Kerja keras Kimberley, termasuk versus Jepang di Asian Games, diharapkan dicontoh pebasket timnas putri Indonesia lain. Banyak pelajaran yang juga bisa dipetik dari Hangzhou, termasuk cara melawan tim raksasa.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
HUANGZHOU, SENIN —Forward naturalisasi, Kimberley Pierre-Louis, menerangi hingga akhir perjalanan tim nasional bola basket putri Indonesia di Asian Games Hangzhou 2022. Kehadiran Kimberley, ditambah penampilan berani tim saat melawan raksasa Asia, China dan Jepang, adalah bekal berharga untuk memacu prestasi basket putri.
Kimberley tampil gemilang melawan Jepang dalam pertandingan perempat final Asian Games Hangzhou 2022, Senin (2/10/2023). Bermain di Shaoxing Olympic Sport Centre Gymnasium, Kimberley menjadi pencetak poin terbanyak untuk Indonesia dengan 17 poin. Dia juga menciptakan 1 asis dan 11 rebound.
Indonesia memang kalah, 47-89, dari Jepang yang merupakan peringkat dua Asia dan peringkat satu babak grup Asian Games. Dengan tidak ada laga perebutan peringkat 5 hingga 8, maka kekalahan itu juga menandai aksi terakhir timnas di Hangzhou. Indonesia pulang sebagai peringkat ke-8, sesuai peringkat terakhir di babak grup.
Namun, penampilan bersinar Kimberley menerangi kegelapan akibat kekalahan itu. Sebagai salah satu pemain yang diandalkan dalam tim, Kimberley membalas kepercayaan itu dengan performa impresif. Dia total telah mencetak 98 poin atau rata-rata 24,5 poin per laga di Asian Games.
Tepis mula laga perempat final Asian Games Hangzhou 2022 antara Indonesia dan Jepang, di Shaoxing Olympic Sport Centre Gymnasium, Hangzhou, Senin (2/10/2023).
”Tidak selalu mudah (menjadi pemain yang diandalkan). Namun, saya mencoba untuk tetap tenang dan tampil sebaik mungkin. Rekan setim juga selalu berbicara dan menyemangati saya, itu sangat membantu,” tutur Kimberley.
Aksi Kimberley juga konsisten selama total empat pertandingan di Asian Games. Kimberley bahkan mencetak 44 poin dengan waktu bermain mencapai 38 menit 27 detik. Artinya, dia mencetak lebih dari separuh perolehan angka Indonesia (69 poin) dengan nyaris tanpa istirahat.
Kimberley mengatakan, mewakili Indonesia merupakan hal yang sangat berarti untuknya. Pemain berusia 30 tahun ini pun sangat bangga dengan keputusannya beralih kewargaanegaraan. Semua terasa mudah, kata Kimberley, karena rekan setim, pelatih, dan manajer menerimanya dengan sangat baik.
”Mereka mengizinkan saya untuk menjadi bagian dari proses mereka tumbuh dan menjalani beberapa pengalaman yang sangat menakjubkan. Saya selalu ingin bermain di panggung besar internasional dan mereka memberi saya kesempatan luar biasa itu,” tutur mantan pemain klub Jerman, Rutronik Stars Keltern ini.
Namun, tidak dengan Kimberley. Dia bermain dengan hati, bukan karena materi.
Kualitas diri seorang Kimberley lengkap. Dengan dukungan postur tubuh (183 cm), Kimberley tak hanya bisa diandalkan dalam mencetak poin, agresivitasnya dalam menyerang juga memungkinkannya memancing lawan melakukan pelanggaran. Pada akhirnya, itu memberi peluang untuk menempatkan pemain kunci lawan untuk berada di bangku cadangan.
