Catatan BRI Liga 1: Hujan Kartu Merah dan Tradisi Madura United
Paruh pertama Liga 1 Indonesia musim ini telah berjalan setengah jalan. Sejumlah catatan yang tercipta menegaskan persaingan kompetisi terbaik di Indonesia itu kini sulit diprediksi.
Setelah memasuki pekan ke-10, BRI Liga 1 2023-2024 menghadirkan lima catatan menarik. Madura United yang berada di puncak klasemen kembali membuktikan kedigdayaan mereka di setiap paruh pertama kompetisi. Di sisi lain, PSM Makassar, tim juara bertahan, masih tertahan di papan tengah karena terlalu mudah mendapatkan kartu merah.
Kartu merah hampir terjadi di setiap pekan
Dari 10 pekan yang telah terlaksana, sebanyak delapan pekan di antaranya tentu menyajikan pertandingan yang membuat wasit mengeluarkan kartu merah dari saku celananya. Hanya di pekan keenam dan kesepuluh, wasit tidak memberikan hukuman kartu merah kepada pemain.
Bek Persikabo 1973, Andy Setyo, adalah pemain pertama yang mendapatkan kartu merah di kompetisi kasta tertinggi Indonesia edisi 2023-2024. Kartu itu diterima ketika timnya tumbang, 1-2, dari RANS Nusantara pada pekan pembuka.
Baca juga : Persija Jakarta Menjaga Marwah Ibu Kota
Sebanyak 19 kartu merah telah dikeluarkan sang pengadil di musim ini. PSM Makassar menjadi tim yang paling banyak menerima kartu merah. Empat pemain “Juku Eja” telah merasakan harus keluar lapangan sebelum peluit akhir laga.
Pelatih PSM Bernardo Tavares menegaskan, jumlah kartu merah itu tidak menunjukkan anak asuhannya bermaksud bermain kasar di musim ini. Selain menginstruksikan pemainnya untuk lebih tenang dan berhati-hati, Tavares juga berharap wasit lebih jeli karena beberapa kartu merah yang diterima PSM. Misalnya, di laga melawan Bali United, 11 Agustus lalu, menurutnya, pemainnya tidak pantas langsung diganjar kartu merah.
Dua tim yang musim lalu berada di peringkat dua besar terbaik, PSM dan Persija, kehilangan taji setelah rehat babak pertama. Dua tim eks Perserikatan itu kompak hanya bisa mencetak tiga gol di babak kedua.
Secara total, 12 tim Liga 1 telah merasakan kekurangan pemain di dalam pertandingan. Selain PSM, mereka adalah Persib Bandung (2 kartu merah), Persik Kediri (2), PSIS Semarang (2), PSS Sleman (2), RANS (1), Persikabo (1), Bali United (1), Madura United (1), Persebaya Surabaya (1), Borneo FC (1), dan Persija Jakarta (1).
Gol dominan terjadi di babak kedua
Menyaksikan Liga 1 musim ini pencinta sepak bola dipaksa untuk mengamati pertandingan hingga selesai. Alasannya, drama lebih banyak terjadi di paruh kedua laga.
Dari 90 laga yang telah berlangsung, total 243 gol telah tercipta. Sejumlah 129 gol atau 53 persen dari total gol tercipta setelah turun minum.
PSIS menjadi tim yang sangat berbahaya di babak kedua. Skuad “Mahesa Jenar”, yang mencatatkan 15 gol, menghasilkan 11 gol di antaranya ketika laga dimulai lagi setelah rehat selama 15 menit.
Mereka pun menjadi tim yang paling banyak menciptakan gol ketika laga memasuki tambahan waktu di babak kedua. Total empat gol dihasilkan PSIS setelah pertandingan melampaui menit ke-90. Jumlah gol itu setara dengan koleksi gol yang mereka torehkan di babak pertama.
Persik Kediri juga menjadi tim lain yang menghadirkan wajah lebih berbahaya di paruh kedua. Mereka menghasilkan 10 gol dari total 15 gol setelah turun minum.
Baca juga : Peluang Persija Menuju Puncak
Sementara dua tim yang musim lalu berada di peringkat dua besar terbaik, PSM dan Persija, justru kehilangan taji setelah rehat babak pertama. Dua tim eks Perserikatan itu kompak hanya bisa mencetak tiga gol di babak kedua. Sebaliknya, mereka amat superior di babak pertama dengan catatan sembilan gol.
Skor akhir 2-1 paling sering tercipta
Sebanyak 17 pertandingan Liga 1 musim ini berakhir dengan kedudukan tipis, 2-1. Artinya, 18 persen laga yang telah berjalan berakhir dengan skor itu.
Jika dijabarkan lagi, sebanyak 9 laga dimenangkan tuan rumah dengan skor itu. Lalu, delapan tim tamu mencuri kemenangan dengan kedudukan, 2-1. Alhasil, 2-1 adalah skor kemenangan paling sering dihasilkan tim tamu.
