Chico Aura Dwi Wardoyo meraih satu-satunya gelar juara bagi Indonesia dari turnamen bulu tangkis Taiwan Terbuka. Konsistensi performanya dinanti untuk meraih hasil serupa pada turnamen lebih tinggi.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TAIWAN, MINGGU — Gelar juara tunggal putra turnamen bulu tangkis Taiwan Terbuka menjadi gelar kedua bagi Chico Aura Dwi Wardoyo dari turnamen BWF World Tour. Setelah sekian lama berada di bawah Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie, Chico seharusnya bisa segera mendekati prestasi kedua rekannya tersebut.
Dua gelar Chico dari ajang BWF World Tour didapat pada dua tahun terakhir. Dia menjuarai Taiwan Terbuka Super 300 setelah mengalahkan pemain tuan rumah, Su Li Yang, dengan skor 23-21, 21-15 di Tian-mu Arena, Minggu (25/6/2023). Setahun sebelumnya, Chico meraih gelar pertama dari Malaysia Masters Super 500.
Sejak menjuarai Malaysia Masters hingga Taiwan Terbuka, hasil yang diperolehnya naik-turun. Pada tujuh turnamen setelah Malaysia Masters hingga akhir 2022, Chico hanya tiga kali menang dari sepuluh pertandingan. Dia lima kali tersingkir pada babak pertama.
Dia bisa membuat kejutan dengan mengalahkan pemain top dunia, seperti ketika mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting pada perempat final Malaysia Masters. Pada tahun yang sama, dia menang atas Kento Momota dalam babak pertama Jepang Terbuka.
Tahun ini, Chico mencapai final Indonesia Masters pada Januari sebelum dikalahkan Jonatan pada laga puncak. Namun, dalam tiga turnamen sebelum Taiwan Terbuka, yaitu Malaysia Masters, Thailand Terbuka, dan Indonesia Terbuka, hasil terbaiknya adalah babak kedua di Thailand.
Berdasarkan data tersebut, Chico masih kesulitan untuk mempertahankan performa yang baik dalam rentang waktu lebih dari satu turnamen. Padahal, tak jarang seorang pebulu tangkis harus berhadapan dengan jadwal padat, seperti mengikuti dua hingga empat turnamen secara beruntun.
Data dari laman BWF sejak awal 2022 juga menunjukkan, pebulu tangkis berperingkat ke-23 dunia tersebut sering kesulitan saat harus bermain tiga gim. Dari sembilan pertandingan tiga gim pada tahun ini, dia menang dalam empat pertandingan. Pada 2022, statistik menang-kalah pada gim ketiga adalah 6-7.
Performa ini, terutama yang menghasilkan kekalahan dengan skor tipis, menjadi salah satu yang dibahas asisten pelatih tunggal putra Harry Hartono. Harry menjelaskan performa Chico secara umum sejak Malaysia Masters hingga Taiwan Terbuka.
”Penampilan sebelum Taiwan tidak buruk, hanya saja dia harus lebih teliti dan berani pada poin-poin akhir. Hasilnya di Taipei, Chico bisa juara. Ini bukti bahwa dia belajar dari turnamen sebelumnya dan itu menjadi motivasi untuk tampil lebih baik di Taiwan,” kata Harry yang mendampingi Chico di Taiwan.
Final Indonesia Masters, gelar juara Taiwan Terbuka, serta pengalaman mengalahkan pemain top dunia seharusnya bisa menjadi bekal bagi Chico untuk untuk mendekati prestasi Jonatan dan Anthony. Mereka menjadi dua tunggal putra terbaik Indonesia dalam enam tahun terakhir tanpa ada satu pun pemain pelapis yang mengimbangi. Apalagi, Chico yang berusia 25 tahun hanya setahun lebih muda dari Jonatan, peringkat kelima dunia, dan dua tahun lebih muda dari Anthony yang berada di peringkat kedua.
Penampilan sebelum Taiwan tidak buruk, hanya saja dia harus lebih teliti dan berani pada poin-poin akhir.
Gelar dari Chico menjadi satu-satunya gelar juara bagi Indonesia dari Taiwan Terbuka. Ganda putri, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, kalah dari Shin Seung-chan/Lee Yu-lim (Korea Selatan) dengan skor 21-18, 17-21, 17-21. Ini menjadi kekalahan kedua Febriana/Amalia dari pasangan yang sama setelah sebelumnya kalah pada babak pertama Malaysia Masters.
”Pada poin-poin akhir gim ketiga kami kurang tenang. Pukulan kami banyak yang tidak akurat. Kami harus mempelajari dan membenahi segala kekurangan dan harus lebih bersemangat lagi,” tutur Febriana yang untuk pertama kalinya tampil dalam final turnamen BWF World Tour.
Dalam turnamen ini, Febriana/Amalia sebenarnya ditempatkan sebagai unggulan teratas. Namun, mereka masih kesulitan ketika harus berhadapan dengan pemain Korea Selatan, salah satu kekuatan utama ganda putri dunia selain China dan Jepang.
Shin/Lee baru berpasangan pada akhir Januari, tetapi Shin adalah pemain senior yang pernah berperingkat kedua dunia bersama Lee So-hee. Bersama partner lamanya itu, Shin menjadi finalis Kejuaraan Dunia 2021 dan meraih lima gelar BWF World Tour.
Dari empat wakil yang tampil di final, tuan rumah akhirnya hanya mendapat satu gelar juara dari Tai Tzu Ying. Tunggal putri peringkat keempat dunia itu mengalahkan Zhang Beiwen (Amerika Serikat) 21-14, 21-17 di final. Dua gelar lainnya di nomor ganda putra dan ganda campuran diraih pemain Malaysia.