Tim balap sepeda gunung Indonesia yang telah meraih tiga dari lima potensi medali emas di SEA Games Kamboja, kini berjuang menyapu bersih seluruh medali emas. Dua potensi emas lagi ada di nomor cross country eliminator.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·7 menit baca
SIEM REAP, MINGGU – Feri Yudhoyono dan Sayu Bela Sukma Dewi akan kembali menjadi ujung tombak tim balap sepeda gunung Indonesia untuk menyapu bersih lima medali emas di SEA Games Kamboja 2023. Kedua pebalap berusia 19 tahun itu, akan bertarung dalam nomor terakhir disiplin mountain bike atau MTB di nomor cross country eliminator putra dan putri, Senin (8/5/2023). Saat ini, tim MTB Indonesia sudah meriah tiga medali emas dan bertekad menyapu bersih lima medali emas di lintasan cross country Kulen Mountai, Siem Reap.
Tiga medali emas balap sepeda gunung Indonesia diraih dari nomor cross country olympic (XCO) putra dengan pebalap Feri Yudhoyono, XCO putri dengan pebalap Sayu Bela Sukma Dewi, serta cross country estafet campuran (XCR) yang diperkuat oleh Feri, Zaenal Fanani, Dara Latifah, dan Sayu Bella. Keempat pebalap itu, serta dua pebalap lainnya, Della Anjar Wulan dan Ihza Muhammad, akan kembali berjuang di nomor terakhir cross country eliminator (XCE) putra dan putri.
"Kalau harapan saya, dengan melihat peluang anak-anak, peluangnya tinggi. Itu luar biasa kalau kita bisa sapu bersih. Peluang ada, kita punya peluang," ungkap Kepala pelatih tim nasional balap sepeda Indonesia Dadang Haries Purnomo dari Siem Reap, Minggu (7/5) malam.
Tantangan dalam perebutan medali emas di nomor XCE ini adalah pengenalan trek yang sangat singkat. Lintasan eliminator baru dibuat pada Sabtu, menjelang latihan bebas kedua. Namun, tim pelatih MTB Indonesia sudah mengamati karakter trek dan memiliki beberapa skenario strategi. Taktik itu dimantangkan kembali dalam pertemuan dengan para pebalap, Minggu malam.
"Trek eliminator kadang karakternya berbeda-beda di setiap negara penyelenggara, bisa trek datar dengan beberapa handycap (rintangan) tehnikal, seperti dalam Piala Dunia Eliminator UCI di Palangkaraya pada 2022. Tetapi, di sini trek mengunakan sebagian dari trek XCO," ungkap Dadang.
"Kita melihat satu loop (putaran) menempuh 500 meter, tetapi ada sedikit trek menanjak, mungkin kita akan mengatur strategi di situ. Mungkin akan ada sedikit keuntungan, karena di beberapa negara justru yang diturunkan banyak atlet-atlet downhill yang memiliki karakter sprint. Maka, kita tinggal melihat nanti waktu saat ITT (Individual Time Trial), kualifikasi di ITT. Saat lomba akan ada kualifikasi dulu, kemudian eliminasi heat 1, eliminasi heat 2 hingga ke final. Kita nanti akan melihat itu," jelas Dadang.
Persaingan di nomor eliminator ini akan sangat ketat, terutama karena para pebalap tuan rumah sudah lebih memahami karakter trek. Selain itu, potensi persaingan juga bisa dilihat dari hasil Piala Dunia UCI Eliminator Palangkaraya, di mana pebalap Singapura Riyadh Hakim Bin Lukman akan tampil. Riyadh pebalap kuat dan menempati posisi keempat di Palangkaraya, mengungguli Ihza Muhammad yang waktu itu finis di posisi kelima, dan Fanani di posisi ketujuh.
Namun, peluang Indonesia meraih tambahan dua emas lagi masih terbuka. Apalagi, Ihza akan lebih termotivasi setelah hasil di XCO putra, Sabtu lalu. Dalam nomor itu, Ihza finis di posisi ketiga di belakang Feri dan Fanani, tetapi medali perunggu tidak bisa atas namanya, karena dalam aturan SEA Games Kamboja, satu negara tidak bisa meraih lebih dari dua medali. Oleh karena itu Ihza dipastikan akan berjuang mati-matian di eliminator untuk meraih medali.
Itu luar biasa kalau kita bisa sapu bersih. Peluang ada, kita punya peluang.
Bagi tim balap sepeda Indonesia, Ihza tetap dinilai meraih medali perunggu, meskipun secara resmi itu dialihkan ke pebalap Kamboja yang finis keempat.
"Alhamdulillah, sampai hari kedua ini kita sudah bisa mengumpulkan tiga emas, satu perak, dan sebetulnya satu perunggu. Saya tetap menghitung perunggu itu milik kita, meskipun dalam kalkulasi (perolehan medali) tidak ada. Saya, dengan mengatakan perunggu milik kita, juga untuk membesarkan hati atlet kita, karena kalau tidak disebut rasanya kita tidak menghargai mereka. Padahal, mereka sudah berjuang keras, mati-matian, tetapi mengucapkan satu perunggunya hilang. Saya tidak menghilangkan itu, saya tetap menilai pencapaian kita tiga emas, satu perak, satu perunggu," tegas Dadang.
Pencapaian dalam dua hari lomba pada disiplin MTB ini, dinilai oleh Dadang, merupakan hasil dari proses pembinaan berkelanjutan.
