Liga Membaik, Bali United Catat Pendapatan Tertinggi
Meskipun gagal berprestasi di Liga 1 2022-2023, Bali United mengemas rekor pendapatan tertinggi sejak berdiri pada 2014. Kompetisi yang kembali normal menyebabkan pemasukan klub meningkat pesat.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pelaksanaan kembali kompetisi BRI Liga 1 dalam kondisi normal di musim 2022-2023 memberikan dampak ekonomi signifikan bagi klub peserta. Bali United, misalnya, telah mencatatkan pemasukan tertinggi dari bisnis sepak bola sejak melantai di bursa saham Indonesia, Juni 2019.
Hal itu terungkap pada paparan umum atau public expose dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), induk Bali United, Rabu (26/7/2023) sore, secara hibrida di Jakarta. Dari manajemen klub sepak bola, BOLA mencatatkan pendapatan selama 2022 sekitar Rp 125 miliar atau jumlah itu setara 35 persen dari total pendapatan perseroan.
Jumlah pendapatan itu telah meningkat signifikan dibandingkan tahun 2021 yang hanya sekitar Rp 62 miliar. Selain peningkatan pesat dalam lini komersial dan kontribusi, perbedaan utama pada 2021 dan 2022 ialah hadir lagi pemasukan dari tiket pertandingan.
Pada 2021, Bali United tidak menerima pendapatan tiket pertandingan karena kompetisi Liga 1 2021-2022 dilangsungkan dengan sistem gelembung sehingga tidak ada penonton. Adapun pada Liga 1 2022-2023, tim “Serdadu Tridatu” sempat menjalani enam pertandingan kandang di Stadion Kapten I Wayan Dipta dengan rerata 8.308 penonton per laga.
Meskipun belum menjalani kuota laga kandang optimal di Wayan Dipta, Bali tetap mengemas pendapatan bersih sekitar Rp 4,9 miliar. Di sisa laga kandang pada musim lalu, Bali memainkannya di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DI Yogyakarta. Itu dilakukan karena Wayan Dipta dibenahi untuk menyambut Piala Dunia U-20 2023.
Selain tiket pertandingan, pendapatan utama BOLA dari sektor sepak bola berasal dari kerja sama komersial yang mencapai Rp 110 miliar. Kemudian, bagian kontribusi yang menyumbang sekitar Rp 10,5 miliar.
“Sponsorship, tiket pertandingan, dan merchandising adalah tiga hal yang menunjang pendapatan dari manajemen klub sepak bola itu. Lalu, ada pula sumber lain dari hak siar televisi,” kata Direktur Utama PT Bali Bintang Sejahtera Yabes Tanuri.
Pendapatan Bali United sebesar Rp 125 miliar adalah terbesar dalam sejarah klub yang berdiri pada 2014 itu. Sebelumnya, pemasukan Bali tercatat tertinggi pada 2019 ketika mereka meraih trofi Liga 1 perdana dan sebelum pandemi Covid-19. Kala itu, Bali United mendapat pemasukan sekitar Rp 97 miliar.
Sponsorship, tiket pertandingan, dan merchandising adalah tiga hal yang menunjang pendapatan dari manajemen klub sepak bola itu.
“Terdapat pertumbuhan positif dari beragam lini bisnis perseroan, termasuk sepak bola dengan peningkatan pendapatan tiket, sponsor, dan merchandise,” ujar Komisaris Utama PT Bali Bintang Sejahtera Jemi Wiyono Prihadi dalam sambutan Laporan Tahunan 2022 BOLA Group.
Potensi
Peluang Bali mencatatkan pendapatan lebih besar di musim 2023-2024 cukup besar. Pasalnya, Serdadu Tridatu masih menjaga kemitraan dengan sejumlah perusahaan yang telah mendukung tim dalam beberapa musim terakhir, di antaranya PT Indofood Sukses Makmur dan PT Vidio Dot Com.
Khusus untuk PT Indofood Sukses Makmur, kemitraan tidak hanya terjalin untuk kompetisi domestik. Bali dan Indofood menjalin kerja sama dengan nilai Rp 17,25 miliar per tahun untuk kompetisi domestik serta Rp 2,5 miliar per tahun untuk kompetisi Asia. Nilai kerja sama itu berjalan hingga 2024.
Dengan kemitraan itu, logo Indofood mendapat ukuran tertinggi dan tempat paling strategis di jersei Bali United di Liga 1. Indofood pun bakal menjadi satu-satunya jenama komersial yang tercantum di jersei Bali pada kualifikasi Liga Champions Asia 2023-2024 yang dimulai, Agustus ini.
Sementara itu, Bali menandatangani nilai kerja sama dengan Vidio sebesar Rp 6,6 miliar. Kontrak itu juga berlangsung hingga 2024.
Selain dua sponsor terbesar itu, Bali juga memiliki kemitraan dengan 24 perusahaan lainnya. Termasuk, Specs yang memasuki musim kedua menjadi penyedia jersei dan perlengkapan latihan tim asuhan Stefano Cugurra itu.
“Untuk mempertahankan performa komersial, kami menargetkan tim konsisten berada di papan atas dan bersaing dalam perebutan juara (Liga 1). Kami sudah semakin membaik menjalani empat pertandingan awal di musim ini,” ucap Yabes.
Selama musim 2022-2023, Bali mengeluarkan biaya sekitar Rp 45,8 miliar untuk kontrak pemain, pelatih, dan staf tim. Jumlah itu terdiri dari Rp 39,9 miliar untuk 44 pemain yang terdaftar di tim utama, lalu 119 pemain dikontrak untuk tim muda dengan nilai kontrak akumulasi sekitar Rp 327 juta, serta sekitar Rp 5,5 miliar untuk pelatih dan ofisial tim.