Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti membuka peluang Indonesia meraih gelar juara dunia bulu tangkis dari nomor ganda putri, melengkapi gelar yang lebih dulu diraih empat sektor lain.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
KOPENHAGEN, SABTU - Gelar juara Greysia Polii/Apriyani Rahayu dari Olimpiade Tokyo 2020 melengkapi medali emas Indonesia dari semua nomor bulu tangkis di ajang Olimpiade. Kini, ganda putri berpeluang melengkapi gelar juara dunia yang telah diperoleh pebulu tangkis Indonesia dari empat sektor lain.
Peluang itu dibuka Apriyani/Siti Fadia Silva Ramadhanti dengan tampil di final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Royal Arena, Kopenhagen, Denmark, Minggu (27/8/2023). Menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada semifinal, Apriyani/Fadia mengalahkan unggulan ketiga asal Korea Selatan, Kim So-yeong/Kong Hee-yong, 21-9, 22-20 untuk berhadapan dengan ganda putri nomor satu dunia, Chen Qingchen/Jia Yifan (China), di final.
Kemenangan di semifinal mengantarkan Apriyani/Fadia sebagai finalis ganda putri ketiga dari Indonesia dalam Kejuaraan Dunia. Pasangan pertama yang memperoleh kesempatan menjadi juara dunia adalah Verawaty Fajrin/Imelda Wigoeno di Jakarta 1980, tetapi mereka kalah dari Nora Perry/Jane Webster (Inggris).
Pada Kejuaraan Dunia 1995, di Lausanne, Swiss, Lily Tampi/Finarsih juga lolos ke final. Namun, mereka kalah dari salah satu ganda putri terbaik dunia era 1990-an, Gil Young-ah/Jang Hye-ock (Korea Selatan).
Berselang 28 tahun kemudian, Indonesia kembali punya kans meraih gelar juara dunia ganda putri. Sejak Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis digelar pada 1977, hanya nomor ini yang belum meraih gelar juara dunia. Nomor yang paling banyak mendapatkan gelar bagi Indonesia adalah ganda putra dengan 10 gelar, diikuti tunggal putra (6), ganda campuran (5), dan tunggal putri (2).
Ganda putri juga melengkapi medali emas bulu tangkis Indonesia di Olimpiade sejak cabang ini dipertandingkan di Barcelona 1992. Greysia/Apriyani mencatat sejarah itu ketika bermain di Olimpiade Tokyo 2020.
Sebelum Greysia/Apriyani juara, ganda putri Indonesia bahkan belum pernah meraih medali apa pun di Olimpiade. Kini, sektor yang dipimpin pelatih Eng Hian tersebut berpeluang melengkapi emas tersebut dengan gelar juara dunia.
Meski bermain solid pada semifinal, Apriyani/Fadia berusaha mengontrol emosi dan ekspektasi mereka. Setelah memenangi semifinal, lalu berpose untuk fotografer di lapangan, Apriyani mengingatkan Fadia bahwa perjuangan belum selesai dengan mengatakan, “Satu lagi!” Fadia menjawab itu dengan anggukan.
“Tak terbayangkan, kami bisa lolos ke final Kejuaraan Dunia pada keikutsertaan yang pertama sebagai pasangan. Tadi, kami bisa bermain baik dengan fokus pada setiap poin dan menikmati pertandingannya. Meski begitu, saya tidak mau percaya diri berlebihan untuk final, rasa percaya dirinya tetap harus dikontrol,” tutur Apriyani yang mencapai semifinal Kejuaraan Dunia 2018 dan 2019 bersama Greysia.
Pada kesempatan itu, Apriyani memuji Fadia yang tampil baik. Fadia bisa mengatasi ketegangan yang dirasakan pada persaingan ketat gim kedua. Apalagi, pada gim ini, Kim/Kong sempat menggagalkan match point pertama Apriyani/Fadia pada skor 20-19.
