Inspirasi juara bisa datang dari mana saja, seperti kisah juara Prawira yang bermula hanya dari segulung sushi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Prawira Harum Bandung menghujani kemarau prestasi Kota Bandung dengan gelar juara liga bola basket tertinggi setelah penantian seperempat abad. Siapa sangka? Trofi yang sudah begitu dirindukan publik Bandung itu bermula dari inspirasi pembuatan segulung sushi.
Tidak ada keterikatan antara makanan khas Jepang itu dengan bola basket. Namun, berkat sushi, Pelatih Prawira David Singleton menjadi sosok yang perfeksionis dan percaya terhadap proses. Semua bermula di 2015, saat dia menjalani debut profesional kepelatihan sebagai asisten klub Selandia Baru, Nelson Giants.
Dave, panggilannya, bertemu dengan pelatih kepala Tim Fanning yang merekrutnya dari staf pelatih klub SMA Salesian College Preparatory di Richmond, California, Amerika Serikat. Dalam sebuah rapat tim pada awal pramusim, Fanning memperlihatkan sebuah video tentang perjalanan koki sushi di Jepang yang mengubah prinsip hidupnya.
”Video itu tentang seorang koki sushi di Jepang bernama Jiro. Dia memulai sejak usia 20 tahunan sebagai koki yang buruk. Lalu, dia terus belajar bagaimana membuat sushi yang sempurna, hari demi hari, sampai menjadi koki sushi terbaik di usia 70 tahun. Keseluruhan proses itu dinamakan (prinsip) Kaizen,” kata pria 34 tahun itu.
Dave mendalami, lalu hidup dengan nilai-nilai prinsip Kaizen sejak saat itu. Kai yang berarti perubahan dan zen yang berarti kebaikan, berasal dari budaya Jepang. Tidak ada kata gagal dalam prinsip itu. Semua hal bisa diperbaiki dengan perubahan kecil yang dilakukan konsisten, sampai menjadi kebiasaan. Muaranya adalah kesuksesan.
Prinsip itu yang dibawa sang pelatih sejak datang ke Prawira pada 2021. Dia mengubah kebiasaan para pemain Indonesia yang dikenal kurang disiplin dan peduli dengan detail kecil. Karakternya sangat cocok dengan kondisi tim Prawira saat itu yang masih diisi para pemain medioker dan ingin berkembang. Hanya ada satu pemain langganan tim nasional, yaitu Abraham Damar Grahita.
Saya menerapkan (prinsip) itu ke anak-anak sejak hari pertama. Kadang-kadang kita manusia terlalu banyak berpikir. Saya ingin mereka berpikir untuk melakukan yang terbaik di hari itu dulu. Maksimalkan hari itu. Yang penting adalah berkembang.
”Saya menerapkan (prinsip) itu ke anak-anak sejak hari pertama. Kadang-kadang kita manusia terlalu banyak berpikir. Saya ingin mereka berpikir untuk melakukan yang terbaik di hari itu dulu. Maksimalkan hari itu. Yang penting adalah berkembang. Dari pikiran, hati, dan badan. Tim ini hidup dengan kultur itu saat ini,” tutur Dave.
Di bola basket, serangan dan bertahan hanya terfokus di separuh lapangan. Dengan kondisi 5 lawan 5, lapangan berukuran 26 meter x 14 meter terasa sangat sempit. Pola permainan dengan berbagai variasi pun tampak nyaris sama. Karena itu, pembeda terbesarnya adalah melakukan gerakan hingga detail terkecil dengan sempurna.
Kapten Prawira Reza Guntara mengatakan, rasa lelah dan jenuh sudah menjadi sahabat terdekatnya dalam keseharian latihan. ”Jadi, prinsipnya, kalau sudah mahir, jangan ditinggal. Harus dilakuin lagi satu-satu hal (latihan) kecil itu, nikmatin proses, jangan langsung fokus ke tujuan besar. Pasti bosan dancapek, tetapi itu mau enggak mau (demi) belajar konsisten,” katanya.
Oase juara Prawira di IBL 2023 adalah bukti paling nyata kesuksesan prinsip Kaizen. Sebelum kedatangan Dave, Prawira seperti berada dalam pusaran kematian. Mereka membawa segudang asa di musim reguler, tetapi selalu kandas di playoff. Adapun terakhir kali mereka mencapai final ketika IBL 2008, masih bernama Garuda.
Di genggaman Dave, Prawira menciptakan rekor serba pertama dalam era operator liga kembali ke IBL pada 2015. Mulai dari lolos ke semifinal di musim pertama hingga mencapai final dan juara di musim kedua. Tidak hanya prestasi tim, para pemain pun naik kelas dalam hal individu. Reza dan Hans Abraham, misalnya. Mereka hanya pemain medioker tiga tahun silam.
Saat ini Reza berstatus Defensive Player of the Year IBL 2023 dan juga terpilih sebagai Most Valuable Player Finalyang biasa direbut oleh para pemain asing. Hans menjadi 6th Man of the Year musim ini. Sementara itu, guard Yudha Saputera yang baru berusia 24 tahun sudah finis sebagai peringkat kedua MVP musim reguler, hanya tiga musim setelah terpilih sebagai Rookie of the Year.
”Coach Dave selalu melihat kami bisa lebih dan lebih. Seperti di playoff lalu (setelah kalah di semifinal), bisa dibilang kena mental saya. Kami setiap malam meeting berdua. Sampai sempat dia manggil psikolog. Di awal musim juga gila. Kalau bisa dibilang, dia kaya psikopat-lah. Tapi, ya, itu yang membuat trofi balik ke Kota Bandung,” ujar Reza yang menyumbang rerata 15,5 poin dan 6,5 rebound dalam debut di final.
Prawira juara setelah mengandaskan Pelita Jaya Bakrie Jakarta dengan dua gim langsung di final. Gelar diraih berkat kemenangan dalam gim 2 di C-Tra Arena, Sabtu malam. Kemenangan itu sekaligus mengakhiri dominasi tim asal Jakarta selama lima musim terakhir. Mereka mencatat rekor keseluruhan 33 menang-3 kalah, termasuk 6-0 di playoff.
Dave berpesan, perjalanan Prawira belum berakhir malam itu. Para pemainnya yang mayoritas baru tampil perdana di final akan semakin baik musim depan. ”Kami akan kembali lagi musim depan. Saya berharap bisa mengulang juara lagi,” ucapnya.