Meskipun hadir tanpa Lionel Messi, skuad Argentina mampu menghipnotis puluhan ribu warga Indonesia yang memadati Stadion Utama GBK, Senin malam. Mereka berharap tim-tim kelas dunia bakal lebih sering datang ke Tanah Air.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Magis Argentina menyihir sekitar 56.000 penonton yang menyaksikan laga tim juara Piala Dunia Qatar 2022 itu dengan tuan rumah Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (19/6/2023). Meski mayoritas menggunakan jersei warna merah kebanggaan Indonesia, para penonton turut mendengung-dengungkan aksi Argentina sepanjang 90 menit laga tersebut. Bahkan, mereka ikut bersorak tatkala tim ”Tango” menyarangkan gol ke gawang tim ”Garuda”.
Daya tarik Argentina sungguh luar biasa. Bahkan, sambutan kepada para pemain Argentina begitu bergelora. Memang, ketika para pemain Indonesia memasuki stadion untuk melakukan pemanasan sekitar 45 menit sebelum laga, para suporter kompak bersorak, bersiul, dan memberi tepuk tangan gembira. Mereka pun sejenak meneriakkan kata-kata, ”Indonesia!!! Indonesia!!! Indonesia!!!.”
Namun, saat para pemain Argentina masuk ke stadion sekitar sembilan menit setelah pemain tim ”Garuda”, para penonton tak kalah histeris. Sejumlah penonton langsung kehilangan kendali. Mereka berdiri sambil menjerit-jerit meneriaki nama sejumlah pemain ”La Albiceleste”. Tatkala ada pemain Argentina yang merespons dengan melambaikan tangan, para penonton semakin tergila-gila. Mereka tertawa geli sendiri sambil berteriak kencang.
Kebanggaan penonton kepada Argentina tergambar pula dari atribut yang mereka kenakan. Di antara mayoritas penonton yang menggunakan jersei merah-merah, tak sedikit penonton lokal yang memilih menggunakan atribut tim Tango, mulai dari jersei, syal, hingga membentangkan bendera tim asal Amerika Latin tersebut.
Sewaktu panitia mengumumkan daftar pemain Argentina, mereka menyambut nama kiper Emiliano Martínez, gelandang Leandro Paredes, penyerang Julian Alvarez, gelandang Alexis Mac Allister dan Enzo Fernandez, serta pemain sayap Alejandro Garnacho, dengan begitu meriah. Bahkan, sebelum panitia selesai menyebutkan nama Alvarez, Mac Allister, Fernandez, dan Garnacho, penonton menyambut kompak menuntaskan nama lengkap pemain-pemain tersebut. Sambutan mereka untuk nama-nama pemain Argentina terasa lebih bergema ketimbang ketika panitia mengumumkan daftar pemain Indonesia.
Memasuki pertandingan, para penonton tak henti berdecak kagum dengan skill para pemain Argentina, terutama saat memberikan umpan-umpan jauh yang akurat, pergerakan tanpa bola yang sulit ditebak, dan gaya olah bola yang tenang serta berkelas. Berulang kali terdengar kata-kata pujian dari penonton, seperti gila dan luar biasa.
”Walau yang main di sini rata-rata pemain lapis dua, kualitas Argentina sebagai juara dunia tidak bohong. Kita bisa lihat bagaimana cari mereka memberi umpan, ketenangan mereka menguasai bola, dan taktik permainan dari transisi bertahan ke menyerang dan sebaliknya, semuanya memang di atas rata-rata. Saya puas bisa melihat aksi mereka secara langsung hari ini. Beda sekali pengalamannya nonton mereka dari televisi dan dari pinggir tribune lapangan,” ujar Fahri (23), penonton tiket kategori satu asal Jakarta Timur.
Momen berharga itu tidak disia-siakan penonton. Maka itu, berulang kali mereka mengabadikan foto diri dengan latar belakang laga yang sedang berlangsung dan mencoba memotret ataupun mengambil video beberapa bagian dari laga bersejarah tersebut. ”Semoga ke depan, Indonesia bisa lebih sering bermain dengan tim-tim kelas dunia. Selain jadi hiburan untuk warga, itu juga bisa menambah jam terbang pemain Indonesia,” ujar Fahri, yang memakai jersei Argentina bernama Fernandez.
