Setahun berselang, di Stadion St James Park, Arsenal menjalani kisah berbanding terbalik. Terlepas juara atau tidak, Arsenal sudah melangkah jauh.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
AP PHOTO/JON SUPER
Pemain Arsenal Martin Odegaard (kanan), bersama Bukayo Saka, merayakan golnya ke gawang New Castle United pada laga Liga Inggris di Stadion St James' Park, Newcastle, Minggu (8/5/2023). Arsenal menang 2-0 pada laga itu.
NEWCASTLE, MINGGU – Kemenangan atas Newcastle memperlihatkan Arsenal bukan lagi skuad muda yang hanya bisa bersinar dengan permainan indah nan flamboyan. Mereka sanggup menjadi oportunis dalam duel keras, intens, dan penuh adu fisik, yang menguras mental. Tidak seperti musim lalu.
Stadion St. James Park, markas Newcastle, adalah tolok ukurnya. Mimpi Arsenal untuk masuk zona Liga Champions terkubur di sana, setelah kalah 0-2 pada penghujung musim lalu, Mei 2022. Mereka kalah segalanya dari tuan rumah yang bermain sangat oportunis dengan umpan-umpan panjang.
Roda berputar di stadion dan rumput yang sama, pada Minggu (8/5/2023) WIB. Tim asuhan manajer Mikel Arteta itu menyalakan kembali asa juara berkat kemenangan 2-0. “Si Meriam”, julukan Arsenal, meraih tiga poin susah-payah setelah melewati pertarungan super intens hingga ujung laga.
“Kami menunjukkan sesuatu yang spesial hari ini. Untuk datang ke sini dan menang sama sekali tidak mudah. Tahun lalu di sini adalah hari terburuk sepanjang karier saya. Namun, kami mampu bermain pintar dan jelek saat bersamaan. Itu langkah besar untuk tim muda seperti kami,” kata kapten Arsenal Martin Odegaard yang menyumbang gol pembuka.
AFP/LINDSEY PARNABY
Pemain Newcastle United Fabian Schar (kiri) berebut bola dengan pemain Arsenal Gabriel Jesus (kanan) pada laga Liga Inggris di Stadion St James' Park, Newcastle, Minggu (8/5/2023). Arsenal menang 2-0 pada laga itu dan Schar membuat gol bunuh diri.
Laga itu bagai final untuk kedua tim. Arsenal hampir pasti akan tersisih dari perebutan gelar juara jika gagal menang, sementara Newcastle butuh poin untuk mengamankan peringkat ke-3. Alhasil, pertarungan urgensi itu berubah menjadi keras dalam adu fisik dan bertensi tinggi.
Tidak ada yang bisa nyaman menguasai bola. Mereka harus memastikan berjuang sekuat tenaga untuk merebut bola kedua atau bola liar. Hasilnya, banyak pelanggaran keras tidak terhindarkan. Sebanyak 43 pelanggaran terjadi selama 90 menit. Satu pelanggaran terjadi nyaris setiap 2 menit.
Namun, wasit Chris Kavanagh agaknya turut menikmati duel. Tidak ada satu pun kartu kuning hingga menit ke-73. Padahal, adu mulut dan saling dorong terjadi antara para pemain kedua tim nyaris sepanjang laga. Salah satunya perseteruan penyeran Arsenal Gabriel Jesus dengan bek sayap Newcastle Kieran Trippier.
Perbedaan terbesar Arsenal adalah berani ikut bermain sebagai oportunis. Newcastle selalu mengincar peluang dari umpan-umpan panjang spekulatif. Arsenal tidak mau kalah. Mereka sering meninggalkan permainan cantik dengan penguasaan bola dari bawah, yang terpenting bola masuk ke sepertiga akhir pertahanan lawan.
Kami mampu bermain pintar dan jelek saat bersamaan. Itu langkah besar untuk tim muda seperti kami.
AFP/LINDSEY PARNABY
Pemain Arsenal Martin Odegaard (tengah) mencetak gol ke gawang Newcastle United pada laga Liga Inggris di Stadion St James' Park, Newcastle, Minggu (8/5/2023). Arsenal menang 2-0 pada laga itu.
Hingga akhirnya gol pemecah kebuntuan datang pada menit ke-14 lewat tendangan Odegaard dari luar kotak penalti. Laga berlangsung terbuka setelah itu. Tim tamu mendapat angin kedua berkat gol bunuh diri bek Fabian Schaer pada menit ke-71. Momentum Newcastle untuk bangkit pun sirna seketika.
Arteta berkata, tiga poin penuh itu bisa diraih semata karena daya juang anak asuhnya. “Kata yang bisa mendeskripsikan kemenangan ini adalah bertarung. Kami mampu membawa emosi yang tepat dari kenangan buruk tahun lalu. Kami membawa pendekatan itu dan bermain dengan berbeda,” ujarnya.
