Karakter sirkuit motokros Samota yang sangat lembek serta berkerikil di beberapa tempat, membuat para pebalap MXGP kesulitan menemukan feeling serta setelan motor. Kemampuan adaptasi dengan trek akan jadi penentu podium.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
SUMBAWA BESAR, KOMPAS – Sirkuit Samota yang mengalir, dengan tikungan-tikungan teknikal, serta naik-turun mengikuti kontur perbukitan, menyimpan jebakan yang rumit bagi para pebalap MX2 dan MXGP. Trek menjadi sulit karena pada beberapa bagian tanahnya sangat gembur sehingga memerlukan kontrol gas yang sangat presisi. Selain itu, beberapa tikungan berkerikil sehingga sulit mendapatkan feeling pengendalian motor yang bagus. Namun, jika menemukan jalur balapan yang tepat, seperti dilakukan oleh Romain Febvre, jalur podium terbuka lebar.
Pebalap tim Kawasaki itu mendominasi sesi latihan, time practice, serta balapan kualifikasi MXGP seri Sumbawa, Sabtu (24/7/2023). Dia bahkan mampu mencetak selisih waktu yang meyakinkan 4,138 detik dengan pebalap kedua, Jeremy Seewer, dalam balapan kualifikasi. Ini menjadi modal yang sangat solid bagi Febvre untuk meraih kemenangan dalam dua balapan pada Minggu (25/6). Balapan akan menempuh waktu 30 menit plus dua putaran.
"Saya memiliki start yang bagus, membuka jalan di depan, dan saya menemukan jalur yang bagus untuk menciptakan selisih waktu yang meyakinkan. Pada balapan besok, dua start yang bagus akan penting. Saya berusaha menyimpan energi sebisa mungkin dan saya menantikan balapan besok," ungkap Febvre.
Kecepatan Febvre dalam balapan kualifikasi–yang menyediakan poin sepruh dari balapan utama–tidak mampu ditandingi oleh lawan-lawannya. Pebalap Yamaha, Jeremy Seewer dan Glenn Coldenhoff, masing-masing di posisi kedua dan ketiga, tertinggal empat detik lebih. Bahkan, pebalap Gasgas yang kini memuncaki klasemen sementara, Jorge Prado hanya bisa start dari posisi keempat, terpaut sembilan detik dari Febvre.
"Hasil bagus dan posisi start kedua merupakan Sabtu yang bagus karena trek ini rumit. Trek sebenarnya sangat menyenangkan, sangat cepat, tetapi tanahnya rumit karena kering, berdebu, tidak banyak jalur, sangat gembur di beberapa tempat, serta dua, tiga tikungan banyak kerikil, jadi sangat sulit untuk mendapatkan feeling yang bagus, tetapi secara umum bagus," ungkap Seewer.
"Saya optimistis bisa bersaing di posisi depan dalam balapan. Saya ingin meraih podium dan jika merasa bagus bahkan meraih kemenangan," tegas pebalap asal Swiss yang musim lalu finis ketiga dalam balapan dua di Samota.
Sedangkan pebalap tim HRC Ruben Fernandez yang solid dalam sesi latihan dan time practice, dengan menempati posisi kedua dan ketiga, hanya bisa meraih posisi kelima dalam balapan kualifikasi. Padahal, Fernandez sempat menempel Febvre dalam beberapa putaran awal. Namun, dia kemudian menurunkan kecepatan karena mengalami masalah dengan arm pump.
"Saya merasa bagus di awal, karena trek ini sesuai dengan saya. Saya berada di posisi kedua dalam latihan, dan ketiga dalam time practice, kemudian saya mengawali balapan kualifikasi di posisi kedua. Namun, kemudian saya melambat dan berada di posisi kelima karena ada sedikit masalah arm pump, saya merasa sedikit kaku dan mengalami arm pump, sehingga agak kesulitan mengendalikan motor karena rasa aneh pada lengan. Saya pun harus sedikit melambat dan berada di posisi kelima, ini sedikit mengecewakan, karena saya seharusnya bisa di posisi kedua," ungkap Fernandez seusai menjalani sesi fisioterapi cukup lama.
Di beberapa tempat juga banyak batu-batu kecil yang lepas, tetapi secara umum saya sangat menyukai trek ini.
"Perlu mengubah pola pikir sedikit dalam cara berkendara, dan kami juga bekerja bersama tim untuk meningkatkan sedikit performa motor, jadi semoga kami bisa mendapat sensasi yang bagus besok," lanjut pebalap asal Spanyol itu terkait balapan pada Minggu.
Fernandez berharap kondisi lengannya membaik dan tidak menyulitkan dirinya saat balapan, karena trek cukup rumit dengan tanah gembur yang menuntut kepresisian bukaan gas.
"Ini trek yang rumit, tetapi saya sangat menyukai tata letaknya, alur trek yang mengalir, tetapi jenis tanahnya aneh karena di bagian bawah ada lapisan keras, dan kemudian anda menjumpai berm (tikungan) yang seperti ada pasir tebal yang membuat trek menjadi sangat lembek. Jadi, anda perlu sangat presisi dengan bukaan gas saat menemui bagian yang sangat lembek itu, di mana anda perlu tenaga lebih besar, karena itu sangat licin," ungkap Fernandez.
"Di beberapa tempat juga banyak batu-batu kecil yang lepas, tetapi secara umum saya sangat menyukai trek ini, dan musim lalu saya meraih podium, jadi semoga tahun ini kami bisa mengulangi itu lagi," pungkas Fernandez yang musim lalu finis di posisi ketiga dalam balapan satu di Samota.
Kondisi trek yang sulit itu juga dirasakan oleh para pebalap kelas MX2, termasuk pebalap asal Indonesia Delvintor Alfarizi. Pebalap yang membela tim JM Racing Astra Honda itu hanya bisa start dari posisi ke-16 karena mengalami kesulitan di pertengahan balapan kualifikasi, saat kondisi trek mulai hancur.
"Sirkuit ini lebih teknikal dibandingkan tahun lalu, karena tanah lebih gembur dan juga dilakukan penyiraman ekstra (sehingga semakin lembek). Kalau tahun lalu lebih ke speed. Untuk mengatasi ini yang utama adalah setelan suspensi dan juga tenaga motor," ungkap Delvintor.
Dalam balapan kualifikasi, pebalap berusia 21 tahun itu sempat berada di posisi ke-11 dari 23 pebalap. Tetapi, memasuki pertengahan waktu 20 menit plus dua putaran, dia mulai mengalami kesulitan mengendalikan motor di trek yang sudah mulai hancur. Dia pun turun ke posisi ke-13 dan kemudian finis ke-16.
"Sebenarnya tadi agak kesulitan di pertengahan balapan, karena jalurnya di pertengahan lebih hancur dan para pebalap lain. Karena lebih berpengalaman, mereka bisa terus melaju meskipun trek sudah hancur. Besok fokusnya itu yang diperbaiki," tegas Delvintor yang musim lalu masuk 10 besar di Samota.