Tak Mudah, Mempertahankan Konsistensi di Level Tertinggi
Gregoria Mariska Tunjung tak mampu keluar dari tekanan pada kesempatan pertamanya lolos ke final turnamen BWF World Tour Super 500. Dia belajar banyak dari kekalahannya melawan Akane Yamaguchi.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, MINGGU — Gregoria Mariska Tunjung merasakan betapa tak mudah keluar dari tekanan dan mempertahankan konsistensi permainan pada level tertinggi. Penampilannya yang apik sepanjang turnamen bulu tangkis Malaysia Masters, pekan ini, harus terhenti di tangan tunggal putri terbaik dunia, Akane Yamaguchi.
Pada laga pemuncak di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Minggu (28/5/2023), yang sekaligus menjadi final pertamanya pada turnamen sekelas BWF World Tour Super 500, Gregoria harus mengakui keunggulan pemain asal Jepang itu, 17-21, 7-21, dalam laga yang berlangsung 34 menit.
Perjalanan Gregoria yang ditempatkan sebagai unggulan ketujuh menuju final cukup menjanjikan karena memetik empat kemenangan tanpa kehilangan satu gim pun. Termasuk menang atas dua pemain yang ditempatkan lebih tinggi dalam daftar unggulan, yakni Wang Zhiyi (China, unggulan kedua) di perempat final dan Pusarla V Sindhu (India, unggulan keenam) di semifinal.
Melawan Wang dan Shindu, Gregoria mendapat banyak poin setelah mendorong lawan dengan pukulan lob ke sudut belakang, disusul dropshot menyilang di dekat net yang jatuh tepat di garis pinggir. Selain itu, pebulu tangkis berusia 23 tahun ini kerap mematikan lawan dengan pukulan net menyilang atau smes menyusur garis tepi.
Namun, keunggulan variasi pukulan Gregoria itu tidak banyak menyumbang poin melawan Yamaguchi di final. Di satu sisi, akurasi pukulannya sangat menurun. Pukulan lob ke belakang beberapa kali melewati garis, begitu juga dengan dropshot kerap melebar atau menyangkut di net.
Sebaliknya, Yamaguchi jarang kehilangan posisi meski terus dipaksa memukul bola ke sudut belakang. Pebulu tangkis yang tekenal ulet ini dengan cepat memulihkan posisi sehingga hampir selalu siap saat Gregoria melepaskan dropshot menyilang yang menjadi andalan.
Sempat unggul 6-4 pada gim pertama, Gregoria kemudian berganti menjadi pemburu untuk mengejar perolehan angka Yamaguchi. Jarak terdekat yang diraihnya adalah pada kedudukan 17-18, sebelum Yamaguchi memetik tiga poin beruntun dan menutup gim pertama.
Pada gim kedua, penampilan Gregoria anjlok karena sejumlah kesalahan sendiri. Dia terlihat frustrasi karena pukulannya keluar, menyangkut di net, atau keliru mengantisipasi pukulan lawan. Kondisi ini dimanfaatkan Yamaguchi untuk melaju, 4-0, 14-2, dan menutup laga dengan kemenangan, 21-7.
”Saya akui, hari ini tidak bermain dengan maksimal, bahkan boleh dibilang buruk,” ujar Gregoria seusai laga kepada Tim Humas dan Media PBSI.
Tertekan
Menurut Gregoria, dia tidak dapat keluar dari tekanan, justru karena merasa laga ini sangat penting dan dia memiliki target untuk meraih hasil lebih baik. Dia menantikan final ini sehingga malah sulit tidur malam sebelumnya.
”Pikiran saya berat sehingga berpengaruh kepada performa di lapangan, termasuk fisik yang menurun. Saya tidak bisa mengatasi tekanan itu,” kata Gregoria.
Pikiran saya berat sehingga berpengaruh kepada performa di lapangan, termasuk fisik yang menurun. Saya tidak bisa mengatasi tekanan itu.
Hal ini menjadi pelajaran berharga baginya untuk menghadapi laga penting yang akan lebih sering dihadapi, seiring kebangkitan prestasi. Tahun ini, grafik penampilan Gregoria terus meningkat, dan pada tiga turnamen terakhir yang diikuti mencapai semifinal Swiss Terbuka, juara di Spanyol Masters, dan finalis Malaysia Masters.
Namun, laga melawan Yamaguchi memperlihatkan dia masih harus berjuang untuk menembus persaingan tunggal putri dunia yang dikuasai empat pemain, yakni Yamaguchi, An Se-young (Korea Selatan), Tai Tzu Ying (Taiwan), dan Chen Yufei (China). Terhadap empat pemain ini, Gregoria memiliki rekor pertemuan negatif, yakni melawan Yamaguchi (3-11), An (0-5), Tai (0-7), dan Chen (2-7).
Pada nomor lainnya, harapan tuan rumah Malaysia meraih gelar di nomor ganda putri dan putra kandas. Ganda putri Malaysia Pearly Tan/Thinaah Muralitharan dikalahkan pasangan Korea Selatan Baek Ha-na/Lee So-hee 20-22, 21-8, 17-21, dalam laga yang melelahkan selama 1 jam 41 menit.
Adapun perjalanan kejutan ganda putra Man Wei Chong/Tee Kai Wun dihentikan pasangan Korea Selatan lainnya, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae, 15-21, 24-22, 19-21.
India membawa pulang gelar melalui tunggal putra HS Pranoy, sedangkan nomor ganda campuran dimenangi pasangan Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.