Efek Bola Salju Kepergian Harry Kane bagi Tottenham Hotspur
Harry Kane lebih dari sekedar pencetak gol ulung bagi Tottenham Hotspur. Kepergiannya bakal membuat sisi finansial "Si Lili Putih" merana.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Setelah resmi pindah dari Tottenham Hotspur ke Bayern Muenchen, Harry Kane mulai bermain pada menit ke-64 untuk menggantikan Mathys Tel pada laga Piala Super Jerman, Minggu (13/8/2023) dini hari WIB. Meskipun Bayern Muenchen tumbang, 0-3, dari RB Leipzig, penampilan itu menjadi babak baru bagi karier profesional penyerang berusia 30 tahun itu.
Kane gagal membantu “Die Roten” terhindar dari kekalahan, sehingga gagal mengangkat trofi pertama di Jerman. Ketika Kane masuk, Bayern sudah tertinggal dua gol berkat sumbangan gol Dani Olmo. Dua menit setelah Kane berlari mengenakan jersei nomor sembilan Bayern, Olmo mengunci kemenangan Leipzig melalui eksekusi titik putih.
Pelatih Bayern Thomas Tuchel menegaskan, Kane adalah pemain penting bagi rencana permainan Die Roten di musim ini. Meski baru berkenalan dan berlatih ringan bersama kurang 12 jam sebelum laga, Tuchel langsung memberi kesempatan Kane tampil demi berkenalan dengan taktik dan memahami permainan teman barunya.
“Ia akan bermain di setiap pertandingan, titik. Ia berlatih bersama kami dan akan bermain sejak menit awal melawan Werder Bremen,” ucap Tuchel kepada Sky Jerman memastikan Kane akan langsung menjalani debut di pekan pertama Liga Jerman, Sabtu (19/8/2023) mendatang.
Antusiasme pun memayungi pendukung Bayern dan pecinta sepak bola Jerman dengan kehadiran kapten tim nasional Inggris itu. Sebanyak 68 persen dari 154 ribu responden survei yang dilakukan Kicker yakin Kane bisa sukses dan menjadi wajah baru Liga Jerman.
Sebaliknya, aura negatif menggelayuti Tottenham Hotspur yang ditinggal Kane. Pada laga pertama tanpa Kane di Liga Inggris 2023-2024, Spurs hanya mampu membawa pulang hasil seri, 2-2, kontra Brentford.
Selain wajib mengubah gaya bermain yang selama ini bertumpu kepada Kane, Spurs juga bakal kehilangan pemain yang memberikan jaminan mutu bisa mencetak minimal 24 gol per musim.
Selama sembilan musim terakhirnya membela Spurs, Kane selalu menjadi pencetak gol paling subur di klub. Bahkan, ketika tandem Kane, Son Heung-min, meraih sepatu emas alias predikat pencetak gol terbanyak Liga Inggris 2021-2022, penyerang yang merupakan anak London asli itu tetap pemain dengan koleksi gol terbanyak di semua kompetisi.
Ia akan bermain di setiap pertandingan, titik. Ia berlatih bersama kami dan akan bermain sejak menit awal melawan Werder Bremen.
Spurs tentu sulit mencari pemain yang bisa menyaingi capaian Kane. Koleksi rerata 134 menit per gol menjadi penegas Kane adalah striker terbaik yang pernah dimiliki klub berusia 140 tahun itu.
Menurut Opta melalui simulasi superkomputer, kans Spurs untuk bersaing di posisi empat besar amat berat. Spurs diprediksi hanya memiliki kesempatan 9,5 persen untuk finis di zona Liga Champions pada musim 2023-2024.
Terdapat tujuh tim yang dinilai punya peluang duduk di atas Spurs pada klasemen akhir musim ini. Mereka adalah Manchester City, Arsenal, Liverpool, Manchester United, Newcastle United, Chelsea, dan Brighton & Hove Albion.
Faktor komersial
Selain potensi munculnya kendala bagi performa klub di dalam lapangan, kehilangan Kane juga bakal membuat Spurs amat menderita di luar lapangan, terutama mengenai nilai komersial klub. Meskipun kemarau trofi sejak 2008, Spurs masih mampu menjadi 10 besar klub dengan pemasukan terbesar di dunia.
Berdasarkan Money League 2023, manajemen “Si Lili Putih” mengoleksi pendapatan 523 juta euro atau sekitar Rp 8,78 triliun selama 2022. Faktor Kane sebagai ikon klub tidak bisa dilepaskan sebagai daya tarik perusahaan mengaitkan jenama mereka dengan Spurs.
Wajah Kane selalu menghiasi iklan-iklan produk yang bekerja sama dengan Spurs. Kieran Maguire, pakar finansial olahraga, menilai pengabdian luar biasa Kane selama di Spurs membuat dirinya telah menjadi wajah klub.
“Kehilangan Kane menjadi kekecewaan yang masif bagi Spurs. Mereka harus menemukan pemain lain yang bisa memberikan dampak komersial, setidaknya dalam penjualan jersei,” kata Maguire kepada Football Insider.
Untuk urusan penjualan jersei, Spurs menjual sekitar 700 ribu hingga 800 ribu jersei per musim. Jersei bernomor punggung 10 milik Kane menjadi daya tarik mayoritas pendukung Spurs. Itu membuat Kane selalu masuk dalam daftar 10 besar pemain dengan penjualan jersei terbesar di Eropa sejak 2015.
Dilansir The Mirror, sejak Piala Eropa 2016, jersei Inggris dengan nama dan nomor punggung Kane selalu menjadi yang terlaris dicatatkan Nike, perusahaan olahraga pembuat jersei “Tiga Singa”. Dalam setiap turnamen resmi yang diikuti Inggris, tidak ada pemain lain yang bisa menyaingi angka penjualan jersei Inggris dengan menggunakan nama Kane.
Di luar itu, Spurs juga bakal kehilangan pemasukan tiket terusan sebesar 80.000 pounds (Rp 1,3 miliar) per musim. Jumlah itu adalah akumulasi nilai uang yang dikeluarkan Kane untuk memberikan beberapa anggota keluarganya tiket musiman dalam lima musim terakhir.
Alhasil, sangat logis ketika CEO Spurs Daniel Levy sempat berusaha sekuat tenaga menggagalkan transfer Kane ke Bayern. Meski permintaan harga untuk Kane sebesar 100 juta euro (Rp 1,68 triliun) telah dipenuhi Bayern, Levy sempat mengubah detail transfer di detik-detik akhir sebelum Kane terbang ke Muenchen. Total, Bayern mengeluarkan 110 juta euro (Rp 1,84) untuk memboyong penyerang terbaik Inggris saat ini.
Nilai transfer itu terbilang besar, tetapi dampak buruk jangka panjang yang akan diterima Spurs bakal sulit dihitung secara materi. Musim ini, Spurs tentu akan merasakan kehilangan sumber gol. Lalu, dalam beberapa tahun mendatang, Kane berpotensi menggagalkan Spurs mencapai proyeksi target ekonomi di luar lapangan.
Sudah tanpa trofi, Spurs juga berpotensi merugi di sektor komersial. Kepergian Kane memang pantas ditangisi suporter Si Lili Putih.