Desak Made Rita Kusuma Dewi Menggapai Puncak Kehidupan
Prestasi Desak Made Rita Kusuma Dewi yang terus menanjak tidak hanya membawanya mendekati puncak prestasi sebagai atlet, tetapi juga menggapai puncak kehidupan sebagai seorang anak yang memuliakan orangtua.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·7 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pemanjat nomor speed putri Indonesia, Desak Made Rita Kusuma Dewi, mengamati dinding saat menjalani pemusatan latihan nasional jelang Asian Games 2022 di Hotel Santika Premiere, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/9/2023). Desak mengaku kian termotivasi untuk menyumbangkan prestasi terbaik bagi Indonesia seusai meraih emas Kejuaraan Dunia 2023 di Swiss, 10 Agustus lalu, sekaligus merebut tiket ke Olimpiade 2024.
Dua tahun terakhir, prestasi Desak Made Rita Kusuma Dewi terus menanjak sebagai penerus tongkat estafet ratu panjat dinding Indonesia dari Aries Susanti Rahayu yang sempat memecahkan rekor dunia dengan waktu 6,99 detik pada seri Piala Dunia di Xiamen, China, 19 Oktober 2019. Selain meraih sejumlah medali Piala Dunia, prestasi prestisius Desak adalah menjuarai Kejuaraan Dunia 2023 di Bern, Swiss, 10 Agustus lalu, yang membuatnya meraih tiket ke Olimpiade Paris 2024.
Lewat performa positif itu, Desak tidak hanya mendekati puncak prestasi atlet, tetapi juga menggapai puncak kehidupan sebagai seorang anak. Sederet prestasi atlet kelahiran Buleleng, Bali, 24 Januari 2001, itu turut mengangkat derajat hidup kedua orangtuanya di kampung halaman. Jelang Asian Games Hangzhou, China, 2022 pada 23 September-8 Oktober 2023, Kompas berkesempatan mewawancarai Desak di sela-sela latihan pelatnas di Hotel Santika Premiere, Kota Harapan Indah, Bekasi, Jumat (8/9/2023).
Di mana, kapan, dan bagaimana pertama kali mengenal panjat tebing?
Saya pertama kali mengenal panjat tebing di Taman Kota Singaraja, Buleleng, saat berusia 8 tahun, waktu masih kelas 2 SD. Awalnya, saya main ke rumah bibi sepupuan bapak saya, Desak Komang Mulia Astuti, dan akhirnya diajak oleh bibi yang lebih dulu latihan panjat tebing untuk latihan. Karena usia kami tidak jauh berbeda, kurang lebih hanya selisih enam tahun, saya jadi terbiasa main dengan bibi. Tetapi, pas sudah lulus SMA, bibi saya malah berhenti latihan, sedangkan saya tetap lanjut sampai sekarang.
Bagaimana reaksi orangtua saat memilih menggeluti panjat tebing yang citranya olahraga ekstrem?
Awalnya, orangtua takut. Orangtua juga tidak bisa mengantar saya ke tempat latihan karena bapak kerja. Jadi, saya numpang atau jalan dengan bibi untuk ke tempat latihan yang jarak jalan kakinya 20-25 menit dari rumah saya. Terus, sesekali, bapak coba menjemput. Dari situ, bapak melihat, ngeri dan takut. Walau sempat dilarang, saya tetap saja latihan. Kalau tidak diantar-jemput, saya jalan dengan bibi atau teman yang lain. Sampai akhirnya saya bisa juara, barulah orangtua mendukung hingga sekarang.
Pemanjat nomor speed putri Indonesia, Desak Made Rita Kusuma Dewi, menjalani pemusatan latihan nasional jelang Asian Games 2022 di Hotel Santika Premiere, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/9/2023).
Apa sisi menarik panjat tebing sehingga akhirnya memutuskan menjadi atlet olahraga tersebut?
Awalnya senang karena banyak teman baru dari daerah lain, yang berbeda dari teman-teman di rumah dan sekolah. Lama-lama, jadi ketagihan untuk menyelesaikan jalur-jalur baru (di nomor lead ataupun boulder). Pas ada teman yang bisa tembus jalur, sedangkan saya belum, besoknya saya akan berusaha untuk bisa menembusnya juga. Tantangan itu membuat ketagihan, ada kepuasan tersendiri kalau bisa menyelesaikan suatu tantangan, dan setelah itu pasti ingin menyelesaikan tantangan lainnya.
