Keputusan menunjuk Frank Lampard sebagai manajer interim adalah keputusan yang keliru dari Chelsea. Strategi transfer yang buruk turut membuat "Si Biru" terpuruk di posisi terendah dalam 30 tahun terakhir.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
AP PHOTO/DAVE THOMPSON
Manajer interim Chelsea, Frank Lampard (tengah), menghibur pemainnya, Cesar Azpilicueta, pada akhir laga melawan Manchester United dalam lanjutan Liga Inggris, Kamis (26/5/2023) dini hari WIB. Chelsea takluk, 1-4.
MANCHESTER, JUMAT – Kekalahan dari Manchester United, 1-4, di Stadion Old Trafford, Jumat (26/5/2023) dini hari WIB, menegaskan Chelsea mengalami musim terkelam dalam era Liga Primer Inggris sejak 1992-1993. Dengan menyisakan satu laga pamungkas, Minggu (28/5), “Si Biru” maksimal hanya bisa mengumpulkan 46 poin yang bakal menjadi perolehan poin terendah mereka.
Chelsea bakal menutup musim 2022-2023 dengan menjamu Newcastle United di Stamford Bridge, akhir pekan mendatang. Seiring performa buruk karena selalu kalah dalam duel menghadapi tiga dari empat tim zona Liga Champions Eropa, yakni Arsenal, Manchester City, dan MU, selama Mei ini, sulit rasanya membayangkan Chelsea bisa menumbangkan Newcastle. Berbeda dengan Chelsea yang dipastikan terlempar dari posisi 10 besar, Newcastle masih bersaing dengan MU untuk mengejar peringkat ketiga.
Si Biru hanya mampu mengoleksi 43 poin setelah menjalani 37 pertandingan di musim ini, sehingga tertahan di peringkat ke-12. Dengan menang atau tidak pada laga pamungkas di Stamford Bridge, Chelsea dipastikan telah menjalani musim terburuk di kasta tertinggi Liga Inggris.
Sejak berpartisipasi di Liga Primer selama 31 musim, perolehan poin terendah Chelsea adalah 50 poin ketika menutup musim 1995-1996 di posisi ke-11. Sejak saat itu, Si Biru tidak pernah keluar dari persaingan di posisi 10 besar.
AFP/OLI SCARFF
Gelandang Manchester United, Casemiro (kiri), dan striker Chelsea, Joao Felix, sama-sama terjatuh saat berebut bola dalam laga lanjutan Liga Inggris, Kamis (26/5/2023) dini hari WIB. Chelsea takluk, 1-4.
Jika melihat performa di luar era Liga Primer, maka Chelsea hanya lebih baik dibandingkan ketika mengemas hanya 42 poin di musim 1987-1988. Pada 35 tahun silam, Chelsea mengakhiri kompetisi di peringkat ke-18, sehingga turun kasta ke Divisi Dua.
Performa buruk itu tidak lepas dari kegagalan manajer interim,Frank Lampard, menyelamatkan klub dari titik nadir sejak ditunjuk menggantikan Graham Potter, awal April lalu. Dalam periode kedua di bawah kendali Lampard, skuad Si Biru menelan delapan kekalahan dari 10 laga.
Hasil itu termasuk dua kekalahan dari Real Madrid di perempat final Liga Champions. Adapun di Liga Inggris, Chelsea hanya mengemas empat poin dari delapan laga. Poin itu diraih seusai mengalahkan Bournemouth, 3-1, dan ditahan imbang, 2-2, oleh Nottingham Forest.
Ketika tidak ada strategi (transfer) atau tidak menjalankan strategi yang tepat, uang akan sia-sia. Anda bisa memiliki uang, tetapi uang harus dihabiskan dengan cara yang tepat.
Alhasil, Chelsea gagal masuk ke dalam zona 10 besar sejak ditangani kendali Lampard, sang legenda klub asal London itu. Dalam delapan pekan bersama Lampard, Chelsea menjalani enam pekan di peringkat ke-11, lalu tiga pekan duduk di posisi ke-12. Satu-satunya prestasi Chelsea adalah bisa mengunci posisi aman dari ancaman zona degradasi.