Fadia, yang berpasangan dengan Apriyani sejak Juni 2022, jeli dalam menempatkan kok ke area lapangan yang kosong, seperti dengan smes dan dropshot silang, baik ke dekat net atau ke sudut lapangan. Dia melihat celah itu dengan cepat dalam laga yang mempertemukan dua pasangan dengan karakter sama, yaitu permainan agresif. Hal ini berbeda saat semifinal, ketika Apriyani/Fadia bertemu pemain Jepang, Yuki Fukshima/Sayaka Hirota, yang cenderung bertahan dengan kuat.
Tak terbayangkan, kami bisa lolos ke final Kejuaraan Dunia pada keikutsertaan yang pertama sebagai pasangan. Tadi, kami bisa bermain baik dengan fokus pada setiap poin dan menikmati pertandingannya.
“Saya sempat gemetar. Apalagi, angkanya ketat pada gim kedua, fokus sempat turun. Tetapi, kami bersyukur bisa kembali fokus, banyak berkomunikasi, dan akhirnya bisa menang,” tutur Fadia.
Meski performa menurun sejak Juni, Apriyani/Fadia memperlihatkan tekad untuk bangkit selama bermain di Kopenhagen. Pada babak ketiga dan perempat final, pasangan peringkat ke-12 dunia itu menyingkirkan lawan yang unggul dalam statistik pertemuan, yaitu Baek Ha-na/Lee So-hee (Korea Selatan) dan Fukushima/Hirota.
Kini, kebangkitan mereka akan diuji ganda putri terbaik, Chen/Jia, yang adalah juara dunia 2017, 2021, dan 2022. Apriyani/Fadia mendapat kesempatan untuk menyelesaikan pertemuan terakhir yang tak tuntas, yaitu pada semifinal Malaysia Terbuka, Januari. Saat itu, Apriyani/Fadia mundur pada skor 9-21, 0-2 karena cedera yang dialami Fadia.
Empat kali
Di nomor ganda campuran, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China) lolos ke final dan berpeluang menambah gelar juara dunia mereka. Jika bisa mengalahkan Seo Seung-jae/Chae Yu-jung (Korea Selatan), Zheng/Huang akan menjadi juara dunia untuk keempat kali setelah 2018, 2019, dan 2022.
Jumlah itu akan sama seperti yang dimiliki beberapa seniornya, seperti Gao Ling, Zhang Nan, Fu Haifeng, dan Cai Yun. Adapun pemain Indonesia yang mengoleksi empat gelar juara dunia adalah pemain ganda campuran Liliyana Natsir dan ganda putra Hendra Setiawan.
Gelar Hendra tampaknya tak akan bertambah setelah Hendra/Ahsan dikalahkan Seo/Kang Min-hyuk (Korea Selatan), 19-21, 17-21, pada perempat final di Kopenhagen, Jumat. Hendra/ Ahsan menyatakan, laga itu menjadi penampilan terakhir mereka di Kejuaraan Dunia.
“Untuk Kejuaraan Dunia sudah cukup,” kata Ahsan.
“Kalau ternyata lolos ke Kejuaraan Dunia 2025, gimana ya… tapi, saya realistis saja. Tahun 2025, usia saya 41 tahun. Jadi, ini rasanya akan menjadi Kejuaraan Dunia terakhir saya,” ujar Hendra, yang berulang tahun ke-39 saat menjalani perempat final, 25 Agustus.
Hendra/Ahsan menjadi juara dunia pada 2013, 2015, dan 2019 ditambah final pada 2017 dan 2022. Hendra mendapat satu gelar lain saat berpasangan dengan Markis Kido pada 2007.
Pada tunggal putra, kejutan terjadi ketika juara bertahan yang juga pemain nomor satu dunia, Viktor Axelsen, tersingkir pada perempat final. Dia kalah dari Prannoy H.S. 21-13, 15-21, 16-21, yang akan berhadapan dengan Kunlavut Vitidsarn pada semifinal, Sabtu tengah malam waktu Indonesia.
Ganda putra telah kehilangan pasangan nomor satu dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, sejak babak kedua. Mereka disingkirkan pemain Taiwan, Lee Jhe Huei/Yang Po Hsuan.