Gregoria Mariska Tunjung memperlihatkan ”versi baru” dalam dirinya. Performa baik pada 2023 didapat berkat kemampuannya memunculkan rasa percaya diri. Rasa itu pula yang akan menjadi bekal di Asian Games Hangzhou 2022.
Oleh
YULIA SAPTHIANI, REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
Menonton penampilan Gregoria Mariska Tunjung saat ini lebih mengasyikkan dibandingkan ketika mengikuti perjalanannya pada tahun-tahun sebelumnya. Dropshot silangnya bisa menukik tajam hingga tak terjangkau lawan. Dia juga berani beradu pukulan halus di depan net yang terkadang diakhiri dengan net silang.
Saat melawan Akane Yamaguchi pada semifinal Hong Kong Terbuka, 12-17 September, Gregoria pun beberapa kali bisa membangun pola serangan yang tak diduga lawan. Dia beradu lob dengan pemain Jepang peringkat kedua dunia itu, menyerang dengan smes, lalu membuat Yamaguchi berlari ke dekat net untuk menjangkau dropshot.
Berkali-kali pula Yamaguchi tersenyum ketika Gregoria memberinya pukulan sulit meski tak selalu berhasil menghasilkan poin bagi tunggal putri Indonesia ranking ketujuh dunia itu. Arah pukulan Gregoria yang tak akurat menjadi pekerjaan rumah yang harus diperbaikinya dari pertandingan tersebut. Gregoria selalu unggul pada dua awal gim pertama, tetapi akhirnya kalah dengan skor 17-21, 25-23, 18-21.
Meski tersisih, apa yang diperlihatkan pada pertandingan selama 1 jam 10 menit itu menjadi salah satu penampilan terbaik Gregoria pada tahun ini. Dia memperlihatkan performa serupa ketika mendapat gelar pertama dari turnamen BWF World Tour, yaitu saat tampil di Spanyol Masters, Maret lalu.
Ajang itu memiliki level rendah, yaitu Super 300, tetapi itu tetap bermakna bagi Gregoria, termasuk bagi tunggal putri Indonesia. Dia meraih gelar itu dengan mengalahkan peraih medali Olimpiade pada semifinal dan final, yaitu Carolina Marin dan Pusarla V Sindhu.
Gregoria memperlihatkan sisi lain yang selama ini tak pernah terlihat, yaitu kepercayaan diri, termasuk ketika melawan pemain top dunia.
Meski pada empat dari delapan turnamen setelah itu tersingkir pada babak pertama atau kedua, gelar juara Spanyol Masters tak didapat secara kebetulan. Gregoria memperlihatkan sisi lain yang selama ini tak pernah terlihat, yaitu kepercayaan diri, termasuk ketika melawan pemain top dunia.
Faktor itu membuatnya bisa lebih menikmati permainan hingga dia bisa mencapai final Malaysia Masters, semifinal Jepang Terbuka, perempat final Kejuaraan Dunia, dan semifinal Hong Kong Terbuka. Untuk pertama kalinya pula sejak beranjak dari fase yunior pada 2018, Gregoria menembus peringkat 10 besar dunia. Berdasarkan daftar ranking yang terakhir dikeluarkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pada 19 September, pemain berusia 24 tahun itu menempati posisi ketujuh.
”Gregoria punya keistimewaan dengan pukulan-pukulan ’aneh’ yang bisa mengecoh lawan. Semua keistimewaan itu bisa keluar kalau dia percaya diri dan tak membawa beban apa pun ke lapangan,” kata pelatih tunggal putri Indra Widjaja sebelum Kejuaraan Dunia, Agustus lalu.
Seperti dikatakan Indra, Gregoria bisa memperlihatkan perkembangan performa saat bertanding ketika sudah bisa melepas beban psikologisnya. Fase itu muncul ketika dia bisa lepas dari titik terendah dalam karier karena merasa tak bisa berkembang. Dia bahkan sempat menumpahkan isi hatinya kepada publik melalui akun media sosial pada Mei 2022.
Tak diduga, dukungan dari warganet membuatnya bangkit. Dia yakin memiliki potensi yang bisa membawanya berprestasi lebih tinggi seandainya lebih percaya diri.
Membenahi kelemahan pada faktor tak kasatmata tersebut lebih sulit dibandingkan ketika atlet harus meningkatkan kemampuan teknis atau daya tahan fisik. Selain dukungan dari orang sekitar, perlu dorongan dari dalam diri untuk mau berubah.
Upaya untuk memperbaiki diri akhirnya tampak secara perlahan. Gregoria mulai mencapai final BWF World Tour, lalu juara, dan bisa mengimbangi pemain-pemain level elite dunia dalam setahun terakhir. Tunggal putri Indonesia, yang tak punya bintang setara Susy Susanti, bahkan Mia Audina sejak era 1990-an, kini mulai bisa menaruh harapan pada Gregoria, termasuk di Asian Games Hangzhou 2022.
Ditemui di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, Rabu (20/9/2023), Gregoria menyebut bahwa kepercayaan diri menjadi hal positif dari transformasi dirinya yang akan dibawa ke Hangzhou. Namun, pemain yang mengenal bulu tangkis ketika melihat kejuaraan Piala Thomas dan Uber 2006 ini mengingatkan diri sendiri bahwa dia tak boleh merasa puas.
”Saya merasa hasilnya mulai lumayan bagus. Tetapi, saya harus terus mencoba meningkatkan performa. Hasil baik dari kejuaraan tahun ini akan menjadi motivasi saya,” kata Gregoria.
Atlet binaan PB Mutiara Bandung ini juga menyampaikan keinginannya meraih medali Asian Games. ”Itu adalah keinginan terbesar saya. Namun, saya harus fokus pada setiap tantangan satu per satu karena ada pertandingan beregu lebih dulu sebelum perorangan,” ujar atlet yang turut mengantarkan Indonesia meraih medali perunggu beregu putri pada Asian Games 2018 tersebut.
Sebagai tunggal putri nomor satu Indonesia, Gregoria akan selalu diandalkan meraih poin untuk Indonesia pada persaingan beregu putri yang akan berlangsung 28 September-1 Oktober. Setelah itu, barulah Gregoria akan fokus pada nomor perorangan untuk menembus kekuatan pemain-pemain Asia dengan prestasi level dunia.
Gregoria Mariska Tunjung
Lahir: Wonogiri, 11 Agustus 1999
Klub: PB Mutiara Bandung
Pelatih: Indra Widjaja, Herli Djaenudin
Prestasi:
Juara dunia yunior 2017
Perunggu SEA Games Kuala Lumpur 2017
Perunggu SEA Games Vietnam 2021
Perunggu beregu putri Asian Games Jakarta Palembang 2018