Tim U-22 Indonesia telah membasuh 32 tahun dahaga prestasi sekaligus melipur lara sepak bola lewat raihan medali emas di SEA Games Kamboja 2023. Namun, capaian bersejarah itu jangan sampai menimbulkan euforia berlebihan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
FAKHRI FADLURROHMAN
Tim sepak bola U-22 Indonesia tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (18/5/2023). Tim "Garuda Muda" mendapatkan medali emas SEA Games 2023 setelah menanti selama 32 tahun.
TANGERANG, KOMPAS — Tim sepak bola U-22 Indonesia disambut meriah publik Tanah Air ketika tiba di Jakarta, Kamis (18/5/2023) malam, seusai meraih medali emas di SEA Games Kamboja 2023. Mereka bahkan akan diarak pada Jumat (19/5/2023). Meskipun demikian, tim ”Garuda Muda” dan berbagai pihak diharapkan tidak tenggelam dalam euforia karena raihan emas pertama dalam 32 tahun itu hanyalah langkah awal.
Area pintu 3 Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, mendadak riuh, Kamis malam. Teriakan ”Champione (juara), Indonesia!” dan lagu ”Tanah Air” menyambut skuad Garuda Muda yang baru tiba di Tanah Air dari Kamboja seusai mengalahkan Thailand, 5-2, pada babak final sepak bola putra SEA Games 2023, Selasa (16/5/2023).
Suara teriakan itu muncul dari kelompok suporter, warga yang sengaja datang ke bandara, awak media, dan petinggi olahraga. Hadir pula keluarga pencetak gol terakhir Indonesia dalam laga final melawan Thailand, Beckham Putra.
Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali, yang hadir dalam penyambutan, mengapresiasi sejumlah pihak, termasuk masyarakat, yang telah mendukung tim di SEA Games 2023. ”Apresiasi juga kepada pelatih, ofisial, dan pemain atas dedikasi, pengabdian, serta prestasi luar biasa yang sudah ditunjukkan untuk membanggakan Indonesia. Sekali lagi, kita akan mulai prestasi ini. Kita tatap ke depan. Insya Allah, sepak bola Indonesia semakin maju,” kata Zainudin.
FAKHRI FADLURROHMAN
Bus yang membawa tim sepak bola U-22 Indonesia melaju di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (18/5/2023), menuju hotel untuk beristirahat. Tim sepak bola Indonesia mendapatkan medali emas SEA Games 2023 setelah menanti selama 32 tahun.
Antusiasme dan euforia tampak dalam penyambutan itu. Masyarakat sudah memenuhi area penyambutan sejak pukul 17.30 WIB. Situasi bahkan menjadi tidak kondusif ketika warga dan awak media berebut mengambil gambar saat rombongan anggota skuad Garuda Muda datang. Pihak keamanan sampai harus membuat pagar manusia untuk mengamankan tim.
Kegembiraan serupa sebelumnya terlihat di sejumlah daerah, seperti Jakarta dan Surakarta, seusai menggelar nonton bareng final sepak bola SEA Games itu. Kesuksesan Garuda Muda membasuh 32 tahun dahaga atas medali emas sepak bola di SEA Games. Terakhir kali sebelumnya Indonesia meraih prestasi serupa adalah pada 1991 di Filipina.
Sukacita bahkan disampaikan Presiden Joko Widodo seusai menyaksikan laga itu lewat layar kaca. ”Sudah 32 tahun kita menantikan ini. Sebuah proses yang panjang. Para pemain menunjukkan mental pemenang. Mental juaranya kelihatan sekali,” ujar Jokowi di Medan, Sumatera Utara, seperti dalam rekaman video yang dirilis Sekretariat Presiden.
Kami sangat menyayangkan kejadian yang tak terkendali di final SEA Games. AFC menekankan pentingnya fair play, saling menghargai, dan sportivitas. Tak ada toleransi atas kekerasan mengancam pemain dan ofisial.
Untuk mengapresiasi capaian bersejarah itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga berencana mengarak seluruh atlet, termasuk tim Garuda Muda, dalam ”Kirab Juara” pada Jumat pukul 08.00. Arak-arakan itu mengambil rute kantor Kemenpora-Jalan Sudirman-Gelora Bung Karno.
”Acara pawai juara ini sebagai bentuk terima kasih kami terhadap pejuang olahraga kita yang telah memberikan yang terbaik di SEA Games Kamboja. Di pawai ini, kita bisa berdiri tegak dengan kebanggaan Merah-Putih di dada,” ujar Menpora Dito Ariotedjo, yang juga mendampingi kontingen Indonesia saat bertanding di Kamboja, dalam siaran persnya.