Pada pekan ke-10, Borneo, Persib, dan Bali, mengemas poin penuh di kandang sendiri dengan skor tersebut. Adapun Persib menjadi tim yang paling sering mengemas keunggulan, 2-1. Tiga kemenangan “Maung Bandung” diraih dengan kedudukan itu.
Di urutan selanjutnya, skor dominan tercipta adalah 1-0 di 14 pertandingan. Untuk skor imbang paling sering tercipta adalah 1-1 yang hadir pada 10 pertandingan.
Baca juga : Kelelahan Bayangi Persiapan Bali United dan PSM Makassar Menuju Asia
Pelatih Dewa United Jan Olde Riekerink menilai, skor dengan margin gol minim menjadi bukti kualitas merata tim-tim di Liga 1 musim ini. “Semua tim memiliki peluang untuk menang. Keunggulan di sebuah laga bukan jaminan tim lebih baik dari tim lain, tetapi pemenang bisa memanfaatkan detail kecil yang tercipta di gim,” kata Riekerink yang berpaspor Belanda.
Klub “aparat” masih kesulitan bangkit
Catatan lainnya yang menarik adalah realita bahwa dua tim yang berafiliasi dengan dua instansi aparat keamanan berkutat di zona degradasi. Mereka adalah Persikabo 1973 yang dihuni beberapa pemain berstatus anggota Tentara Nasional Indonesia serta Bhayangkara Presisi yang merupakan milik Kepolisian Negara RI.
Persikabo berada di peringkat ke-16 dari 18 kontestan dengan koleksi delapan poin, sedangkan Bhayangkara menjadi juru kunci karena baru mengemas lima poin.
Keputusan Persikabo untuk mengontrak eks Pelatih Persebaya Surabaya Aji Santoso, pertengahan bulan ini, belum berbuah hasil positif. Mereka justru dilibas dua tim asal Jawa Timur, yakni Madura dengan skor 0-3, lalu memberikan Arema kemenangan perdana di musim ini, Senin (28/8/2023).
Pemain saya berada dalam motivasi tinggi untuk menjaga posisi pertama. Kami akan berusaha tampil konsisten untuk membenahi kekurangan. (Mauricio Souza, Madura United)
Persikabo selalu menelan kekalahan di empat gim terakhir. Menariknya, satu-satunya kemenangan yang diraih Persikabo selama Agustus tercipta ketika menumbangkan Persebaya, 2-1, di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, 4 Agustus lalu. Hasil laga itu membuat Aji dan Persebaya "bercerai".
Adapun Bhayangkara baru meraih kemenangan ketika mengalahkan Persita Tangerang, 3 Agustus lalu. Setelah itu, “The Guardians” paceklik kemenangan di empat laga terakhir. Hasil mengejutkan mereka raih ketika menahan imbang Madura tanpa gol di pekan ke-10.
Penyebab utama buruknya kedua tim “aparat” itu adalah kegagalan memanfaatkan laga kandang. Dari lima pertandingan kandang yang telah dilalui, mereka gagal mengemas hasil positif. Persikabo hanya mendapatkan dua poin, sedangkan Bhayangkara hanya mendapat satu poin.
Madura menjaga tradisi
Memasuki pertengahan paruh pertama musim ini, Madura kembali menegaskan tradisi mereka yang selalu mampu berada di papan atas di awal musim. Sejak pekan keenam, “Laskar Sape Kerrab” telah duduk manis di pucuk klasemen.
Baca juga : Liga Membaik, Bali United Catat Pendapatan Tertinggi
Tidak ada tim lain yang mampu menggoyahkan dominasi Madura di peringkat pertama selama lima pekan beruntun. Mereka berpeluang menjaga puncak di pekan ke-11 karena bakal menghadapi Persita Tangerang yang selalu kalah di tiga duel kandang terakhir.
Berada di puncak klasemen pada paruh pertama musim kini seakan menjadi tradisi bagi Madura. Pada musim 2022-2023, misalnya, Madura menguasai puncak klasemen selama enam pekan di paruh pertama kompetisi. Dominasi Madura di klasemen itu hanya bisa disaingi oleh PSM yang menjadi juara. Sebaliknya, Madura menutup musim berada di peringkat kedelapan.
“Pemain saya berada dalam motivasi tinggi untuk menjaga posisi pertama. Kami akan berusaha tampil konsisten untuk membenahi kekurangan,” kata Pelatih Madura Mauricio Souza setelah timnya ditahan imbang tanpa gol oleh Bhayangkara yang duduk di peringkat terakhir.
Akhir pekan ini, 18 tim Liga 1 akan menjalani pekan ke-11. Drama akan kembali terjadi. Tim-tim masih punya peluang memperebutkan empat klub teratas demi melaju ke babak kejuaraan. Di sisi lain, tim-tim yang tampil inkonsisten juga ingin keluar dari tren hasil buruk agar tak terbenam ke zona merah.