Jurus Menahan Sakit Mengantarkan Edgar Xavier Marvelo Raih Perak Nomor ”Changquan”
Daya juang luar biasa diperlihatkan Edgar Xavier, atlet wushu Indonesia, di Asian Games Hangzhou. Ia mampu memberikan perak pertama untuk Indonesia meskipun belum sepenuhnya pulih dari penyempitan syaraf.
HANGZHOU, KOMPAS — Kontingen wushu mempersembahkan medali perak pertama untuk Indonesia dalam Asian Games Hangzhou, China 2022. Perak itu disumbangkan oleh Edgar Xavier Marvelo di nomor perlombaan changquan alias jurus tangan kosong aliran utara.
Medali itu sekaligus menjadi prestasi penuh makna untuk Edgar yang belum sepenuhnya pulih seusai operasi pinggang bagian belakang karena penyempitan syaraf.
”Saya bersyukur bisa mempertahankan perak Asian Games setelah banyak pasangan-surut dan rintangan yang harus saya lalui. Sebulan sebelum Asian Games 2022, saya harus menjalani operasi pinggang belakang karena ada syaraf terjepit yang sempat membuat saya tidak bisa berdiri sehabis Universiade di Chengdu (China pada Juli lalu),” ujar Edgar sehabis perlombaan yang berlangsung di Xiaoshan Guali Sports Centre, Hangzhou, Minggu (24/9/2023).
Baca juga: Hangzhou Membawa Asian Games ke Level Lebih Tinggi
Dalam lomba itu, Edgar mendapatkan giliran terakhir dari total 14 peserta. Setelah jurus awalan yang penuh ketenangan, Edgar melakukan tendangan vertikal berenergi yang mengentak tangan persis di depan wajahnya. Kemudian, dia melakukan ancang-ancang untuk melakukan gerakan melompat dan berputar 360 derajat yang diakhiri mendarat dengan mulus. Penonton pun memberikan tepuk tangan kepada Edgar karena sukses melakukan jurus yang relatif sulit itu dengan baik.
Pesona Edgar belum berakhir. Tak lama, dia meningkatkan kecepatan untuk melakukan jurus lompatan balik badan dan diakhiri dengan lompatan memutar 360 derajat. Dirinya kembali menyelesaikan semua gerakan itu dengan mulus dan memancing penonton untuk kembali memberikan tepuk tangan.
Di ujung aksinya, Edgar coba sedikit menurunkan tempo sebelum melakukan jurus yang paling akrobatik, yakni lompatan balik badan dua kali bak roda yang berputar. Sontak, penonton memberikan tepuk tangan lebih meriah karena jurus paling sulit dari sekian banyak gerakan yang disiapkannya itu bisa dituntaskan Edgar dengan baik. Setelah serangkaian jurus penutup, Edgar pun mengakhiri gilirannya dengan tenang nan elegan sambil memberi hormat kepada juri dan penonton.
Sebelum meninggalkan lapangan perlombaan, Edgar menunjukkan gestur kepalan tangan seolah mengangkat barbel. Tampaknya, dia percaya bahwa apa yang dilakukannya sudah optimal dan bisa memberikan hasil yang baik.
Saya sempat ragu untuk bisa memberikan hasil yang baik di Asian Games ini. Tapi, berkat dukungan moril dari orang-orang terdekat, mulai dari orangtua, pacar, teman-teman, dan tim pelatih serta pengurus, kepercayaan diri saya bangkit. (Edgar Xavier)
Ternyata, apa yang diperkirakan Edgar sesuai kenyataan. Juri memberikannya total skor 9.786 poin yang membawanya berada ke urutan kedua dari total 14 peserta. Dengan begitu, Edgar berhak membawa pulang medali perak yang menjadi perak keduanya di nomor perlombaan yang sama di Asian Games setelah edisi Jakarta-Palembang 2018.