Arsenal yang biasa bermain dengan basis penguasaan bola, mencetak dua gol dari transisi serangan balik. “Si Meriam” mengakhiri laga dengan kalah penguasaan bola 45,7 persen – 54,3 persen dan jumlah tembakan 10-12.
“Kami seharusnya bisa lebih baik memegang bola untuk menghindari ancaman transisi Arsenal. Kami juga tidak bertahan dengan baik seperti biasanya,” kata manajer Newcastle Eddie Howe.
Pelajaran Arteta
Tidak hanya Odegaard dan rekan-rekan yang belajar, begitu juga halnya dengan Arteta. Banyak perubahan dari sang manajer di laga ini. Dia menginstruksikan anak asuhnya untuk tidak bermain dengan blok terlalu tinggi. Adapun Newcastle sering menekan lebih intens dengan enam pemain sekaligus di sepertiga akhir pertahanan lawan.
Manajer Arsenal Mikel Arteta menenangkan pemainnya saat melawan Newcastle United pada laga Liga Inggris di Stadion St James' Park, Newcastle, Minggu (8/5/2023). Arsenal menang 2-0 pada laga itu.
“Si Meriam” lebih sering bermain dengan blok medium untuk menjebak duet gelandang Newcastle Joelinton dan Bruno Guimaraes di tengah. Saat bersamaan, mereka menjaga jarak antara lini depan dan lini belakang tidak terlalu jauh. Semua itu untuk mencegah umpan-umpan panjang yang begitu berbahaya pada musim lalu.
Arteta juga belajar banyak dari rentetan kehilangan poin pada bulan April. Dia sering kali telat mengganti pemain yang berujung dengan antiklimaks. Seperti saat ditahan imbang Liverpool, setelah unggul 2-0 lebih dulu, bek sayap Oleksander Zinchenko telat diganti hingga membuat kesalahan yang berujung gol penyeimbang.
Alih-alih mengganti pada menit ke-88, seperti versus Liverpool, Zincheko sudah ditarik setelah satu jam laga berjalan. Bek sayap spesialis bertahan Kieran Tierney dimasukkan. Adapun dua peluang terbaik Newcastle yang membentur tiang, berawal dari kesalahan Zinchenko di sisi kiri.
Pergantian itu mengubah jalan pertandingan. Newcastle bertumpu dengan serangan dari Trippier, menyerang sisi yang diisi Zinchenko. Bahaya itu bisa dinetralisir Tierney yang fokus di sisi sayap. Tidak seperti Zinchenko yang sering ditugaskan naik ke posisi gelandang saat penguasaan bola.
Keputusan Arteta untuk kembali memasang gelandang Jorginho (31), mencadangkan Thomas Partey, juga terbukti tepat. Gelandang veteran itu menularkan ketenangan di lini tengah. Adapun dia terpilih menjadi pemain terbaik pada laga itu.
Pemain Newcastle United Joelinton (kiri) berebut bola dengan pemain Arsenal Jorginho pada laga Liga Inggris di Stadion St James' Park, Newcastle, Minggu (8/5/2023). Arsenal menang 2-0 pada laga itu.
Jorginho menjadi pemain dengan catatan terbanyak dalam berbagai aspek, menurut Opta. Mulai dari jarak tempuh (11,1 kilometer), sentuhan (70 kali), umpan sukses (44 kali), menang penguasaan (9 kali), hingga menyumbang satu asis untuk gol Odegaard.
“Saya sangat senang melihat tim kami bisa melewati tipe laga seperti ini. Kami bisa mengerti tidak semuanya bisa berjalan baik hanya dengan umpan. Terkadang anda perlu bertarung. Saya bangga dengan pertarungan yang ditunjukkan hingga akhir laga,” jelas Jorginho yang baru dipercaya lagi sebagai starter pada laga sebelumnya versus Chelsea.
Arsenal cukup beruntung selamat dari potensi bencana pada 10 menit pertama. Newcastle langsung tancap gas sejak sepak mula. Tim tuan rumah sempat mendapatkan peluang dari penyerang Jacob Murphy yang membentur tiang. Mereka juga mendapatkan penalti, sebelum akhirnya dibatalkan video asisten wasit (VAR).
Panggung persaingan juga terjadi di bawah mistar, antara dua kiper tim nasional Inggris, yaitu Nick Pope (Newcastle) dan Aaron Ramsdale (Arsenal). Mereka sama-sama menyudahi laga dengan 5 penyelamatan penting. Tanpa mereka, hujan gol pasti terjadi di St. James Park.
Adapun Arsenal (81 poin) kembali menipiskan jarak jadi 1 poin dengan pemimpin klasemen Manchester City. Sementara itu, Newcastle (65 poin) masih berada di peringkat ke-3, tetapi terus dibayangi oleh Manchester United dan Liverpool. (AP/REUTERS)