Gregoria Mariska Tunjung tampil baik ketika berhadapan dengan Akane Yamaguchi pada semifinal turnamen bulu tangkis Hongkong Terbuka. Namun, perfoma itu belum bisa membawa Gregoria ke final.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
HONGKONG, SABTU - Gregoria Mariska Tunjung bermain lebih baik saat melawan Akane Yamaguchi pada semifinal turnamen bulu tangkis Hongkong Terbuka dibandingkan ketika bertemu pada Kejuaraan Dunia. Namun, Gregoria masih harus belajar menjaga fokus pada momen penting yang membuatnya kembali kalah dari Yamaguchi.
Tunggal putri terbaik Indonesia itu kalah dari Yamaguchi pada pertandingan di Hongkong Coliseum pada Sabtu (16/9/2023) dengan skor 17-21, 25-23, 18-21. Kekalahan, juga, dialami Anthony Sinisuka Ginting sebagai unggulan tertinggi tunggal putra yang tersisa. Unggulan kedua itu kalah dari Kenta Nishimoto (Jepang), 13-21, 15-21.
Dengan kekalahan dua wakil itu, Indonesia menaruh asa pada Jonatan Christie, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dan finalis Kejuaraan Dunia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti untuk menjuarai turnamen BWF World Tour Super 500 ini. Jonatan dan Leo/Daniel memiliki kesempatan meraih gelar kedua pada tahun ini setelah mereka menjuarai Indonesia Masters, pada Januari. Sementara, Apriyani/Fadia masih berupaya mendapatkan gelar pertama.
Dari semua laga dengan lawan masing-masing yang dijalani wakil Indonesia, semifinal Gregoria melawan Yamaguchi menjadi yang paling menarik. Pertandingan tersebut, bahkan, lebih menarik dibandingkan sebagian besar semifinal lainnya.
Skor dan durasi pertandingan selama satu jam 10 menit menjadi indikator ketatnya pertandingan bagi penggemar bulu tangkis yang tak bisa menyaksikan pertemuan ke-17 kedua pemain. Mereka yang bisa menonton lebih beruntung karena Gregoria dan Yamaguchi menyuguhkan permainan memukau.
Gregoria unggul ketika dia menerapkan strategi langsung menekan pada pukulan ketiga atau keempat untuk mengagetkan Yamaguchi. Dropshot atau smes silang dan sentuhan halus di depan net berkali-kali membuat Yamaguchi kesulitan mengantisipasinya.
Performa Gregoria lebih baik dibandingkan pada pertemuan terakhir sebelum Hongkong Terbuka, yaitu pada perempat final Kejuaraan Dunia di Denmark, tiga pekan lalu. Saat itu, Gregoria kesulitan mengimbangi Yamaguchi hingga kalah 16-21, 18-21.
Namun, seperti tipikal semua pemain Jepang, Yamaguchi adalah pemain yang ulet. Dalam posisi sesulit apapun, dia berusaha menjangkau pukulan lawan. Tekanan sebesar apapun, juga, tak akan membuat semangatnya surut.
Saya seharusnya tidak mudah kehilangan fokus, apalagi saat berhadapan dengan pemain dari level atas seperti Akane.
Seperti pernah dikatakan Yamaguchi saat bermain di turnamen Indonesia Terbuka, pada Juni, dia harus bermain ulet untuk menutupi kekurangan, yaitu postur tubuh yang kalah tinggi dibandingkan lawan. Dengan cara bermain seperti itu, Yamaguchi yang bertinggi badan 156 cm bisa mengembalikan pukulan lawan di dekat net dengan cara berlari dari belakang lapangan, lalu menekukkan tubuh.
Kelebihan itulah yang membuat Yamaguchi akhirnya bisa memenangi semifinal Hongkong Terbuka meski selalu tertinggal lebih dulu pada gim pertama dan kedua. Sebaliknya, Gregoria kehilangan momen saat unggul karena tak dapat mempertahankan fokus.
Pada gim pertama, Gregoria unggul 11-7 saat jeda, tetapi perolehan angkanya tertahan pada skor 15 hingga Yamaguchi berbalik unggul. Gregoria, juga, hampir kehilangan gim kedua ketika membuat kesalahan beruntun setelah unggul 18-15. Adapun pada gim ketiga, pemain Indonesia peringkat kedelapan dunia itu kehilangan poin dengan cepat dari skor 14-14 menjadi 14-18.
Gregoria bercerita, alih-alih fokus pada diri sendiri untuk mendapat poin demi poin, dia justru bergelut dengan pikiran bahwa lawan terus mendekat. “Saya seharusnya tidak mudah kehilangan fokus, apalagi saat berhadapan dengan pemain dari level atas seperti Akane,” kata Gregoria.
Momen semifinal tersebut akhirnya menjadi penambah pelajaran bagi Gregoria untuk menghadapi ajang selanjutnya, yaitu Asian Games Hangzhou 2022, yang penyelenggaraannya mundur setahun karena pandemi Covid-19. Gregoria akan diandalkan untuk nomor beregu dan perseorangan dalam persaingan cabang bulu tangkis pada 28 September hingga 7 Oktober.
Gregoria dan Yamaguchi adalah dua dari tujuh tunggal putri peringkat sepuluh besar dunia yang bersaing di Hongkong. Pemain top lainnya yang turut bertanding, diantaranya Tai Tzu Ying dan Carolina Marin.
Akan tetapi, performa sebagian besar dari mereka tidak maksimal setelah mencurahkan fokus dan tenaga pada dua ajang beruntun yang lebih besar, Kejuaraan Dunia dan China Terbuka Super 1000. Marin dikalahkan Gregoria pada perempat final, sementara Tai mengundurkan diri saat tampil pada babak pertama.
Selain Tai, banyak pemain top dunia yang kalah mudah pada babak pertama atau mundur di tengah turnamen, seperti Viktor Axelsen, Chou Tien Chen, Ratchanok Intanon, Anders Antonsen, dan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota. Adapun pemain yang batal tampil setelah nama mereka tertera dalam undian adalah Aaron Chia/Soh Wooi Yik dan Lakhsya Sen.
Absennya pemain-pemain top dunia karena tidak mendaftarkan diri dimanfaatkan dengan baik oleh Leo/Daniel dengan lolos ke final. Dalam laga puncak, salah satu ganda putra masa depan Indonesia ini akan berhadapan dengan finalis Kejuaraan Dunia, Kim Astrup/Anders Skaarup Ramussen, yang menghentikan langkah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan 22-24, 21-19, 11-21.
Bagi Leo/Daniel, final pada Minggu menjadi yang pada 2023 dalam turnamen BWF setelah menjuarai Indonesia Masters, Januari. Mereka pun berkesempatan membalas kekalahan pada pertemuan terakhir dengan Astrup/Rasmussen yang terjadi pada Malaysia Terbuka.
“Bersyukur, Puji Tuhan kami bisa kembali lolos ke final. Walau kalah pada gim pertama, kami tetap berkomunikasi, menyemangati satu sama lain, dan fokus apa yang diinstruksikan pelatih,” kata Daniel setelah mengalahkan Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan) 13-21, 21-8, 21-13.
Di tunggal putra, Jonatan akan berebut gelar juara dengan Nishimoto, sementara Apriyani/Fadia mendapat kesempatan meraih gelar pertama dalam laga melawan Pearly Tan/Thinaah Muralitharan (Malaysia). Dalam final pertama yang didapat di Kejuaraan Dunia, Apriyani/Fadia kalah dari ganda putri nomor satu dunia yang absen di Hongkong Terbuka, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.