Iga Swiatek kesal dengan penggemar tenis yang menyampaikan kebencian, meski dia memenangi babak ketiga WTA 1000 Cincinnati. Dia meminta agar mereka lebih menghargai pengorbanan atlet dibandingkan hanya melihat hasil.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
CINCINNATI, KAMIS - Iga Swiatek kehilangan satu set saat memenangi babak ketiga dan lolos ke perempat final turnamen tenis WTA 1000 Cincinnati. Hasil itu memunculkan komentar negatif dari fans melalui media sosial. Namun, Swiatek meminta mereka untuk lebih menghargai kerja keras para atlet.
Tunggal putri nomor satu dunia itu kehilangan set pertama ketika berhadapan dengan petenis China, Zheng Qin Wen, pada babak ketiga di Lindner Family Tennis Center, Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat pada Kamis (17/8/2023) waktu setempat atau Jumat dini hari waktu Indonesia. Setelah itu, Swiatek tampil dominan dalam dua set berikutnya hingga menang dengan skor 3-6, 6-1, 6-1.
Saat menjalani konferensi pers, petenis Polandia tersebut langsung berbicara panjang lebar tentang sikap para penggemar tenis yang muncul melalui media sosial. Banyak yang berkomentar negatif hanya karena dia kehilangan satu set.
“Pertandingan hari ini memang tidak sempurna bagi saya. Banyak yang melihat itu. Tetapi, kritik dan kebencian yang disampaikan pada saya dan tim sangat berlebihan,” katanya dengan raut wajah kesal.
Petenis dengan tiga gelar juara Grand Slam itu kemudian menjelaskan, atlet mengorbankan banyak hal untuk bisa bersaing di arena tenis profesional. “Kami bekerja keras untuk bisa sampai pada tahap seperti ini. Kami selalu memberikan semua kemampuan seratus persen. Saya ingin agar masyarakat berpikir dulu sebelum mereka berkomentar di internet, sebelum menilai saya dan tim saya,” tutur Swiatek.
Swiatek, yang akan berhadapan dengan juara Wimbledon, Marketa Vondrousova, pada perempat final, tak tahu apakah pesan kebencian itu disampaikan penggemarnya atau bukan. Namun, dia sadar, ada banyak orang yang menilai performa atlet dari hasil tertentu.
Oleh karena komentar-komentar negatif itu bisa berpengaruh pada kesehatan mental, Swiatek pun memilih untuk tak hanya diam. Dia mengkritik balik para pengkritik itu.
Pada persaingan ganda putri, kemenangan tipis pada dua babak yang didapat Aldila Sutjiadi/Miyu Kato berubah menjadi kekalahan tipis pada perempat final.
Petenis Tunisia, Ons Jabeur, juga menyampaikan pendapatnya atas keberadaan para “haters” itu. Dia menginginkan masyarakat lebih bijak dalam berpikir sebelum menilai orang lain. Akan tetapi, dia tak bisa mengubah mentalitas mereka yang selalu memberi komentar negatif.
“Komentar seperti itu biasanya datang dari orang-orang yang berjudi. Saya menang atau kalah, pasti akan selalu menerima pesan negatif. Mereka adalah orang-orang yang tak punya pekerjaan, mengeluarkan banyak uang untuk berjudi, mungkin bertaruh untuk Iga. Lalu, mereka kehilangan banyak uang saat Iga kehilangan set. Jadi, rasanya tak mungkin mengubah mentalitas para petaruh itu,” ungkap Jabeur yang juga lolos ke perempat final dan akan berhadapan dengan Aryna Sabalenka.
Aldila kalah
Pada persaingan ganda putri, kemenangan tipis pada dua babak yang didapat Aldila Sutjiadi/Miyu Kato berubah menjadi kekalahan tipis pada perempat final. Mereka menantang unggulan ketiga yang merupakan duet pemain AS dan Australia, Nicole Melichar-Martinez/Ellen Perez, dan kalah dengan skor 5-7, 6-4, 8-10.
Pada dua babak sebelumnya, Aldila/Kato juga harus bermain tiga set dengan set penentuan yang menggunakan sistem super tie break (petenis yang mencapai poin 10). Mereka mengalahkan Laura Siegemund/Vera Zvonareva (Jerman/Rusia) 7-5, 6-7 (5), 10-8 pada babak pertama, lalu menang atas Gabriela Dabrowksi/Erin Routliffe (Kanada/Selandia Baru) dengan skor 7-6 (4), 4-6, 10-1 di babak kedua.
Saat berhadapan dengan Melichar-Martinez/Perez, Aldila/Kato kehilangan set pertama karena minim dalam perolehan poin dari servis pertama. Dari 29 servis pertama yang masuk, hanya 18 yang menghasilkan poin (62,1 persen). Ketika kelemahan ini diperbaiki pada set kedua (poin dari servis pertama naik menjadi 70,8 persen), mereka bisa membuat pertandingan berjalan tiga set. Namun, Aldila/Kato akhirnya kalah setelah bermain selama satu jam 23 menit.
Meski demikian, hasil dan performa mereka meningkat dibandingkan dalam dua turnamen lain yang menjadi bagian dari persiapan untuk Grand Slam Amerika Serikat Terbuka, 28 Agustus-10 September. Setelah bersaing di Wimbledon dan bertahan hingga babak ketiga, Aldila/Kato beralih fokus ke turnamen lapangan keras di Amerika seperti petenis top lain.
Pada turnamen WTA 500 Washington DC, mereka tersingkir pada babak pertama. Setelah itu, dalam persaingan WTA 1000 Kanada di Montreal, mereka mendapat hasil sedikit lebih baik dengan lolos ke babak kedua.
Persaingan dalam tiga turnamen itu akan menjadi bekal untuk tampil di Flushing Meadows, New York, Grand Slam terakhir pada tahun ini. Dalam tiga Grand Slam sebelumnya, yaitu Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan Wimbledon, mereka selalu tersisih pada babak ketiga.
Carlos Alcaraz
Dari nomor tunggal putra di tempat yang sama, pada level turnamen ATP Masters 1000, dua unggulan teratas, Carlos Alcaraz dan Novak Djokovic, mendapat tempat di perempat final dengan cara berbeda. Djokovic menang dua set atas Gael Monfils 6-3, 6-2, sementara Alcaraz membutuhkan tiga set untuk mengalahkan Tommy Paul 7-6 (6), 6-7 (0), 6-3. Kemenangan atas Paul membalas kekalahan yang dialami Alcaraz pada perempat final Kanada Masters, pekan lalu. (afp/reuters)
Petenis Polandia, Iga Swiatek, melakukan servis saat menghadapi Qinwen Zheng (China) pada laga babak ketiga tunggal putri WTA 1000 Cincinnati di Lindner Family Tennis Center, Mason, Ohio, Amerika Serikat, Jumat (18/8/2023) waktu Indonesia. Swiatek menang, 3-6, 6-1, 6-1.