Ilkay Guendogan, “Dinamo” Mesin Juara Manchester City
Tanpa Ilkay Guendogan, Manchester City mungkin gagal meraih dua gelar domestik di musim 2022-2023. "The Citizens" menyabet trofi Piala FA berkat performa superior atas Manchester United.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LONDON, SABTU – Ilkay Guendogan tak dimungkiri sebagai “dinamo” Manchester City dalam meraih dua gelar trofi domestik di musim ini. Tidak hanya kepemimpinan dan perannya di lapangan tengah “The Citizens”, Guendogan pun menjadi sosok krusial bagi kemenangan timnya berkat sumbangan gol-gol penting.
Guendogan, gelandang berpaspor Jerman, tampil dalam 50 pertandingan City di musim ini, termasuk duel final Piala FA melawan Manchester United, Sabtu (3/6/2023) malam, di Stadion Wembley. Dari kesempatan bermain itu, ia telah menghasilkan 11 gol.
Menariknya, sebanyak enam dari 11 gol itu tercipta pada masa-masa akhir di kompetisi edisi 2022-2023. Enam gol itu pun yang membantu The Citizens meraih gelar Liga Inggris dan Piala FA.
Guendogan mencetak brace atau dua gol ke gawang MU yang menegaskan kemenangan, 2-1, City pada derbi Manchester pertama di parta puncak Piala FA, kompetisi sepak bola tertua di dunia. Ia hanya butuh 12 detik untuk menaklukan kiper MU, David De Gea. Kemudian, pemain berusia 32 tahun itu memastikan kemenangan City berkat sepakan terarah dengan kaki kiri di menit ke-31.
Alhasil, itu adalah koleksi brace ketiga Guendogan dalam satu bulan terakhir. Sebelumnya, ia mencetak masing-masing dua gol pada dua pekan beruntun yang membantu City merebut singgasana klasemen dan mengunci gelar Liga Inggris dari Arsenal.
Ia mencetak dua gol ketika City mengalahkan Leeds United, 2-1, di Etihad, 6 Mei lalu. Sepekan berselang, Everton menjadi korban brace kedua Guendogan pada musim ini. Kemenangan, 3-0, atas Everton menjadi kunci bagi City meraih gelar ketiga beruntun di liga terketat sejagat.
Guendogan menyelamatkan saya. Karena dia, kami bisa meraih juara setelah saya dihukum penalti yang tidak seharusnya diberikan. (Jack Grealish)
Setelah mengangkat trofi Piala FA kedua dalam kariernya, Guendogan langsung membuat unggahan di akun Intagram-nya, @ilkayguendogan, dengan fotonya mengangkat trofi.
“Sore yang fantastis di Wembley. Tim ini sangat istimewa,” tulis Guendogan dalam takarir unggahan itu.
Manajer City Pep Guardiola memuji Guendogan yang di musim ini diangkat sebagai kapten utama untuk menggantikan Fernandinho. Menurut dia, Guendogan menjalani musaim yang luar biasa berkat kekuatan mentalnya menghadapi laga-laga krusial.
“Kemampuannya tak diragukan, tetapi kekuatan mentalnya yang luar biasa. Ia memainkan pertandingan besar layaknya sebuah (laga) persahabatan. Ia bisa mengatasi tekanan,” ujar Guardiola.
Jack Grealish, gelandang sayap City, juga mengakui performa apik Guendogan di Wembley. “Guendogan menyelamatkan saya. Karena dia, kami bisa meraih juara setelah saya dihukum penalti yang tidak seharusnya diberikan,” kata Grealish yang dianggap melakukan pelanggaran handball di kotak penalti.
Pelanggaran itu menjadi penyebab gol penyama kedudukan MU melalui eksekusi titik putih Bruno Fernandes pada menit ke-33. Sebelumnya, wasit Paul Tierney perlu menyaksikan tayangan ulang insiden handball Grealish dan berkonsultasi dengan asisten wasit video (VAR).
Tak hanya kawan, lawan pun mengakui magis Guendogan bagi City. Bruno Fernandes tidak segan memuji sang rival yang mengagalkan ambisi MU menyabet dua gelar domestik di musim ini setelah Piala Liga Inggris.
“Dia (Guendogan) adalah pemain luar biasa. Salah satu gelandang terbaik di Liga Inggris,” ucap Fernandes, pemain asal Portugal.
Selanjutnya, City bakal berharap ketajaman Guendogan untuk mengejar treble winner ketika menghadapi Inter Milan di final Liga Champions Eropa, Sabtu (10/6/2023), di Stadion Olimpiade Ataturk, Istanbul. Jika bisa mencetak gol dan membantu City meraih gelar pertama di Liga Champions, maka itu akan menjadi capaian yang tak terlupakan bagi Guendogan. Pasalnya, Turki adalah tanah leluhurnya.
Berat sebelah
City memang hanya mencatatkan kemenangan tipis atas sang rival sekota, tetapi performa di atas lapangan amat terlihat berat sebelah. MU tak mampu mengimbangi permainan City yang menerapkan pola penguasaan bola, garis pertahanan tinggi, dan counter-pressing ketat.
Merujuk catatan statistik, City mengoleksi 60 persen penguasaan bola dibanding 40 persen milik “Si Setan Merah”. Selain itu, catatan lima tembakan mengarah ke gawang City juga menegaskan superioritas atas MU. Sebaliknya, MU mencatatkan tiga tembakan tepat sasaran, tetapi hanya penalti Fernandes yang benar-benar bisa mengancam gawang City yang dikawal kiper pelapis, Stefan Ortega.
Satu hal positif yang dicapai skuad MU adalah performa apik duet bek tengah, Victor Lindelof dan Raphael Varane, yang padu menutup ruang gerak penyerang City, Erling Haaland. Adapun gelandang MU, seperti Casemiro, Christian Eriksen, dan Fred, gagal mengimbangi lini tengah MU yang diisi Rodri, John Stones, Kevin De Bruyne, dan Guendogan.
Meski dominan dalam catatan statistik, Guardiola menganggap permainan MU menyulitkan timnya. Taktik penjagaan satu lawan satu MU, tambah Guardiola, membuat pemain menyerang City kesulitan memanfaatkan kreasi peluang bersih.
“Mereka melakukan penjagaan satu pemain dengan sangat ketat. Kami juga tidak mengira mereka akan bertahan dengan sangat rapat. Tetapi, kami menemukan banyak ruang di babak kedua,” ucap Guardiola.
Sementara Manajer MU Erik ten Hag menyesali skuadnya gagal mengantisipasi dua gol mudah yang dicetak City. Ia menyatakan, sepasang gol City itu semestinya bisa dihindari sehingga memberikan perasaan yang sangat mengecewakan di akhir pertandingan.
“Saya tetap bangga dengan tim saya. Meskipun kemasukan dua gol mudah, mereka tetap menjaga fokus di pertandingan. Laga ini adalah tes bagi kami. Kami memang tidak sukses, tetapi banyak hal positif bisa menjadi pelajaran untuk mempersiapkan musim depan,” kata Ten Hag. (BBC)