Sejak menggeluti nomor speed, tantangannya berubah menjadi bagaimana caranya untuk bisa memanjat lebih cepat dari sebelum-sebelumnya. Terpacu untuk terus memecahkan rekor pribadi. Dulu, sesekali, ada rasa takut jatuh. Tapi, lama-lama karena sudah kebiasaan, tidak ada lagi rasa takut tersebut.
Adakah momen penting yang menjadi titik balik karier sejauh ini?
Pas kelas 5 SD, saya ikut Porsenijar (Pekan Olahraga Seni dan Pelajar) Bali dan saya dapat emas serta perunggu di nomor speed klasik. Sejak itu, saya merasa ada kebanggaan tersendiri bisa berprestasi sehingga ingin terus menjadi atlet. Apalagi Porsenijar ada setiap tahun.
Saat saya memutuskan fokus ke nomor perlombaan speed di tahun 2018. Awalnya, saya berlatih semua nomor perlombaan, tapi lebih banyak ke lead. Karena sering kalah bersaing di lead, akhirnya saya beralih fokus ke speed yang saya rasa ada peluang prestasi di sana. Saya kalah di daya tahan yang lebih diutamakan dalam nomor lead. Tipikal saya lebih ke eksplosif yang cocok untuk speed.
Pas menonton Mbak Aries tampil di Asian Games 2018 (Jakarta-Palembang) dari televisi, saya kagum melihat kemampuan dan prestasinya. Saya pun berpikir kapan, yah, saya bisa begitu. Itu membuat saya mengidolakan dia dan ingin terus menjadi lebih baik walau belum kebayang untuk bermimpi menjadi juara ajang internasional, seperti juara dunia.
Ketika saya masuk timnas (pelatnas) pada Juli 2020. Waktu itu saya diajak gabung oleh coach Hendra Basir yang memantau saya di beberapa kejuaraan nasional tingkat umur dan kategori umum. Sebenarnya, saya tidak selalu menjadi juara, kadang dapat perunggu dan perak, terutama di kategori umum. Tapi, coach Hendra ada pandangan berbeda sehingga saya ditarik ke timnas. Padahal, ada berapa ratus atlet, saya yang dipilih. Saya menjadi bagian proyek jangka panjang untuk Olimpiade 2024.
Sejak berada di timnas, cara pandang saya untuk menatap karier ke depan semakin terbuka dan berkembang. Tujuan saya tidak lagi berprestasi di tingkat nasional, melainkan internasional di Olimpiade. Itu yang memupuk motivasi saya untuk terus berusaha mempertajam catatan waktu pribadi di dalam latihan maupun perlombaan.
Pemanjat nomor speed putri Indonesia, Desak Made Rita Kusuma Dewi, bersiap menjalani pemusatan latihan nasional jelang Asian Games 2022 di Hotel Santika Premiere, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/9/2023).
Siapa sosok berjasa dalam karier sejauh ini?
Yang utama adalah orangtua. Bapak saya, I Dewa Putu Sekar (50), rela berhenti kerja sebagai sopir mobil pembawa barang selama lebih kurang dua tahun, dari saya kelas 1 SMP sampai kelas 3 SMP. Itu karena latihan saya hampir setiap hari dan saya belum bisa bawa sepeda motor. Selain itu, waktu kecil, saya ”mabukan” naik mobil. Kalau ada perlombaan di luar kabupaten, bapak yang antar dengan motor. Perjalanannya bisa 3-4 jam sekali jalan.
Ada coach Hendra. Sejak gabung timnas, saya mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri dengan dukungan jajaran tim pelatih yang banyak bekerja dari belakang layar, mendapatkan fasilitas latihan yang baik, dan ikut kejuaraan internasional. Coach Hendra membentuk karakter saya menjadi lebih kuat karena kedisiplinan dan ketegasannya.
Pernahkah menyesal mengorbankan masa muda yang tersita oleh latihan hampir setiap hari?
