Piala Dunia U-17, Kesempatan Surabaya Kenalkan Wisata Sejarah
Momen Piala Dunia U-17 di Surabaya, Jawa Timur, 10-21 November 2023, akan dimanfaatkan untuk mengenalkan wisata sejarah hidup ”Kota Pahlawan” kepada dunia.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
Warga duduk di depan bangunan kosong di Jalan Panggung, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/5/2023). Jalan Panggung yang masuk dalam kawasan kota tua Surabaya sempat direvitalisasi pemerintah kota pada 2019.
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya akan memanfaatkan Piala Dunia U-17 sebagai ajang promosi wisata sejarah. Wisata ini berpotensi meningkatkan tingkat ekonomi warga di sekitarnya.
Dalam rangkaian Piala Dunia U-17, 10 November-2 Desember 2023, Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya bakal menjadi tuan rumah penyisihan Grup A dan 16 besar. Grup A terdiri dari Indonesia, Ekuador, Panama, dan Maroko. Khusus laga di Surabaya berlangsung pada 10-21 November.
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata Surabaya Wiwiek Widayati, Selasa (3/10/2023), mengatakan, Surabaya, bakal didatangi banyak pencinta bola Tanah Air dan internasional. Hal itu menjadi kesempatan baik mempromosikan pesona Surabaya.
Sejauh ini, sejumlah acara telah dilakukan. Surabaya memulai promosi lewat atraksi olah bola, klinik kepelatihan, dan sepak bola jalanan.
Selain itu, dimulai turnamen U-15 antarkelurahan hingga sepekan jelang acara puncak piala dunia. Ke depan, kata Wiwiek, potensi yang akan dipromosikan adalah wisata sejarah.
Wiwiek melanjutkan, Surabaya juga punya sekitar 300 bangunan cagar budaya. Dia mencontohkan, kawasan religi kuno Ampel hingga Kampung Peneleh. Selain itu, ada Kampung Maspati yang kental dengan arsitektur lawasnya.
”Lokasi, bangunan, dan peninggalannya sudah ada. Tantangannya menghidupkan hingga memberdayakan warga agar mendapatkan manfaat ekonomi dan sosial,” kata Wiwiek.
Ketua RW 006 Bubutan, Surabaya, Suyatno mengatakan, Maspati berpotensi didatangi wisatawan kapal pesiar yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak. Wisatawan bisa menikmati aktivitas sosial ekonomi budaya yang digelar mandiri oleh warga.
”Agustus lalu, kami mengadakan pentas jazz, keroncong, dan ludruk di panggung-panggung mini. Semua menjadi hiburan bagi siapa saja yang berkunjung ke Maspati,” kata Suyatno.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut telah menyiapkan program penataan kawasan bersejarah yang disebut ”Suroboyo Kutho Lawas”. Lokasinya di koridor Jalan Karet, Jembatan Merah, dan daerah sekitarnya.
Nantinya, aspal di Jalan Karet akan diganti dengan balok beton (conblock). Selain itu, akan ada hiasan ornamen lampu-lampu kuno.
Koridor ini terintegrasi dengan Jalan Kembang Jepun (Kya-Kya). Kawasan itu adalah kawasan niaga Pecinan dan Pasar Pabean.
Selanjutnya, gedung-gedung tua di sekitar Jembatan Merah dan kantor Polrestabes Surabaya akan dihidupkan. Aktivitas ekonomi, seperti restoran dan ruang kerja bersama, akan dibentuk di sana.