Secara keseluruhan, juri Grup A atau tim juri penilaian teknis memberikan Edgar skor sempurna 5.00 poin yang artinya semua jurus dilakukan dengan dinamis, berkelanjutan, dan baik. Juri Grup B atau tim juri penilaian pengkhayatan gerakan memberinya skor 2.786 poin yang artinya semua jurus dilakukan penuh energi dan ekspresi yang meyakinkan. Juri Grup C atau tim juri penilaian lompatan pun memberinya skor sempurna 2.00 poin yang artinya semua lompatan dilakukan dengan standar terbaik.
Musuh bebuyutan
Total ada 10 lompatan yang dilakukan Edgar selama tampil kurang lebih 1 menit 30 detik. Dia hanya kalah tipis dari atlet tuan rumah, Sun Peiyuan, yang mendapatkan skor 9.840 poin. Sun adalah musuh bebuyutan Edgar yang juga mengalahkannya di Asian Games 2018. Sebaliknya, Edgar unggul tipis atas atlet Makau Song Chi Kuan yang mendapatkan skor 9.760 poin.
Baca juga: Duet Nandhira-Hernanda Bawa Merah Putih di Pembukaan Asian Games
Edgar pun tak kuasa menahan haru selepas memastikan diri meraih perak. Dia mengeramkan wajah sambil mengepalkan kedua tangan ke atas langit sebelum bersimpuh dan menangis di pinggir lapangan. Hal itu tak lepas dari pengorbanannya dalam melewati cedera, operasi, dan masa pemulihan sebelum merebut perak tersebut.
”Sebenarnya, setelah operasi, sakit di pinggang belakang saya mulai terasa lagi. Bahkan, saya sempat ragu untuk bisa memberikan hasil yang baik di Asian Games ini. Tapi, berkat dukungan moril dari orang-orang terdekat, mulai dari orangtua, pacar, teman-teman, dan tim pelatih serta pengurus, kepercayaan diri saya bangkit untuk mencoba mengeluarkan semua kemampuan terbaik. Bahkan, karena adrenalin yang memuncak, saya akhirnya bisa menyelesaikan jurus paling sulit di penampilan tadi, yakni lompatan balik badan dua kali yang terakhir kali saya lakukan dua bulan lalu di Universiade,” ungkap Edgar.
Merasa lega
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Wushu Indonesia Ngatino Mento Salim sempat menonton dari atas tribune aksi Edgar dengan penuh harap-harap cemas. Ngatino tampak bernapas lega saat Edgar bisa menyelesaikan sejumlah jurus yang berisiko menimbulkan rasa sakit di bagian pinggang belakang Edgar, yakni lompatan memutar 360 derajat dan lompatan balik badan.
”Itu adalah dua gerakan yang paling sulit untuk Edgar saat ini dan itu adalah gerakan-gerakan yang bisa memberikan skor besar. Saya bersyukur Edgar mampu menuntaskan semuanya dengan baik,” katanya.
Menurut Ngatino, Edgar adalah atlet yang pantang menyerah. Dia memiliki tekad besar dalam mengejar prestasi terbaik meskipun dalam kondisi fisik yang tidak ideal. Maka itu, Ngatino berharap prestasi Edgar bisa menginspirasi para atlet wushu Indonesia lainnya untuk menyumbangkan medali bagi Indonesia.
Baca juga: Hangzhou Mendobrak Tradisi Pembukaan Asian Games
Adapun wushu ditargetkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk meraih sekurangnya satu emas di Asian Games 2022. ”Intinya, semua atlet wushu kita (total berjumlah 12 atlet) memiliki kesempatan untuk meraih emas. Tetapi, memang, Harris Horatius yang memiliki peluang paling besar. Harris akan tampil di nomor andalannya, nanquan (jurus tangan kosong aliran selatan) dan nando/nangun (jurus toya aliran selatan),” pungkas Ngatino.
Secara keseluruhan, perak itu menjadi medali ketiga untuk Indonesia, setelah tim rowing mempersembahkan dua perunggu, yakni dari pasangan putri Chelsea Corputty/Mutiara Rahma Putri di nomor lighweight double sculls dan pasangan Ihram/Memo di double sculls.