Melipur lara
Menurut Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Ignatius Indro, capaian Garuda Muda di Kamboja memberikan efek ganda, yakni menghilangkan dahaga prestasi sekaligus melipur lara. Emas yang lama dinanti-nanti itu hadir ketika insan sepak bola Indonesia masih diliputi duka, antara lain akibat Tragedi Kanjuruhan dan batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 di Tanah Air.
Namun, ia mengingatkan agar berbagai pihak tidak larut dalam euforia. Hal serupa disampaikan Guru Besar Permainan Sepak Bola Fakultas Vokasi Universitas Negeri Yogyakarta Komarudin. Menurut dia, capaian di Kamboja hanyalah awal dari target besar yang perlu dikejar sepak bola Indonesia.
”Ini juga momentum untuk memperbaiki iklim sepak bola Indonesia secara keseluruhan, terutama pembinaan talenta muda. Penting untuk memperbanyak kompetisi yang berjenjang dan berkelanjutan,” ujar Komarudin.
Ia berkata, capaian Garuda Muda juga tak lepas dari diperhatikannya semua aspek untuk mencapai prestasi, yakni fisik, teknik, taktik, dan mental. Terkait mental pemain, misalnya, dihadirkan psikolog untuk mendampingi tim. Kehadiran psikolog sangat signifikan karena akan memantau dan menangani mental para pemain. Tak heran, diakuinya, mental skuad Garuda Muda terlihat tangguh di ajang itu.
FAKHRI FADLURROHMAN
Suporter timnas sepak bola Indonesia bernyanyi dan menari di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, saat merayakan kemenangan "Garuda Muda" atas Thailand di pertandingan final sepak bola putra SEA Games 2023, Selasa (16/5/2023) malam. Kemenangan itu disambut sukacita oleh warga Indonesia.
Manajer Thailand mundur
Menyusul kericuhan pada laga final, Manajer Tim Thailand Yuttana Yimkarun mundur dari jabatannya itu. Menurut Media Thailand, Thai Rath, kemarin, ia merasa turut bertanggung jawab atas kejadian memalukan itu yang mengakibatkan sejumlah ofisial Indonesia terluka. Saat itu, staf tim Thailand memukul Manajer Tim Sepak Bola Indonesia Sumardji. Kiper Thailand, Soponwit Rakyart, bahkan meninggalkan gawangnya untuk meninju anggota tim Indonesia.
Namun, tidak lama setelah kejadian tersebut, staf terkait lantas menemui Sumardji untuk meminta maaf sambil terisak-isak. Permintaan maaf juga disampaikan Federasi Sepak Bola Thailand (FAT). Mereka bahkan akan membentuk komite khusus untuk menginvestigasi penyebab dan siapa saja yang terlibat dalam insiden itu.
Investigasi dan tindakan disiplin juga akan dilakukan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Mereka menilai kericuhan itu telah mencoreng wajah sepak bola Asia. Maka, AFC berpotensi menjatuhkan sanksi kepada para pihak terkait, khususnya yang melakukan provokasi dan penyerangan.
”Kami sangat menyayangkan kejadian yang tak terkendali di final SEA Games. AFC menekankan pentingnya fair play, saling menghargai, dan sportivitas. Tak ada toleransi atas kekerasan mengancam pemain dan ofisial,” ungkap AFC.
AFP/MOHD RASFAN
Suasana kericuhan pada laga final sepak bola putra SEA Games Kamboja 2023 antara Indonesia dan Thailand, Selasa (16/5/2023), di Kamboja. Indonesia akhirnya menang, 5-2, dalam laga itu.
Menurut laporan wartawan Kompas di stadion saat kejadian itu, I Gusti AB Angga Putra dan Dionisius Reynaldo Triwibowo, kericuhan itu bermula dari selebrasi prematur pelatih dan ofisial Indonesia karena mendengar wasit meniupkan peluit panjang di akhir babak kedua. Saat itu, Indonesia memimpin, 2-1. Kubu Thailand merasa tersinggung karena laga sebetulnya belum berakhir. Maka, ketika Thailand mencetak gol kedua pada menit akhir injury time, mereka bersorak gembira dan balas memprovokasi skuad Indonesia.
Tindakan itu lantas dibalas ofisial Indonesia saat Indonesia mencetak gol ketiga lewat Irfan Jauhari. Mereka berselebrasi ke arah Thailand dengan gestur memegang kedua telinga. Selebrasi itu sontak dibalas kubu Thailand dengan gestur jari tengah ke arah bangku tim Indonesia. Tak pelak, suasana kian panas dan kericuhan pun pecah. (REUTERS/JON)