Serbia Memang Berbeda
Tim Kanada boleh saja memamerkan pertahanan kokoh mereka ke lawan-lawan sebelumnya. Namun, semua berbeda di hadapan Serbia.
MANILA, JUMAT - Catatan statistik tidak berbohong. Serbia memang tim paling efisien di Piala Dunia FIBA 2023. Mereka menggapai partai puncak setelah menghadirkan hujan deras tembakan di keranjang tim Kanada. Menariknya, di tengah efisiensi di serangan, pertahanan Serbia juga bersinar terang.
Pertahanan Kanada dikenal paling solid sepanjang turnamen. Pelatih Kanada Jordi Fernandez bahkan mengklaim, punya dua pemain bertahan perimeter terbaik dalam sosok forward Dillon Brooks dan Luguentz Dort. Namun, di hadapan para pemain Serbia, kebesaran benteng mereka runtuh seketika.
Serbia menumpas Kanada 95-86 pada laga semifinal di Stadion Mall of Asia Arena, Manila, Filipina, Jumat (8/9/2023). Lima pemain Serbia mencetak dua digit angka, dipimpin forward Bogdan Bogdanovic (23 poin) yang mencatat akurasi sampai 66,7 persen (8-12). Kanada hanya bisa menonton satu per satu bola masuk ke keranjang sendiri.
”Selamat untuk Serbia. Mereka bermain sangat hebat. Kami cukup baik dalam serangan, tetapi buruk dalam bertahan. Ada yang salah dengan pertahanan kami. Kami kalah karena itu. Sulit menang saat lawan mencatatkan akurasi setinggi itu,” kata Fernandez, yang adalah asisten pelatih klub NBA Sacramento Kings itu.
Baca juga: Pembuktian Benua Eropa dan Amerika
Para pemain Serbia larut dalam euforia seusai bel penutup. Mereka melompat-lompat, saling memberi selamat satu sama lain. Wajar saja, karena tim peringkat ke-6 dunia itu tidak dinggulkan sebelum turnamen. Banyak pemain penting absen, antara lain megabintang NBA Nikola Jokic dan guard veteran Vasilije Micic.
Di perempat final, Serbia menyusul kehilangan Borisa Simanic karena menjalani operasi pengambilan ginjal. Terlepas dari seluruh kekurangan, tim asuhan pelatih Svetislav Pesic itu lolos ke final lagi setelah terakhir kali pada 2014. Adapun Kanada lebih diunggulkan karena datang dengan tujuh pemain NBA.
Guard Serbia Marco Guduric mengatakan, mereka termotivasi memberikan medali untuk Simanic. ”Kemenangan ini untuk dia yang masih di rumah sakit. (Soal keterbatasan), tidak peduli siapa pun di sini. Kami bangga mengenakan jersei ini, menjadi representasi keluarga dan negara. Kami ingin selalu tampil 100 persen,” ujarnya.
Serbia datang ke semifinal berstatus tim paling efisien dengan akurasi tembakan 55 persen. Melawan Kanada, akurasi mereka meloncat jadi 62,1 persen (36-58). Kanada, yang memiliki guard papan atas NBA, Shai Gilgeous-Alexander, tertinggal jauh dengan akurasi hanya 48,2 persen (27-56).
Kombinasi para penembak Serbia dengan center Nikola Milutinov amat mematikan. Kanada, memainkan sistem ”bola kecil” tanpa center murni, kebingungan harus menutup area dalam atau luar. Kanada pun terluka dari segala arah. Serbia menciptakan 9 dari 20 tembakan tiga angka dan 46 poin di area bawah keranjang.
Baca juga: Shai Gilgeous-Alexander di Atas Luka Doncic
Seperti tim khas Eropa, Serbia sangat kolektif. Siapa pun bisa menyumbang poin. Selain Bogdanovic, ada juga Milutinov (16 poin), Ognjen Dobric (16 poin), Guduric (12 poin), dan Aleksa Avramovic (10 poin). Permainan mereka juga sangat simpel. Saat ada lubang di area dalam, mereka mendribel masuk. Jika kosong sedikit, mereka menembak.
Mental runtuh
Hujan tembakan Serbia tidak hanya memperlebar keunggulan, juga meruntuhkan nyali skuad Kanada. Mental Shai dan rekan-rekan terjatuh di awal kuarter keempat. Pertahanan yang dijalankan sekuat tenaga selalu bisa dijebol. Pada laga itu, Serbia terus unggul selama 36 menit 38 detik, nyaris dari awal hingga akhir laga.
Fernandez sampai mengambil timeout di sisa 8 menit, saat Kanada tertinggal 65-82. Dia yang selalu ”dingin”, tampak emosi di bangku cadangan. Anak asuhnya diminta memperbaiki sikap tubuh. Shai dan rekan-rekan seperti sudah menyerah. Saat ingin memperkecil jarak, tim lawan selalu menjawab dengan instan.
Selamat untuk Serbia. Mereka bermain sangat hebat. Kami cukup baik dalam serangan, tetapi buruk dalam bertahan. Ada yang salah dengan pertahanan kami.
Para pemain Kanada juga terpaksa banyak melanggar lawan karena kalah cepat dan kuat. Pemain starter seperti Brooks dan Kelly Olynyk harus diistirahatkan di awal kuarter terakhir akibat sudah terkena 4 pelanggaran. Rotasi yang direncanakan Fernandez pun terganggu.
“Saya sangat bangga dengan tim ini. Tim yang hebat. Buat saya, kami juga sangat baik dalam bertahan. Kami bisa membatasi Shai. Saya pikir dengan pertahanan yang baik, kami bisa melakukan transisi lebih mudah,” ujar Pesic (74), yang butuh satu kemenangan lagi untuk menjadi pelatih tertua yang membawa timnya juara dunia.
Di sisi lain, pertahanan Serbia patut diapresiasi. Mereka berhasil menahan Shai (15 poin) untuk mendominasi. Shai merupakan mesin skor Kanada sekaligus pencetak poin kedua terbanyak di Piala Dunia. Pada dua laga eliminasi terakhir Kanada, Shai menyumbang 30 poin (versus Spanyol) dan 31 poin (versus Slovenia).
Avramovic, guard Serbia, tidak pernah membiarkan Shai bergerak bebas. Dia merusak ritme sang lawan, termasuk dua kali mencuri bola atau steal. Para pemain lain juga langsung membantu untuk menutup ruang saat Shai ingin masuk ke area dalam. Shai hanya mampu menghasilkan 8 tembakan, dari rerata 14,3 kali sebelum semifinal.
Adapun selama Avramovic di lapangan, Serbia unggul atas Kanada sebanyak 15 poin. Tidak ada pemain Serbia lain yang mencatat statistik plus minus lebih baik darinya. “Dia mempelajari rekaman Shai selama dua hari. Dia berkata, ‘percayalah saya akan mencuri bola darinya (Shai)’,” kata Bogdanovic.
Baca juga: Jalan Buntu Tim Latvia di Manila
Di final, Serbia akan berhadapan dengan tim Eropa lain, yaitu Jerman. Jerman menumbangkan tim unggulan teratas Amerika Serikat 113-111 lewat pertarungan dramatis hingga detik terakhir. Dua hasil semifinal sekaligus menunjukkan dominasi tim Benua Eropa atas tim Benua Amerika.