Spanyol menemukan secercah cahaya usai dibekap kegelapan selama lebih dari satu dekade. Gelar Liga Nasional Eropa diharapkan bisa menjadi pemicu Spanyol merebut kembali kejayaannya
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
ROTTERDAM, SENIN – Timnas Spanyol terbangun dari tidur panjang selama 11 tahun dengan memenangi Liga Nasional Eropa usai mengalahkan Kroasia, 5-4, dalam babak adu penalti di Stadion Feyeenord, Rotterdam, Senin (19/6/2023) dini hari WIB. Keberhasilan ini menandai fajar baru tim “Matador” bersama pelatih Luis de la Fuente yang membawa penyegaran dengan memanggil sejumlah wajah baru. Fuente berharap gelar Liga Nasional Eropa menjadi awal dari trofi-trofi berikutnya bagi timnas Spanyol.
Trofi Liga Nasional Eropa 2023 adalah gelar pertama Spanyol selama lebih dari satu dekade. Pada rentang 2008-2012, Spanyol diperhitungkan sebagai kekuatan sepak bola dunia usai berhasil memenangkan Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012. Semenjak itu, kekuatan Spanyol tenggelam. Tim “Matador” gagal lolos dari fase grup di Piala Dunia 2014. Kemudian, Spanyol hanya mampu melangkah hingga babak 16 besar di Piala Dunia 2018 dan 2022.
Spanyol juga tidak mampu mengulangi kejayaan di Piala Eropa. Setelah terakhir kali juara pada 2012, langkah Spanyol terhenti di babak 16 besar Piala Eropa 2016. Harapan akan kebangkitan sepak bola Spanyol sempat muncul di Piala Eropa 2020 dengan melaju hingga semifinal. Namun, Spanyol kembali harus gigit jari usai kalah dari Italia yang kemudian menjadi juara.
“Saya senang. Senang untuk mereka, para staf, dan saya senang untuk Spanyol. Saya harap kami mendapatkan kembali harapan itu, dari (Piala Dunia) 2010, bahwa kami bangga mewakili negara kami. Saya mengenal generasi ini dengan sangat baik. Jelas, kemenangan membuat Anda lebih bersinar, dan saya berharap lebih banyak kegembiraan (trofi) datang di masa depan,” kata Fuente seusai pertandingan.
Kegembiraan kini tidak hanya menyelimuti Fuente, melainkan juga seluruh skuad tim “Matador”. Setelah diselimuti kegelapan selama lebih dari satu dasawarsa, mereka akhirnya mulai menemukan secercah cahaya.
Karier kepelatihan Fuente lebih banyak dihabiskan di klub-klub medioker sebelum bergabung menjadi pelatih tim sepak bola Spanyol kelompok usia. Ia sempat menangani tim U-18, U-19, dan U-21 Spanyol sebelum ditunjuk menggantikan Luis Enrique yang dipecat usai Piala Dunia 2022. Fuente sukses memenangi Piala Eropa saat membesut tim U-21 dan U-19 Spanyol.
Keraguan terhadap Fuente sempat menyeruak di awal penunjukkannya melatih timnas senior. Fuente dipandang lebih banyak berkutat menangani tim usia muda dan belum cukup pengalaman memimpin timnas senior. Keraguan menguat saat Spanyol dikalahkan Skotlandia 0-2 di ajang kualifikasi Piala Eropa 2024. Kekalahan Spanyol dari Skotlandia tergolong mengejukan. Skotlandia terakhir kali mampu menang atas Spanyol pada 1984 atau 39 tahun silam.
Hasil buruk kontra Skotlandia memang sangat menyesakkan bagi Spanyol. Akan tetapi Fuente segera membuktikan bahwa Spanyol kini berada di tangan yang tepat. “Semua proyek lebih baik dibangun di atas dasar kemenangan dan ini (trofi Liga Nasional Eropa) memberi kami lebih banyak kekuatan, kepercayaan diri, dan ketenangan. Biasanya urutan ini berulang di masa depan, kami terbiasa menang,” katanya.
Jelas, kemenangan membuat Anda lebih bersinar, dan saya berharap lebih banyak kegembiraan (trofi) datang di masa depan.
Hal menonjol yang bisa dilihat dari Fuente semenjak menggantkan Enrique adalah memberikan kesempatan bagi sejumlah pemain baru untuk memperkuat timnas senior. Fuente memanggil beberapa pemain yang tidak disertakan Enrique di Piala Dunia 2022 seperti Joselu, Mikel Merino, dan Kepa Arrizabalaga. Selain itu ada pula pemain baru, Robin Le Normand, yang menjalani debut di timnas Spanyol. Normand tampil kokoh d jantung pertahanan Spanyol bersama Laporte. Keduanya menjadi andalan Fuente semenjak semifinal menghadapi Italia.
Saling serang
Laga puncak antara Spanyol dan Kroasia, berjalan berimbang selama 120 menit. Kedua kesebelasan saling serang sejak babak pertama. Kroasia dominan di babak pertama, sedangkan Spanyol ganti menekan di babak kedua. Meski bermain menyerang, Spanyol dan Kroasia gagal memaksimalkan beberapa peluang sehingga laga harus dilanjutkan ke babak adu penalti.
Trofi Liga Nasional Eropa amat penting bagi kedua tim. Kroasia dengan generasi emasnya mengincar gelar perdana setelah tampil luar biasa tetapi belum berhasil menjuarai Piala Dunia 2018 dan 2022. Sedangkan Spanyol yang pernah merajai Eropa dan dunia pada mencoba membangkitkan kembali kejayaan tersebut setelah beberapa kali berganti pelatih.
Adu tendangan penalti seketika berubah menegangkan mengingat kepentingan Spanyol dan Kroasia untuk merebut gelar juara. Kemenangan begitu dekat kepada Spanyol saat Lovro Majer gagal mengeksekusi penalti. Akan tetapi, Aymeric Laporte yang berpeluang membawa Spanyol menyelesaikan laga lebih cepat justru gagal menjalankan tugasnya. Eksekusi penalti Laporta memang mampu mengecoh Dominik Livakovic, tetapi bola melucur terlalu kuat hingga mengenai mistar gawang.
Raut wajah kekecewaan terpancar dari para pemain tim “Matador”. Namun, kekecewaan itu tidak berlangsung lama karena Bruno Petkovic kembali gagal membawa Kroasia unggul. Di sisi lain, penendang terakhir Spanyol, Dani Carvajal, dengan tenang menceploskan bola ke gawang dengan teknik tendangan panenka.
“Ini adalah pertandingan yang sangat ketat. Kami tahu kami tidak akan menang dengan mudah,” kata penjaga gawang Spanyol, Unai Simon.
Di pertandingan lainnya, Italia menempati peringkat ketiga setelah mengalahkan tuan rumah Belanda 3-2. Gol kemenangan Italia dicetak Federico Dimarco, Davide Frattesi, dan Federico Chiesa. Adapun Belanda membalas melalui Steven Bergwijn dan Georginio Wijnaldum (AFP/REUTERS)