Delvintor Alfarizi terus memangkas selisih waktu dengan pebalap terdepan di setiap sesi dalam tiga seri Kejuaraan Dunia Motokros kelas MX2 yang dia ikuti. Dia pun optimistis akan semakin baik pada paruh kedua musim ini.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Kroser asal Indonesia, Delvintor Alfarizi, terus meningkatkan catatan waktu putaran dalam setiap sesi di tiga seri Kejuaraan Dunia Motokros kelas MX2 yang dia ikuti, yaitu MXGP seri Jerman, Sumbawa, dan Lombok. Selisih waktu putarannya dengan pebalap tercepat dari semula 10 detik, terus turun ke tujuh detik di Samota, dan enam detik di Lombok. Selisih waktu dengan para pebalap di papan tengah pun lebih rapat, sekitar satu hingga dua detik. Pebalap tim JM Racing Astra Honda itu pun berharap semakin solid dalam dua balapan seri Lombok, Minggu (2/7/2023).
Delvintor mencetak watu lap tercepat 1 menit 59,906 detik dalam sesi balapan kualifikasi di Sirkuit Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (1/7/2023). Dia terpaut 6,225 detik dari pebalap tercepat Jago Geerts (Monster Energy Yamaha MX2). Ini peningkatan yang signifikan, setelah dalam balapan pertamanya setelah cedera di Jerman dia terpaut sekitar 10 detik, dan dalam balapan terakhir di Sumbawa terpaut tujuh detik. Selisih waktu itu masih sangat jauh, dan perlu kerja keras terus menerus hingga bisa bersaing dengan para pebalap di papan atas.
"Tadi dalam latihan bebas sempat kecelakaan, padahal sebenarnya dari sisi waktu putaran itu cukup bagus. Setelah itu ada sedikit kerusakan pada motor, tetapi di time practice bisa kembali lagi dan membaik secara waktu. Motor juga ada perubahan pada suspensi yang kita bikin lebih empuk di bagian belakang. Jadi, motor lebih anteng (tenang) dan lebih enak dikendalikan," ujar Adel, sapaan Delvintor.
"Secara umum di setiap sesi ada perbaikan waktu putaran dan kami tetap fokus pada itu. Jika bisa membaik dari sisi waktu, maka akan semakin dekat dengan leader dan nantinya kita akan bisa masuk dalam persaingan dengan pebalap yang lain," lanjut Adel yang finis di posisi ke-15 dalam balapan kualifikasi di Lombok.
"Ada perbaikan dari balapan di Sumbawa, dari tujuh detik dan di sesi terakhir tadi sudah bisa enam detik bedanya. Dengan para pebalap di atas saya bedanya satu dua detik. Semoga besok bisa lebih baik lagi," ujar pebalap binaan Astra Honda Motor itu.
"Tadi sebenarnya selisih waktu sudah bagus, tetapi di tengah (balapan kualifikasi) sempat membuat kesalahan, sehingga ritmenya hilang. Semoga besok bisa terus mengikuti (pebalap di depan) dan bersaing dengan yang lain," ungkap Delvintor.
Secara umum di setiap sesi ada perbaikan waktu putaran dan kami tetap fokus pada itu.
Saat ini, Delvintor belum menargetkan meraih posisi tertentu dalam balapan, karena fokusnya masih pada meningkatkan kecepatan untuk meraih waktu putaran yang kompetitif. Dalam sesi balapan kualifikasi, kecepatan rata-rata Delvintor 49,239 km/jam. Sedangkan Jago Geerts kecepatan rata-ratanya 51,935 km/jam.
"Sebenarnya fokus kita tetap pada perbaikan kecepatan, karena kalau speed sudah dapat dan juga ritme, pasti akan bisa bersaing. Ini perlu proses adaptasi, karena selisih levelnya lumayan jauh dari balapan di nasional dari segi teknik sirkuitnya. Kita tidak bisa asal buka gas saja dan masih banyak penyesuaian serta banyak yang perlu dipelajari," jelas dia.
Balapan MXGP musim ini masih menyisakan sembilan seri, termasuk Lombok, dan Adel berharap bisa semakin solid dalam seri-seri berikutnya.
"Saya berharap paruh kedua musim ini lebih baik, karena saya sebelumnya mengalami cedera di kaki pada awal musim. Jadi, saya melewatkan empat seri dan saya tidak mengendarai motor selama delapan pekan. Itu menyulitkan di awal musim untuk mendapatkan ritme. Sekarang ini seri ketiga saya, dan semoga seri-seri berikutya semakin membaik," ujar Adel.
Terkait dengan tingkat kesulitan trek antara Sumbawa dan Lombok, Delvintor menilai, kedua sirkuit itu memiliki karakter yang berbeda sehingga tidak bisa dibandingkan langsung.
"Kedua sirkuit ini sangat berbeda, karena di Sumbawa itu kecepatan tinggi, naik turun juga, sehingga dari segi suspensi dan lain-lain dan setelan motor berbeda. Kalau di sini lebih tehnikal, belokannya juga lebih rapat dan banyak tikungan berputar arah. Itu juga berpengaruh pada cara membawa motor dan setelan motor. Kalau dibandingkan mana yang lebih sulit, agak sulit membedakan, karena ini sirkuit yang berbeda, punya karakter masing-masing dan kesulitan masing-masing," tegas pebalap berusia 21 tahun itu.