami. Sangat adaptif. Kami membawa eksplorasi dan inovasi itu langsung ke lintasan. Kami telah meluncurkan formulasi baru di seluruh Eropa dan Asia, dan kami memiliki hal baru yang kami optimalkan bahan bakarnya untuk semua orang di jalan,” katanya.
Dari lintasan balap F1 itulah, menurut Valeria, Shell dan Ferrari bekerja sama mencari formula terbaik, pada kondisi ekstrem, lalu kemudian didistribusikan ke pengguna secara umum.
Shell berinovasi dengan mengembangkan bahan bakar rendah karbon bermerek Shell V-Power E10 pada tahun 2022. Bahan bakar itu mengandung 10 persen etanol generasi kedua atau hampir dua kali lipat dari bahan bakar musim balap 2021 yang sebesar 5,75 persen. Shell akan menyediakan 100 persen bahan bakar ramah lingkungan pada 2026. Mereka mendapat pasokan bioetanol tetes tebu dari mitra di Brasil.
”Kami tidak bisa berinovasi dengan teknologi tinggi tanpa melibatkan pelanggan. Pahami kebutuhan konsumen, lalu gunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” kata Executive Vice President for Global Lubricants Shell Jason Wong menjelaskan kolaborasi dalam setiap inovasi Shell.
Mengintip paddock Scuderia Ferrari seolah memberi gambaran kerja sama selama lebih dari 70 tahun antara Shell dan Scuderia Ferrari. Kerja sama untuk transisi energi agar keduanya bisa mencapai nol jejak karbon demi mendukung energi bersih di masa depan.