SEA Games Kamboja 2023 bisa menjadi petunjuk ke mana arah pembinaan prestasi olahraga Indonesia selanjutnya. Ajang ini menyediakan kesempatan untuk mengukur performa atlet dalam program DBON.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
NASRUN KATINGKA
Perenang senior Indonesia, I Gede Siman Sudartawa (28), pada nomor 50 meter gaya punggung Kejuaraan Akuatik Indonesia Open (IOAC) 2022 di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (13/12/2022).
Perenang nasional I Gede Siman Sudartawa hanya tertawa kecut ketika menceritakan pencoretan dirinya dari pemusatan latihan nasional tim renang Indonesia yang dipersiapkan menghadapi SEA Games Kamboja 2023 pada Oktober 2022. Siman merupakan perenang terbaik Indonesia pada nomor 50 meter gaya punggung, tetapi dicoret karena usianya sudah 28 tahun dan berdasarkan Desain Besar Olahraga Nasional atau DBON dinilai sudah tidak bisa ditingkatkan prestasinya untuk meraih medali emas Olimpiade. DBON lebih fokus pada pembinaan atlet-atlet muda agar bisa berprestasi dan meraih medali di Olimpiade.
Namun, setelah mengajukan keberatan, Persatuan Renang Seluruh Indonesia mengizinkannya mengikuti seleksi nasional dan kembali terpilih untuk mengikuti SEA Games Kamboja 2023. Kini, dengan persiapan di pemusatan latihan nasional yang hanya dua bulan, Siman dibebani target merebut emas.
”Lucu juga karena kami baru dua bulan dibina (lagi). Harusnya kami yang masih terbaik ya difasilitasi. Jujur, saya masih kecewa sampai sekarang, tetapi saya tetap akan memberikan yang terbaik,” ujar perenang yang konsisten menyumbang medali SEA Games sejak SEA Games 2011 itu.
Kisah Siman adalah secuil contoh dari kurang rapinya sistem pembinaan prestasi olahraga Indonesia. Kementerian Pemuda dan Olahraga telah merancang program DBON sejak 2020. Saat itu, setelah peringatan Hari Olahraga Nasional Ke-37, Presiden Joko Widodo meminta mantan Menpora Zainudin Amali untuk meninjau total ekosistem keolahragaan Tanah Air. Dari sana lahir DBON yang berfokus pada sasaran utama, yaitu prestasi di Olimpiade.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Anak-anak menjalani seleksi hari kedua sentra pembinaan Desain Besar Olahraga Nasional di Universitas Negeri Jakarta, Kamis (14/7/2022). Hari kedua seleksi terdiri dari tes keterampilan spesifik cabang yang diminati.
”Dalam DBON, Olimpiade menjadi sasaran utama, sedangkan Asian Games dan SEA Games adalah sasaran antara,” kata Zainudin.
DBON adalah program jangka panjang, setidaknya pada rentang 2021 hingga 2045. Harapannya, Indonesia bisa berprestasi menembus lima besar Olimpiade atau Paralimpiade. Maka dari itu, fokus pembinaan pada DBON lebih menitikberatkan pada atlet-atlet muda. Paradigma inilah yang membuat Siman dan perenang senior lainnya tersingkir dari pelatnas.
Upaya membina atlet-atlet muda bukanlah tindakan keliru. Malahan, langkah itu sangat perlu didukung. Namun, jenjang serta implementasinya harus tepat dan jelas. Sebagaimana yang dialami Siman, dirinya tersingkir karena Pengurus Besar PRSI menerapkan paradigma DBON dan beralih fokus membina atlet-atlet muda.
Hanya saja, karena DBON adalah program jangka panjang, semestinya PRSI fokus membina perenang-perenang muda pada kisaran usia 14 tahun hingga 15 tahun. Adapun perenang-perenang yang menggantikan Siman serta perenang senior lainnya saat ini berusia 20 tahunan. Langkah ini kurang tepat karena sepuluh tahun mendatang mereka akan berusia 30 tahun lebih atau melampaui usia emas perenang yang biasanya berkisar pada angka 25 tahun. Membina perenang muda untuk menjadi juara dunia memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Dalam DBON, Olimpiade menjadi sasaran utama, sedangkan Asian Games dan SEA Games adalah sasaran antara.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Suasana start final 1.500 meter gaya bebas dalam hari terakhir Seleksi Nasional Renang untuk SEA Games Kamboja 2023 di Arena Akuatik Senayan, Jakarta, Jumat (24/2/2023). Perenang pelatnas Nicholas Karel Subagyo finis pertama dengan waktu 16 menit 3,44 detik yang sekaligus menembus limit waktu B dengan standar 16 menit 4,91 detik.
