Sassuolo telah menegaskan identitas mereka sebagai ”pembunuh raksasa” di Liga Italia musim ini. Berkat Sassuolo, persaingan ”scudetto” menjadi lebih ketat.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
MILAN, KAMIS — Sassuolo tidak pernah masuk dalam radar sebagai tim yang berpeluang memperebutkan scudetto alias gelar juara Liga Italia. Begitu pun di musim ini. Namun, ”I Neroverdi” memiliki kans untuk memeriahkan persaingan papan atas.
Dalam empat hari terakhir, Sassuolo telah membuktikan bahwa mereka bisa mengimbangi tim-tim yang berambisi menjadi tim terbaik di Italia. Pembuktian itu dimulai dengan mengemas kemenangan terbesar mereka dalam sejarah menghadapi Juventus, Sabtu (23/9/2023) lalu.
Awalnya, Sassuolo dikira menang akibat ”kebodohan” pemain belakang Juve. Akan tetapi, blunder itu ternyata hasil dari pola permainan yang diterapkan Pelatih Sassuolo Alessio Dionisi.
Setelah Juve, giliran pemuncak klasemen, Inter Milan, yang harus mengakui keunggulan I Neroverdi, 2-1, di Stadion Giuseppe Meazza, Kamis (28/9/2023) di hari WIB. Sassuolo memutus rekor Inter yang selalu menang di lima laga awal Liga Italia pada musim ini.
Tak hanya menang, Sassuolo pun menjadi tim pertama yang bisa mencetak lebih dari satu gol ke gawang Inter, yang dikawal kiper Yann Sommer, pada musim ini. Laga itu adalah kemenangan keempat Sassuolo dalam laga tandang di Meazza sejak menembus Serie A di musim 2013-2024.
Alessio Dionisi, juru taktik Sassuolo, pun meraih kemenangan pertama dalam empat duelnya menghadapi Pelatih Inter Simone Inzaghi. Dalam tiga pertarungan sebelumnya, Inzaghi selalu menang.
”Kemenangan ini sangat memuaskan untuk tim. Setelah menang atas Juventus, kami menunjukkan determinasi dalam bertahan dan karakter ketika menguasai bola yang sama. Melawan Inter, yang jelas tim terkuat Serie A saat ini, saya bangga kami menegaskan karakter dan determinasi kami di sini,” ujar Dionisi kepada DAZN seusai laga.
Kemenangan yang diraih Sassuolo atas Juve dan Inter adalah kekalahan perdana yang didapatkan kedua tim di kompetisi domestik edisi 2023-2024. Maka, setelah melalui pekan keenam, sudah tidak ada lagi tim di Liga Italia yang tidak terkalahkan. Lecce pun telah ditumbangkan Juve, 0-1, Rabu (27/8/2023).
Hasil pekan keenam membuat persaingan di papan atas semakin semarak. Inter dan Milan, yang berada di dua posisi teratas, memiliki poin setara, 15 poin. Mereka dibuntuti Juve dan Atalanta yang masing-masing telah mengumpulkan 13 dan 12 poin.
Di posisi kelima, Napoli, sang juara bertahan, juga telah memangkas selisih poin menjadi hanya empat poin dari duo Milan berkat kemenangan 4-1 atas Udinese. Napoli mengumpulkan 11 poin yang serupa dengan Lecce yang duduk di posisi keenam.
Cetak biru kemenangan
Sassuolo juga telah memiliki cetak biru cara untuk mengalahkan tim-tim papan atas. Mereka telah sukses meredam penyerang utama milik Inter, yaitu Lautaro Martinez dan Marcus Thuram. Sassuolo juga membuat striker Juve, Dusan Vlahovic, gagal mencetak gol. Ia hanya mendapatkan satu peluang bersih di kotak penalti Sassuolo.
Kami mempertahankan ide permainan selama pertandingan dengan menjaga keseimbangan kami ketika tanpa bola. Kami pun mempertahankan bola lebih baik.
Pertahanan kompak yang berlapis menjadi modal Sassuolo dalam situasi bertahan. Mereka juga disiplin melakukan zonal pressing dengan blok pertahanan tinggi ketika bola dikuasai lawan. Saat mereka gagal merebut bola hingga garis tengah, pemain-pemain Sassuolo langsung menerapkan garis pertahanan rendah.
Dalam proses transisi serangan balik, Sassuolo mengandalkan pemain sayap cepat, seperti Armand Lauriente dan Domenico Berardi. Meski begitu, mereka tidak buru-buru melepaskan tembakan. Dengan kemampuan Lauriente dan Berardi menguasai bola dengan baik, Sassuolo lebih leluasa untuk memainkan kombinasi operan pendek dari sisi luar lapangan di sepertiga akhir pertahanan lawan.
Dua gol Sassuolo ke gawang Inter, yang dicetak Nedim Bajrami (menit ke-54) dan Berardi (menit ke-63), berawal dari serangan di sisi kiri pertahanan Inter. Selain unggul skor akhir, Sassuolo pun terbukti mampu tampil efektif dengan mengkreasikan lebih banyak tembakan mengarah ke gawang dibandingkan tim tuan rumah. Enam kali tembakan pemain Sassuolo mengarah ke gawang Sommer, sedangkan Inter hanya mencatatkan tiga tembakan tepat sasaran.
Padahal, dari sisi penguasaan bola, Sassuolo kalah jauh. Inter mengoleksi 63 persen penguasaan bola, lalu Sassuolo hanya 37 persen.
Pada duel melawan Juve, Sassuolo juga lebih inferior dalam penguasaan bola. Meski demikian, mereka unggul telak dalam kreasi tembakan tepat sasaran dengan tujuh kali. Adapun Juventus hanya mengoleksi dua tembakan tepat sasaran.
”Kami mempertahankan ide permainan selama pertandingan dengan menjaga keseimbangan kami ketika tanpa bola. Kami pun mempertahankan bola lebih baik sehingga bisa menciptakan pengaruh signifikan untuk mengancam gawang lawan,” kata Dionisi tentang resep timnya meraup dua kemenangan beruntun melawan tim besar Italia.
Lebih lanjut, Dionisi tidak memungkiri dua kemenangan itu berkat kualitas pemain depannya yang amat baik. Setelah mampu mengalahkan Juve dan Inter di dua laga pamungkas, September ini, Dionisi berharap skuadnya tidak lagi terpeleset menghadapi tim-tim yang berkualitas setara.
”Hal yang paling sulit di Sassuolo adalah menunjukkan konsistensi sepanjang musim. Semoga kami bisa menghindari hasil-hasil buruk yang kami dapatkan di masa lalu,” ujar Dionisi yang menggantikan Roberto De Zerbi di Sassuolo.
Sementara Inzaghi menilai, taktik timnya berjalan lancar di babak pertama dengan menutup ruang Sassuolo menciptakan serangan balik. Akan tetapi, tambahnya, situasi pertandingan berubah di babak kedua.
”Pertandingan yang berjalan seimbang bisa kapan pun berubah arah sehingga kami seharusnya lebih tajam dan fokus. Jika kehilangan itu, maka kami mendapatkan kesulitan seperti yang diberikan Sassuolo,” ucap Inzaghi, dilansir La Gazzetta dello Sport.