"KIta kalau bicara hasil, memang dari awal, skenario kita adalah di XCO, untuk mempertahankan prestasi di Vietnam, yaitu meraih emas dan perak dari Zaenal Fanani dan Ihza Muhammad. Saat ini, kita menambah satu kekuatan baru, atlet muda potensial Feri Yudhoyono, dan ternyata terbukti bisa unggul dan sapu bersih di nomor XCO putra," ungkap Dadang.
"Di nomor putri, sebetulnya bukan tidak direncanakan, meskipun Sayu di Vietnam finis di posisi kelima. Namun, perjalanan dari SEA Games Vietnam ke Kamboja ini, ada waktu cukup panjang untuk mempersiapkan Sayu menjadi lebih baik, karena Sayu memiliki potensi besar di situ. Dan, di tengah-tengah persiapan itu kami melakukan dua kali uji coba di Kejuaraan Asia Korea Selatan, dan Kejuaraan C1 di Thailand. Dari dua kejuaraan ini, sudah terlihat Sayu berkembang cukup pesat, di mana Sayu di posisi ketiga U-23 di Kejuaraan Asia, serta posisi pertama di U-23 dan Elite di C1 Thailand," jelas Dadang.
Pencapaian di dua emas di XCO putra dan putri berlanjut dengan medali emas di XCR pada Minggu. Tim Indonesia menurunkan komposisi dan urutan pebalap yang tidak bisa ditandingi oleh lawan.
"Untuk yang tim, kita tidak turun di SEA Games Vietnam. Padahal kami sudah berjuang keras untuk menambah skuad waktu itu, karena dasar kita cukup. Tim relay itu terakhir kali dilombakan di SEA Games Myanmar 2013. Setelah itu baru diadakan lagi di Vietnam. Waktu di Vietnam medali emas direbut Malaysia. Padahal kalau dilihat dari lap tercepat dan sebagainya, Indonesia lebih unggul dari pada Malaysia. Sayang, waktu itu di Vietnam kita tidak menurunkan skuad," jelas Dadang.
"Di Kamboja ini, kita menurunkan tim dengan komposisi, karakter pebalap, strategi pemasangan atlet, posisi atlet, kita siapkan dengan baik. Kita bahkan sempat melakukan perubahan tiga hingga empat kali sebelum mendaftarkan nama-nama tersebut," ujar Dadang.
Saling intai
Komposisi dan urutan pebalap menjadi kunci dalam tim estafet, karena lawan akan bisa membawa kekuatan, dan mereka pun akan mengubah susunan pebalapnya. Saling intai komposisi dan urutan pebalap itu juga terkjadi di Kamboja.
"Sebenarnya saling intai, mereka menunggu kita, dan ternyata benar, begitu melihat dari perubahan yang kita ajukan, lawan juga mengubah skenario. Jadi di tim relay seperti itu, kita sama-sama tidak tahu siapa orang pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Di situlah keunikan dari adu strategi di tim relay," ujar Dadang.
Dadang menurunkan urutan pebalap terkuat dalam nomor mixed cross country relay (XCR) ini, MInggu (7/5). Feri yang dalam nomor cross country olympic (XCO) menjadi pebalap tercepat, dipasang sebagai pebalap pertama. Dia memikul tugas menciptakan selisih waktu dengan tim pesaing dari Thailand dan Filipina.
"Strategi pemasangan atlet dan urutan pebalap, yang terpenting itu," ungkap Dadang terkait strategi meraih medali emas di nomor cross country estafet campuran.
Feri melesat di trek yang satu putaran menempuh 3,7 kilometer di Kulen Mountain. Keunggulan waktu yang dicetak oleh Feri diperlebar oleh Zaenal Fanani yang meraih medali perak di XCO. Fanani memberikan selisih waktu yang cukup bagi Dara Latifah sebagai pebalap ketiga, untuk tetap menjaga keunggulan. Dara dalam nomor XCO sempat berada di posisi ketiga, tetapi kemudian tubuhnya mengalami sengatan panas di lap terakhir sehingga gagal meraih perunggu.
Kali ini, Dara menuntaskan tugasnya dengan sangat baik, sehingga Sayu Bella sebagai pebalap keempat bisa melewati garis finis di posisi terdepan. Sayu merupakan pebalap putri tercepat di SEA Games Kamboja, di mana dalam nomor XCO dia meraih emas dengan keunggulan hingga empat menit dari pebalap Malaysia peraih perak, serta lima menit atas pebalap Thailand peraih perunggu.
Tim estafet campuran Indonesia finis dengan catatan waktu 50 menit 11 detik dengan total jarak tempuh 14,8 kilometer. Tim Merah Putih pun meraih medali emas ketiga dari disiplin sepeda gunung. Medali perak diraih tim Thailand dengan waktu 51 menit 44 detik, dan medali perunggu diraih tim Filipina dengan catatan waktu 52 menit 25 detik.
"Alhamdulillah bisa mendapatkan medali emas. Terimakasih juga buat tim, karena kalau menjalani sendiri saya pasti kesulitan, ada tim pelatih yang membina saya sehingga bisa dapat emas XCO, dan tadi di team relay alhamdulillah dapat emas lagi. Treknya cukup curam dan panasnya top banget," ungkap Feri melalui wawancara dengan PB ISSI di Kulen Mountain.
"Terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang sudah mendukung dan mendoakan tim MTB Indonesia sehingga bisa mendapatkan medali emas," pungkas Feri.