Memacu timnas putri
Pemain yang debut bersama timnas Indonesia pada SEA Games Vietnam 2021 itu juga kerap menarik pemain bertahan lawan sehingga membuka peluang bagi rekan setim untuk mencetak poin. Saat bertahan, Kimberley menunjukkan kualitasnya di bawah ring, baik dengan penjagaan lawan maupun perebutan bola rebound. Itu memungkinkan Indonesia mendapatkan lebih banyak penguasaan bola.
Manajer sekaligus penanggung jawab timnas basket putri, Christopher Tanuwidjaja, mengatakan, Kimberley merupakan sosok pekerja keras. Christopher, yang menemukan bakat Kimberley dan menawarkannya naturalisasi, berharap kerja keras yang ditunjukkan pemain itu dapat menjadi contoh pemain lain. Pengetahuan basket Kimberley juga diharapkan dapat tertransfer ke rekan setim.
Pada intinya, kata Christopher, kehadiran Kimberley diharapkan memacu prestasi basket putri Indonesia. Itu merupakan impiannya ketika mengajak Kimberley bergabung, terutama prestasi di SEA Games dan naik peringkat, baik Asia maupun dunia. Impian Christopher itu terwujud ketika Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah meraih emas SEA Games Kamboja 2023.
Peringkat Indonesia juga perlahan naik, dari peringkat ke-10 Asia dan ke-61 dunia pada Desember 2021 menjadi ke-9 Asia dan ke-51 dunia pada 21 Agustus 2023. Tak hanya itu, timnas juga promosi Piala Asia FIBA 2025 Divisi A.
Terlepas dari kualitas yang dimiliki, Christopher bangga dengan Kimberley karena selalu bermain dengan kecintaan yang besar bagi Indonesia. ”Saya sudah mengurus basket selama 16 tahun dan sudah biasa melihat pemain naturalisasi dan lokal yang bermain asal, hanya menuntut fasilitas tanpa memberi kinerja maksimal. Namun, tidak dengan Kimberley. Dia bermain dengan hati, bukan karena materi,” kata Christoper.
Memenuhi target
Adapun Indonesia pulang dari Hangzhou sebagai peringkat ke-8, hasil yang sesuai target awal. Poin positif lain, para pemain menunjukkan penampilan berani dan percaya diri ketika bertemu tim-tim raksasa, seperti China dan Jepang.
Saat melawan Jepang, nyaris semua pemain mencetak poin. Setelah Kimberley, pencetak poin terbanyak kedua adalah guard Agustin Elya Gradita Retong dengan 7 angka, 2 asis, dan 5 rebound. Para pemain berani menusuk ke area berwarna, memanfaatkan ruang kosong untuk menembak, dan melakukan percobaan tembakan lainnya. Pada kuarter pertama, Indonesia bahkan sempat sekali unggul dua poin, memaksa Jepang terlibat empat kali pergantian keunggulan dan tiga kali situasi imbang.
Mengimbangi Jepang, meskipun hanya satu kuarter, merupakan suatu prestasi bagi Indonesia. Jepang adalah peraih 10 medali Asian Games. Mereka juga menjuarai Piala Asia sebanyak 6 kali. Pada level dunia, Jepang mampu meraih medali perak pada Olimpiade Tokyo 2020.
”Sejak awal, saya memang berharap kami bisa bertemu Jepang dan China di Asian Games. Kesempatan langka untuk kami bisa belajar dari dua tim terbaik di Asia tersebut. Toh, kami sudah masuk target awal 8 besar. Dengan hasil itu, Indonesia tetap layak masuk ke Asian Games selanjutnya” tutur Christopher.
Problemnya, Indonesia justru kesulitan melawan tim dengan peringkat lebih rendah. Melawan India (peringkat ke-13 Asia), Indonesia kalah. Adapun melawan Mongolia (peringkat ke-18 Asia), tim asuhan pelatih Marlina Herawan ini menang susah payah.
Hal ini menjadi perhatian mengingat Indonesia kini berada pada level yang lebih tinggi. Mereka akan bersaing dengan pemain-pemain papan atas Asia di Piala Asia dua tahun mendatang.