Para perenang usia 20 tahunan yang dipanggil untuk menggantikan Siman itu pada akhirnya dipulangkan ke daerah asalnya karena catatan waktu mereka saat seleksi nasional belum bisa mengimbangi senior-senior mereka. Sebagai gantinya, Siman dan perenang senior lainnya yang catatan waktunya menembus limit A kembali dipanggil untuk membela Indonesia di SEA Games 2023. Meski bagi Siman, waktu latihan selama dua bulan tidak cukup ideal untuk mengikuti ajang multievent, bahkan di level Asia Tenggara.
Opsi peninjauan kembali
Di tengah ketidakjelasan dalam implementasi DBON, SEA Games Kamboja 2023 yang hanya terpaut satu tahun dari SEA Games Vietnam menjadi momen yang tepat jika pemerintah hendak meninjau kembali program ini. Momentumnya menjadi semakin pas setelah pergantian posisi Menpora dari Zainudin Amali kepada Dito Ariotedjo.
Hingga saat ini, sudah jelang tiga tahun program DBON diterapkan. Dengan demikian, masih sangat terbuka kesempatan untuk menyempurnakan konsep serta penerapannya. Pilihan paling ekstrem adalah memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan DBON dan menggantinya dengan paradigma baru yang lebih sesuai, tentunya dengan lebih mendengarkan masukan dari para atlet.
Beberapa atlet yang tampil di SEA Games Kamboja juga sempat mencicipi kerasnya persaingan level Asia Tenggara di Vietnam. Dari performa mereka nanti, pengambil kebijakan olahraga Indonesia bisa melihat seberapa efektif DBON dalam waktu setahun belakangan ini.
Hormat atlet wushu Indonesia, Seraf Naro Siregar, setelah berlaga di nomor gunshu cabang wushu pada SEA Games Vietnam 2021 di Cau Giay Gymnasium, Hanoi, Vietnam, Minggu (15/5/2022). Seraf Naro Siregar meraih medali emas dalam nomor daoshu-gunshu. Medali perak diraih atlet wushu Singapura, Jowen Si Wei Lim, dan perunggu diraih atlet Malaysia, Wai Kin Yeap.
Atlet-atlet itu antara lain Seraf Naro Siregar dan Nicholas dari cabang wushu disiplin taolu (peragaan jurus) dan Angel Gabriella Yus dari renang. Naro yang turun di nomor changquan (tangan kosong) akan kembali mencoba merebut emas di Kamboja. Pada SEA Games Vietnam, Naro menempati peringkat ketiga atau meraih perunggu nomor changquan. Setelah setahun berselang, menarik dilihat sejauh mana perkembangan Naro.
Adapun Indonesia mengandalkan Nicholas untuk merebut emas di nomor taijijian (pedang). Pada SEA Games edisi sebelumnya, Nicholas berhasil mempersembahkan perak di nomor tersebut. Kini dia mengincar target lebih tinggi di Kamboja. Selain taijijian, Nicholas juga akan tampil di nomor taijiquan (jurus berkarakter lemah lembut dengan tangan kosong).
Sementara itu, Angel yang menjalani debut di SEA Games Vietnam tahun lalu belum berhasil mempersembahkan medali di nomor individu. Ia kembali berkesempatan membuktikan kemampuannya setahun berselang. Bila tahun lalu berlomba di gaya kupu-kupu dan bebas, kali ini Angel ”disulap” menjadi perenang gaya punggung oleh pelatih timnas renang Albert Sutanto.
Perenang Angel Gabriella Yus berenang di bawah arahan Pelatih Albert C Sutanto dalam pelatnas PB PRSI di kolam akuatik GBK, Jakarta, Kamis (20/4/2023). Angel menjadi satu dari tiga perenang yang ditargetkan meraih medali di SEA Games Kamboja 2023.
Sejak berganti gaya, Angel menunjukkan perkembangan yang cukup menjanjikan. Ia baru saja memecahkan rekor nasional milik perenang gaya punggung lainnya, Flairene Candrea Wonomiharjo, dengan catatan 1 menit 3,18 detik di Kuala Lumpur, Malaysia, April 2023.
Performa atlet-atlet muda seperti Naro, Nicholas, dan Angel bisa menjadi masukan untuk pengambilan kebijakan ke depan. Dari peninjauan terhadap performa atlet di SEA Games Kamboja diharapkan ada solusi tepat dari pemerintah dalam membawa arah pembinaan prestasi olahraga Indonesia agar menjadi lebih baik lagi.