China kembali mampu mengatasi tekanan dan mempertahankan gelar juara Piala Sudirman. Gelar ini menjadi trofi ke-13 China dari 15 kali lolos ke final, sepanjang 18 kali penyelenggaraan ajang tersebut.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·3 menit baca
SUZHOU, KOMPAS — Jika ada hal yang menarik untuk dipelajari dari sukses China mempertahankan gelar juara Piala Sudirman, hal itu adalah kemampuan para atlet mereka untuk keluar dari tekanan. Dalam kondisi sulit dan tertinggal, mereka mampu membalikkan keadaan dan memetik kemenangan.
Dengan dukungan penuh ribuan penonton yang memadati Indoor Arena, Zuzhou Olympic Sports Center, Suzhou, China, Minggu (21/5/2023), tim tuan rumah mempertahankan trofi Piala Sudirman dengan mengalahkan Korea Selatan, 3-0. Gelar ini menjadi trofi ke-13 China dari 15 kali lolos ke final, sepanjang 18 kali penyelenggaraan Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Beregu Campuran tersebut.
Sorak-sorai pemain di podium dan penonton di tribune pecah saat Presiden Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) Poul-Erik Hoyer Larsen menyerahkan trofi yang mengabadikan nama mantan Ketua Umum PBSI Dick Sudirman tersebut kepada Pelatih Kepala tim China Zhang Jun.
Peraih medali emas ganda campuran Olimpiade Sydney 2000 dan Athena 2004 berpasangan dengan Gao Ling tersebut kemudian mengangkat trofi bersalut emas itu. Dia lalu memberikan kesempatan kepada sembilan pemain putra dan 11 pemain putri China untuk bergantian melakukan hal serupa.
Setelah lolos dari lubang jarum dengan mengalahkan Jepang, 3-2, di semifinal, China kembali memperlihatkan kekuatan mental di bawah tekanan publik untuk menjadi juara. Di final, ganda campuran Korea Selatan Seo Seung-jae/Chae Yu-jung hanya membutuhkan satu angka, match point 20-19 pada gim kedua, untuk mengalahkan pasangan nomor satu dunia, Zheng Ziwei/Huang Yaqiong. Namun, mereka akhirnya menyerah, 21-18, 20-22, 8-21.
”Kami saling percaya satu sama lain. Itu alasan utama kemenangan kami. Penonton juga memberikan dukungan yang kami butuhkan. Ini bukan pertama kalinya dalam turnamen ini, kami harus melepaskan diri dari game point atau match point lawan, dan ini menjadi pengalaman berharga untuk kami,” kata Zheng Siwei pada laman BWF.
Ini bukan pertama kalinya dalam turnamen ini, kami harus melepaskan diri dari game point atau match point lawan, dan ini menjadi pengalaman berharga untuk kami.
Tunggal putra China, Shi Yuqi, kemudian tanpa banyak kesulitan menang atas Lee Yun-gyu, 21-13, 21-17. Kemenangan China dipastikan tunggal putri Chen Yufei yang mengungguli bintang muda Korea Selatan, An Se-young, 21-16, 22-20.
Kemenangan Chen Yufei (25) juga memperlihatkan kematangannya. Meski dia unggul 8-4 dari 12 pertemuan, An Se-young (21) memenangi empat dari lima pertemuan terakhir mereka. Namun, situasi harus menang untuk bisa bertahan setelah tertinggal 0-2 terlihat lebih membebani tunggal putri Korea Selatan itu. Dia gagal menemukan permainan terbaiknya, dan kalah.
Dengan hasil ini, Korea gagal mengulang sukses mereka mengalahkan China, 3-2, pada final Piala Sudirman 2017 di Gold Coast, Australia. Saat itu adalah terakhir kalinya China kehilangan trofi Piala Sudirman. Sejak China pertama kali juara pada 1995, hanya Korea Selatan yang mampu mencuri trofi tersebut pada Piala Sudirman 2003 dan 2017.
Bahkan, tim sekuat Jepang yang memiliki kualitas pemain merata di setiap nomor pun tidak mampu menundukkan China. Dalam lima penyelenggaraan Piala Sudirman terakhir, Jepang tiga kali lolos ke final pada 2015, 2029, dan 2021, tetapi selalu gagal mengalahkan China. Tahun ini mereka harus tersingkir di semifinal dari lawan yang sama.