Tim wushu Indonesia lampaui target medali emas di SEA Games Kamboja 2023. Atlet sanda yang sebelumnya kesulitan mendapat emas, kini memborong empat emas. Sementara Edgar, juara dunia taolu, akhirnya mendapatkan emas.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO dari Phnom Penh, Kamboja
·3 menit baca
PHNOM PENH, KOMPAS — Tim wushu sanda Indonesia tampil melampaui ekspektasi di SEA Games Kamboja 2023. Berkat kegemilangan mereka yang jauh melampaui target, Indonesia merebut status juara umum wushu di Kamboja. Medali emas bahkan turut disumbangkan atlet sanda debutan Indonesia.
Tim wushu Indonesia meraup total 6 medali emas, 6 perak, dan 2 perunggu dari Kamboja. Mereka menggeser Vietnam, juara bertahan wushu di SEA Games. Vietnam mengemas 6 emas, 3 perak, dan 2 perunggu. Koleksi emas Indonesia itu naik dua kali lipat dari edisi 2021 di Vietnam.
Mayoritas medali emas Indonesia di Kamboja disumbangkan oleh wushu sanda atau tarung. Mereka meraup empat emas, melampaui target yang diberikan, yaitu dua emas. Salah satu emas disumbangkan Rosa Beatrice Malau, debutan di SEA Games. Tampil di nomor 45 kilogram putri, atlet asal Sumatera Utara itu mengalahkan wakil tuan rumah, Sam Marry.
Ia sendiri mengaku terkejut dengan capaian itu saat ditemui di Chroy Changvar Convention Center, Kamboja, Jumat (12/5/2023). Ia masih minim jam terbang internasional. Sebelum lolos seleksi nasional dan masuk pelatihan nasional, Rosa baru mengikuti satu ajang, yaitu Kejuaraan Nasional di Semarang tahun lalu. Ia meraih emas pada saat itu.
”Ini (medali emas) berkat latihan dan pendampingan banyak orang, mulai dari keluarga, juga pelatih,” ujar Rosa.
Mukhlis, pelatih tim wushu sanda Indonesia, bangga dengan pencapaian anak-anak asuhannya. Dari total 8 nomor, timnya meraup 4 emas dan 1 perak. Jumlah itu meningkat signifikan dibandingkan edisi 2021. Ketika itu, wushu sanda Indonesia hanya meraih 1 emas dan 5 perak. ”Persiapan yang matang dan latihan tentunya sangat berpengaruh pada penampilan mereka,” kata Mukhlis mengenai rahasia pencapaian timnya.
Selain Rosa, atlet sanda lainnya yang menghasilkan emas untuk Indonesia adalah Tharisa Dea Florentina (di kelas 52 kg putri), Laksamana Pandu Pratama (52 kg putra), dan Bintang R Nada Guitara (56 kg putra). Pencapaian mereka menjadi oase bagi wushu Indonesia di tengah minimnya pencapaian wushu taolu Indonesia yang ditargetkan empat medali emas. Mereka hanya menyumbang dua emas di Kamboja.
Salah satu emas taolu untuk Indonesia disumbangkan atlet andalan, Edgar Xavier Marvelo, di nomor tangan kosong. Ia tampil sangat baik menghadapi Jowen Lim Si Wei (Singapura) dan W Weng Song (Malaysia). Gerakan pukulan Edgar diluncurkan dengan tegas. Loncatan dan caranya mendarat pun sempurna. Ia meraih nilai tertinggi di nomor itu, yaitu 9,713 poin, disusul Lim (9,67 poin), dan Song (9,66) poin.
Kami masih juara umum (wushu) dengan perolehan medali kali ini. Tetapi, ada dua nomor yang diambil dari kami dan itu menyakitkan.
Capaian emas itu adalah penebusan Edgar setelah dirinya hanya menyumbang perak di Vietnam 2021. Padahal, saat itu, ia berstatus juara dunia nomor changquan (tangan kosong). Sebelum ke Kamboja, Edgar kembali menjuarai nomor yang sama pada Kejuaraan Dunia Wushu 2022 di China.
”Saat itu (di Vietnam), ibu bilang bintangku hilang direbut orang. Saat ini, bintangnya sudah kembali,” ujar Edgar tentang emas pertamanya di ajang SEA Games.
Novita, pelatih kepala wushu taolu Indonesia, bersyukur atletnya tetap mendapatkan emas, meskipun dirinya tidak bisa menutupi kekecewaan atas wasit. Menurut dia, beberapa atlet andalan Indonesia lainnya, seperti Harris Horatius, Seraf Naro Siregar, dan Eugenia Diva Widodo, gagal meraih emas akibat faktor nonteknis. ”Kami masih juara umum (wushu) dengan perolehan medali kali ini. Tetapi, ada dua nomor yang diambil dari kami dan itu menyakitkan,” kata Novita.
Tim wushu taolu Indonesia, ungkap Novita, sudah bekerja keras dan tampil dengan maksimal. Namun, banyak faktor lain yang menurut dia menyebabkan Indonesia kehilangan poin. Pada hari sebelumnya, Kamis (11/5/2023), dua kali komputer yang digunakan juri mengalami kerusakan. Masalah itu terjadi saat wakil Indonesia tampil. Ketika itu, pertandingan pun ditunda dan dimulai kembali dengan penghitungan manual.
”Kami akan memperbaiki kekurangan dan setelah ini akan bersiap untuk Asian Games,” ujar Novita.