AP PHOTO/DAVE THOMPSON
Kiper Chelsea, Kepa Arrizabalaga (kanan), gagal menyelamatkan gawang dari tendangan pemain Manchester United, Marcus Rashford dalam lanjutan Liga Inggris, Kamis (26/5/2023) dini hari WIB. Chelsea takluk, 1-4.
Jika kalah dari Newcastle, lalu dua tim di bawah Chelsea, yaitu Wolverhampton Wanderers meraup tiga poin dan West Ham bisa menutup musim dengan menang minimal dua gol, maka Thiago Silva dan kawan-kawan berpeluang menutup musim di posisi ke-14.
Lampard mengakui, Chelsea menjalani musim yang mengecewakan di musim ini. Menurut dia, skuad Chelsea gagal memenuhi standar performa maksimal mereka karena sejak awal gagal mengelola tim dengan jumlah pemain yang besar.
“Ini adalah tahun yang buruk untuk klub. Kami telah menjalani kesuksesan masif dalam 20 tahun terakhir, sehingga klub harus melakukan pengaturan ulang untuk kembali ke level mereka yang seharusnya,” kata Lampard kepada Sky Sports.
Terkait kegagalannya mengangkat performa tim, Lampard berkata, “Tidak banyak yang saya pelajari dengan periode singkat sebagai manajer interim ini. Saya tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan dasar-dasar penting untuk menyusun permainan tim”.
AFP/DARREN STAPLES
Ekspresi manajer interim Chelsea, Frank Lampard, saat mendampingi timnya menghadapi Wolverhampton Wanderers pada laga Liga Inggris di Stadion Molineux di Wolverhampton, Sabtu (8/4/2023) malam. Chelsea takluk 1-0.
Pochettino
Setalah hancur lebur di musim ini, Chelsea telah semakin dekat untuk mengumumkan Mauricio Pachettino sebagai manajer baru untuk kompetisi edisi 2023-2024. Kehadiran Pochettino berpeluang membuat Chelsea tampil aktif di bursa transfer jelang musim baru.
Rio Ferdinand, legenda tim nasional Inggris, mengatakan, kegagalan Chelsea disebabkan strategi transfer yang buruk di musim pertama bersama pemilik baru, Todd Boehly. Ferdinand menilai, Chelsea mengeluarkan uang yang sia-sia untuk sejumlah pemain baru, padahal ada pemain-pemain muda dari akademi tim yang tampil lebih baik ketika dipinjamkan ke tim lain.
Ia mencontohkan, Levi Colwill (20), bek tengah yang dipinjamkan ke Brighton & Hove Albion, tampil apik selama periode pinjaman di musim ini. Colwill belum pernah mendapat kesempatan tampil untuk skuad senior Si Biru, meski telah mendapat promosi ke tim utama sejak 2021.
“Saya pikir dia (Colwill) lebih baik dari Weslye Fofana dan Benoit Badiashile. Dia bermain sangat luar biasa untuk membantu Brighton tampil luar biasa musim ini,” kata Ferdinand dilansir Football London.
Fofana dan Badhiashile adalah bagian dari pemain yang didatangkan Boehly di musim ini. Dalam dua periode jendela transfer 2022-2023, Boehly rela mengeluarkan dana lebih dari 600 juta euro atau sekitar Rp 9,6 triliun untuk mendatangkan 13 pemain baru. Meski menjadi tim dengan pengeluaran terbesar di Eropa, Si Biru gagal memenuhi target minimum untuk meraih tiket Liga Champions.
Pelajaran bersama
Manajer MU Erik ten Hag menuturkan, performa Chelsea pada musim ini menjadi pelajaran bagi tim-tim lain di Inggris untuk lebih bijak mengeluarkan dana transfer. Ia menegaskan, kehadiran banyak pemain baru dengan harga tinggi bukan jaminan untuk membantu peningkatan kualitas tim.
“Ketika tidak ada strategi (transfer) atau tidak menjalankan strategi yang tepat, uang akan sia-sia. Anda bisa memiliki uang, tetapi uang harus dihabiskan dengan cara yang tepat,” ucap Ten Hag seperti dikutip The Telegraph.