Usaha keras
Magnet Argentina begitu kuat sehingga membuat beragam lapisan masyarakat berusaha keras untuk menonton langsung aksi mereka. Salah satunya ditunjukkan warga Bekasi, Firdaus (35).
Sehari-hari Firdaus bekerja sebagai karyawan toko pakaian. Penghasilannya sekitar Rp 150.000 per hari. Mengetahui Indonesia akan menjamu Argentina sejak 22 Mei lalu, Firdaus segera mencari cara agar bisa membeli tiket kategori tiga atau tiket termurah seharga Rp 600.000.
Salah satu cara Firdaus dengan menyisikan Rp 20.000 sehari dari penghasilannya. Sempat ada protes dari istrinya karena harga tiket itu cukup mahal untuk mereka. Tetapi, karena Firdaus sangat ingin menonton laga yang sulit terulang itu, akhirnya sang istri luluh mengizinkannya.
Persis sebelum laga, La Grande Indonesia meneriakkan kalimat ”Where is Messi??? Where is Messi??? Where is Messi?? ” dan diakhiri dengan siulan mencela.
Akan tetapi, saat uangnya cukup, mimpi Firdaus menonton laga itu sempat kandas karena dirinya kalah dalam ”perang” pembelian tiket selama penjualan dibuka pada 5-7 Juni. Namun, karena sudah rezekinya, sehari jelang laga itu, adik sepupunya yang memiliki tiket kategori tiga batal menonton karena harus dinas kerja ke Lampung. Tiket itu lantas dijual kepada Firdaus yang tanpa pikir panjang lantas mengambilnya. ”Tidak menyangka akhirnya saya bisa menonton laga ini. Tadinya, saya sudah putus asa,” katanya dengan suara gemetar.
Menangkal hipnotis
Praktis, hanya kelompok suporter fanatik, seperti La Grande Indonesia Curva Nord 45 yang ada di belakang gawang tribune utara dan Ultras Garuda di belakang gawang tribune selatan yang merespons dingin skuad Argentina. Mereka coba menangkal hipnotis Argentina dengan yel-yel khas dan koreografer khusus untuk tim Indonesia. Mereka pun mengajak menyanyikan lagu perjuangan agar penonton sadar untuk kembali mendukung tim ”Merah-Putih”.
Bahkan, persis sebelum laga, La Grande Indonesia meneriaki kalimat ”Where is Messi??? Where is Messi??? Where is Messi??” dan diakhiri dengan siulan mencela. Adapun Lionel Messi selaku kapten dan dua rekannya, pemain sayap Angel Di Maria dan bek Nicolas Otamendi, tidak ikut dalam skuad ke Jakarta usai menjalani laga uji coba versus Australia di China, Kamis (15/6/2023).
La Grande Indonesia pun membentangkan spanduk bertuliskan, ”Maju Tak Gentar”. Pelan tetapi pasti, jiwa patriotik suporter fanatik itu menular kepada penonton-penonton lain. Mereka menjadi kompak menyemangati para pemain Indonesia. Meski sulit, jiwa patriotik itu menumbuhkan harapan agar tim Garuda bisa menciptakan kejutan.
Kebahagiaan mereka sederhana saja. Mereka cukup bahagia tatkala pemain Indonesia memutus atau mementahkan serangan Argentina. Mereka cukup puas ketika pemain Indonesia bisa membangun serangan balik walau akhirnya putus sebelum masuk kotak penalti La Albiceleste. Mereka juga kegirangan saat Indonesia bisa mendapatkan tendangan penjuru dan beberapa kali membuat peluang dari lemparan ke dalam jauh, terutama di babak kedua.
”Tadi berharap Indonesia bisa menahan imbang, atau setidaknya bisa mencetak satu gol. Tetapi, secara keseluruhan, perjuangan Indonesia sudah luar biasa. Paling tidak, kita hanya kemasukan dua gol, sama dengan Australia kemarin. Kalau kita lihat, Argentina pun bermain serius, bukan main seadanya. Semoga Indonesia bisa memetik pengalaman berharga dari laga ini,” ujar Putu Raka (24), penonton tiket kategori satu asal Tangerang Selatan.