Saya tidak pernah tebersit rasa penyesalan dengan pilihan ini, menjadi atlet. Justru, saya bersyukur bisa berada di posisi sekarang. Banyak kesempatan baru yang saya dapatkan, saya bisa berprestasi lebih tinggi dan bisa jalan-jalan ke luar negeri untuk mengikuti kejuaraan.
Selain itu, perekonomian keluarga saya bisa menjadi lebih baik. Keluarga saya tergolong kurang mampu. Seumpama saya terus berlatih, dikirim lomba, berprestasi, dan dapat bonus, saya bisa membantu orangtua saya. Dulu, kalau mau beli keperluan pribadi, saya tidak perlu minta ke orangtua.
Bahkan, saya bisa sedikit mengurangi beban orangtua. Setidaknya, bapak tidak perlu lagi bekerja keras. Sejak tahun ini, bapak sudah tidak kerja, sudah istirahat saja di rumah. Saya juga bisa bantu-bantu sekolah adik. Secara keseluruhan, orangtua lebih berkecukupan.
Lagi pula, sejak kecil, saya jarang main-main karena lebih memilih latihan dan latihan. Saya pikir tidak apa-apa sekarang kerja keras dulu untuk menikmati hasilnya nanti setelah tidak lagi menjadi atlet. Sesekali mungkin pernah ingin gabung nongkrong sama teman-teman kampus (di Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, angkatan 2019), tapi saya nikmati saja yang ada sekarang. Teman-teman di sini seru juga.
Pemanjat nomor speed putri Indonesia, Desak Made Rita Kusuma Dewi (tengah), bersama rekannya menjalani pemusatan latihan nasional jelang Asian Games 2022 di Hotel Santika Premiere, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/9/2023).
Bagaimana Desak menatap masa depan setelah menjadi juara dunia?
Tidak ada yang berubah dari saya setelah juara dunia selain kepercayaan diri. Sebelumnya, saya tidak pernah terbayang bisa menjadi juara dunia. Dengan prestasi itu, saya jauh lebih percaya diri. Saya yakin bahwa saya bisa meraih prestasi terbaik di level internasional kalau saya berusaha keras.
Saya ingin bisa melampaui catatan waktu terbaik Aleksandra Miroslaw (pemanjat putri Polandia pemegang rekor dunia dengan waktu 6,25 detik yang dicetak di Seoul, Korea Selatan, 28 April 2023) dan ingin meraih emas Olimpiade 2024.
Apa mimpi besar yang ingin dicapai dalam panjat tebing dan bagaimana menggapainya?
Saya ingin bisa melampaui catatan waktu terbaik Aleksandra Miroslaw (pemanjat putri Polandia pemegang rekor dunia dengan waktu 6,25 detik yang dicetak di Seoul, Korea Selatan, 28 April 2023) dan ingin meraih emas Olimpiade 2024. Untuk mewujudkan target itu, saya berusaha tidak pernah puas.
Saya selalu berlatih lebih awal dibanding jadwal. Misalkan latihan pukul 4 sore, saya sudah datang sejak pukul 3. Saya pemanasan lebih dulu, mulai dari joging. Saya sadar bahwa tubuh saya lambat panas. Padahal, untuk mencapai target dalam latihan, tubuh kita harus benar-benar panas. Saya juga berlatih pull-ups lebih keras. Saya sadar lebih lemah dalam pull-ups dibandingkan teman-teman sehingga saya harus mengeluarkan tenaga lebih besar agar pull-ups saya lebih kuat.
Selain itu, melalui prestasi panjat tebing, saya ingin lebih membanggakan dan membahagiakan orangtua.
Pemanjat nomor speed putri Indonesia, Desak Made Rita Kusuma Dewi, berpose setelah menjalani pemusatan latihan nasional jelang Asian Games 2022 di Hotel Santika Premiere, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/9/2023).
Apa makna dan target dalam Asian Games 2022?
Asian Games 2022 adalah salah satu ajang besar yang ingin saya menangi. Di kejuaraan mana pun diturunkan, saya ingin menjadi yang terbaik dan berada di podium tertinggi untuk Indonesia. Jadi, setiap diberikan kepercayaan tampil, saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Selain itu, saya ingin menyamai prestasi idola saya, Aries, yang meraih emas individu speed dan estafet di Asian Games 2018.