Terpuruk, Lalu Bangkit
Perjalanan karier atlet tak lepas dari performa dan prestasi yang naik-turun. Saat terpuruk, mereka harus menemukan motivasi dan jalan sendiri untuk bangkit.
JAKARTA, KOMPAS — Turnamen bulu tangkis Indonesia Terbuka 2022 menjadi awal masa sulit Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Roche Yacob Rambitan karena cedera yang dialami Yeremia. Turnamen yang sama, setahun kemudian, menjadi awal kebangkitan untuk menebus fase yang hilang selama setahun.
Cedera lutut kiri dialami Yeremia saat mendapat match point melawan pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, pada perempat final 2022. Dari lawan yang sama pada Indonesia Terbuka Grup Kopi Kapal Api di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (17/6/2023), mereka kalah dengan skor 21-12, 21-23, 13-21. Akan tetapi, kali ini terjadi pada tahap yang lebih baik, yaitu semifinal.
Anthony Sinisuka Ginting akhirnya menjadi harapan terakhir tuan rumah untuk mendapat gelar juara setelah mengalahkan juara All England, Li Shi Feng, 21-17, 21-15, pada semifinal. Anthony, yang akan melawan Viktor Axelsen dalam laga puncak, Minggu (18/6/2023), menjadi finalis pertama tunggal putra Indonesia setelah Simon Santoso menjadi juara pada 2012.
Baca juga: Pembuktian Anthony di Kandang Sendiri
Dalam laga yang disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Nyonya Iriana ini, Anthony memperlihatkan kualitasnya dengan pukulan yang tipis di depan net, smes keras, dan pukulan tipuan yang tidak diduga lawan. Meski Li memberi perlawanan lebih ketat pada babak kedua, Anthony merebut lima angka beruntun untuk menutup laga ini dalam 51 menit.
Satu poin
Seperti momen yang terjadi tepat setahun lalu, Pramudya/Yeremia tinggal membutuhkan satu poin lagi untuk menang. Namun, match point yang didapat pada gim kedua berbalik menjadi kemenangan bagi Chia/Soh.
Pramudya/Yeremia akhirnya kalah setelah mengerahkan semua kemampuan teknis dan kekuatan fisik mereka. Fisik mereka menurun pada gim ketiga setelah selalu bermain tiga gim pada tiga babak sebelumnya.
Yeremia bahkan menahan sakit pada lutut kiri hingga tak leluasa bergerak. ”Memang ada pengaruh cedera. Apalagi, latihan penguatan kaki saat turnamen berbeda dengan sehari-hari di pelatnas. Saya pun bertumpu pada kaki kanan saat pertandingan. Sekarang, kaki kanan terasa pegal-pegal,” tutur Yeremia.
Memang ada pengaruh cedera. Apalagi, latihan penguatan kaki saat turnamen berbeda dengan sehari-hari di pelatnas. Saya pun bertumpu pada kaki kanan saat pertandingan.
Cedera yang disebutkan Yeremia adalah cedera lutut kiri yang dialami setahun lalu. Saat itu, dia bahkan kesulitan untuk berdiri setelah jatuh saat unggul 20-18, match point pada gim ketiga. Momen tersebut tak hanya mengubah momentum pertandingan yang akhirnya dimenangi Chia/Soh, tetapi juga mengubah perjalanan karier Pramudya/Yeremia.
Mereka absen dari turnamen hingga akhir 2022 karena Yeremia harus menjalani terapi. Pada masa-masa ini, muncul ketakutan besar bahwa dia tak akan bisa bermain bulu tangkis lagi.
Status sebagai pemain ganda juga berpengaruh pada karier partnernya. Pramudya harus tetap mengasah kemampuan dalam pertandingan. Dia pun berpasangan dengan pemain muda, Rahmat Hidayat, dalam dua turnamen internasional level International Challenge dan Super 100 di Malang, Jawa Timur, Oktober 2022.
Pramudya/Yeremia akhirnya kembali ke turnamen pada awal 2023 di Malaysia Terbuka. Mereka tertinggal dari rekan seangkatan di pelatnas utama, yaitu Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan Bagas Maulana Muhammad Shohibul Fikri.
Meski bisa bertanding kembali, momen sulit tak serta-merta hilang. ”Ternyata, untuk bisa kembali ke performa yang baik tidak mudah,” ujar Pramudya.
Baca juga: Pram/Yere Melawan Ketakutan
Dari 11 turnamen sebelum Indonesia Terbuka, hasil terbaik mereka adalah perempat final Thailand Masters dan Spanyol Masters Super 300. Adapun pada level yang lebih tinggi, mereka tak pernah melewati babak kedua.
Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Herry Imam Pierngadi menceritakan, performa naik-turun juara Asia 2022 itu membuat Pramudya pernah berpikir untuk berhenti bermain bulu tangkis. ”Setelah kalah babak kedua di Orleans, Pramudya sempat bilang kepada saya mau berhenti main. Saya nasihati dia, harus bersabar menjalani proses. Tidak bisa kembali seperti dulu dalam waktu singkat,” kata Herry.
Herry merujuk pada turnamen Orleans Masters yang digelar setelah rangkaian turnamen lain di Eropa pada Maret-April. Dalam ajang itu, Pramudya/Yeremia tersingkir pada babak kedua setelah kalah pada babak pertama All England dan Swiss Terbuka, serta perempat final Spanyol Masters.
Ternyata, untuk bisa kembali ke performa yang baik tidak mudah.
Harapan mulai muncul ketika meraih medali emas SEA Games Kamboja 2023 pada Mei. Menjadi juara dalam ajang sekecil apa pun memberi pengaruh untuk menumbuhkan kembali kepercayaan diri.
Setahun setelah Yeremia meninggalkan lapangan di Istora dengan kursi roda, sampailah dia pada turnamen yang sama. Walaupun tak ada lagi trauma, momen buruk masih ada dalam ingatan pemain berusia 23 tahun itu.
Dia bahkan menangis setelah memenangi perempat final atas bintang muda China, Liang Weikeng/Wang Chang, 16-21, 21-17, 21-18, Jumat malam. Mereka menang atas modal semangat juang yang tinggi, termasuk saat tertinggal 11-17 pada gim ketiga.
Yeremia bisa bertanding kembali pada turnamen bulu tangkis terbesar di Tanah Air ini karena dia memiliki motivasi yang mendorongnya untuk bangkit. Dia ingin membuat ayah, yang melatihnya bulu tangkis sejak kecil, dan pelatihnya bangga.
”Saya juga ingin sukses dengan keringat sendiri dan ingin mengibarkan bendera Indonesia di Olimpiade,” katanya.
Baca juga: Satu Suara demi Indonesia
Meski kalah pada semifinal, pencapaian ini bisa menjadi titik balik Pramudya/Yeremia untuk menjadi ganda putra papan atas dunia. Apalagi, momen ini terjadi pada periode penting, yaitu pada masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Sejak 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024, atlet bulu tangkis berlomba mengumpulkan poin ranking untuk membuka peluang tampil di Paris 2024.
Keluar pelatnas
Penurunan performa dan prestasi menjadi fase yang lumrah dialami atlet. Anthony mengalami hal yang sama dua tahun lalu. Setelah mendapat medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020, yang mundur menjadi Agustus 2021 karena pandemi Covid-19, performanya menurun. Tahun itu diakhiri dengan kekalahan pada babak pertama dalam tiga turnamen beruntun.
Perlahan, Anthony bangkit karena disemangati orang-orang di sekelilingnya, termasuk pemain ganda putra senior, Hendra Setiawan. Anthony, yang saat ini berperingkat kedua dunia, disemangati bahwa dia bisa bangkit.
Pemain ganda campuran, Rinov Rivaldy, bahkan sempat meninggalkan pelatnas sekitar sebulan karena merasa kesulitan untuk berkembang. Pasangan dari Pitha Haningtyas Mentari ini mengatakan, dia pulang ke rumahnya di Bekasi setelah mengosongkan kamar di pelatnas. Hal itu dilakukan pada Februari setelah Kejuaraan Asia Beregu Campuran di Dubai, Uni Emirat Arab. Namun, Rinov kembali hanya beberapa hari menjelang All Englan, sebulan kemudian.
”Banyak yang memberi semangat kepada saya untuk jangan berhenti, seperti orangtua, pelatih, dan Cik Debby (Susanto). Pelatih mengatakan bahwa saya belum mengerahkan semua kemampuan. Saya pun melakukan introspeksi,” ujar Rinov.
Baca juga: Tanpa Semifinal dalam Empat Tahun
Cara dan sumber motivasi atlet untuk bangkit dari tahap keterpurukan tergantung pada diri masing-masing, tetapi semuanya membutuhkan dukungan orang sekitar. Tunggal putra Malaysia, Lee Zii Jia, memilih rehat dari turnamen setelah tersingkir pada babak pertama dalam dua turnamen terakhir. Sebelum dikalahkan Lakshya Sen pada babak pertama Indonesia Terbuka, dia disingkirkan Weng Hongyang pada laga awal Singapura Terbuka, pekan lalu.
”Saya mungkin akan berhenti dulu ikut turnamen, entah untuk berapa lama. Saya telah mempertimbangkan ini sejak lama karena memang kesulitan untuk konsentrasi 100 persen saat di lapangan. Yang terpenting adalah bisa menemukan kembali motivasi untuk berkompetisi,” tuturnya.