Atlet Panutan Paralimpiade Indonesia Itu Telah Berpulang
Kepergian David Jacobs menciptakan lubang yang tidak akan tergantikan pada olahraga disabilitas Indonesia. Dia adalah inspirasi terbesar bagi atlet paralimpiade.
JAKARTA, KOMPAS – Selama hidup, atlet para tenis meja David Jacobs telah menyumbang segudang prestasi untuk Indonesia. Dia juga konsiten menjadi duta terbaik bagi olahraga disabilitas serta panutan para rekan dan junior. Kepergian David pada usia 45 tahun pun menjadi kehilangan terbesar untuk dunia paralimpiade Tanah Air.
“Kita benar-benar kehilangan. Dia adalah wajah sebenarnya dari perjuangan atlet paraliampiade. Dia selalu maksimal untuk berprestasi, tetapi juga tidak lupa menolong sesama. David itu teladan seluruh atlet disabilitas. Manusia lurus. Dia disayang semuanya,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Komite Paralimipade Indonesia (NPC) Rima Ferdianto.
David meninggal dunia di Rumah Sakit Husada, Jakarta, pada Jumat (28/4/2023) pukul 04.00 WIB. Malam sebelumnya, dia ditemukan tergeletak tidak sadarkan diri di antara rel Stasiun Gambir dan Stasiun Juanda. Dia seharusnya dalam perjalanan kereta api menuju Solo.
Nama David sangat harum di dunia tenis meja selama dua dekade terakhir. Lahir dengan gangguan fungsional tangan kanan, dia memulai berkiprah lebih dulu di tenis meja non-disabilitas, sejak 2000. Atlet kelahiran Ujung Pandang itu sukses berprestasi di kejuaraan nasional hingga SEA Games.
Namun, warisan paling berharganya terdapat di tenis meja paralimpiade. Dia menggeluti bidang baru itu sejak pensiun pada 2009, sejak olahraga disabilitas belum menjadi primadona seperti saat ini. Dia sukses berprestasi di level tertinggi yang mampu menginspirasi kaum disabilitas dan menyadarkan masyarakat luas.
David sukses menyumbang medali untuk “Merah Putih” dari ajang SEA Games sampai Paralimpiade. Terakhir, November 2022, dia baru saja menjadi pemenang kedua dalam Kejuaraan Dunia di Granada, Spanyol. Prestasinya semakin konsisten pada usia kepala empat berkat dedikasi dalam latihan.
“Kalau atlet lain itu kadang susah diajak berlatih. Kalau David sangat sulit diajak berhenti latihan. Dia sering menambah di luar jam latihan. Meskipun senior dan paling berprestasi, dia justru yang super disiplin. (Sebelum meninggal), dia sedang ambisius banget untuk Paralimpiade Paris 2024,” lanjut Rima.
Atlet bertangan kidal itu masih penasaran terhadap emas Paralimpiade. Sebelumnya, dia baru meraih medali perunggu di London 2012 dan Tokyo 2020. Adapun David ke Jakarta dalam rangka mengurus visa untuk kejuaraan di Slovenia. Dia ingin berburu tiket ke Paris dalam kejuaraan itu.
Baca juga : Kepolisian Masih Selidiki Kematian Petenis Meja David Jacobs
Dia adalah wajah sebenarnya dari perjuangan atlet paraliampiade. Dia selalu maksimal untuk berprestasi, tetapi juga tidak lupa menolong sesama. David itu teladan seluruh atlet disabilitas.
Tidak hanya berprestasi, David juga menjadi duta terbaik untuk mempromosikan olahraga disabilitas. Dia aktif mengajak para disabilitas untuk mencoba peruntungan di dunia paralimpiade. Salah satunya adalah Kusnanto (30), atlet pemusatan latihan nasional tenis meja paralimpiade.
Kusnanto, sebelum menjadi atlet, hanya fokus berjualan nasi goreng sambil menjalani kuliah. David meyakinkan dan membimbing Kusnanto untuk fokus sebagai atlet. Saat baru masuk klub milik David, dia langsung diajak ke Spanyol untuk mengikuti klasifikasi nomor pertandingan.
“Saya tidak tahu dari mana biayanya, tetapi langsung diajak berangkat. Sejak itu saya dapat klasifikasi, lalu juara di nasional, menjadi atlet pelatnas hingga juara di internasional. Semua itu berkat kak David yang selalu memotivasi saya juga. Sangat berjasa. Dia orang yang sangat baik,” ujar Kusnanto.
Sikap disiplin dan rendah hati David dalam hidup juga berhasil menjadi panutan orang-orang di sekitarnya. “Dia selalu rendah hati, mau membantu semua orang di dekat dia. Kami (atlet lebih muda) sering malu kalau melihat kak David latihan. Dia sangat disiplin dan semangat kalau berlatih,” lanjut Kusnanto.
Baca juga : Berpulangnya David Jacobs, Sang Petenis Meja Level Dunia
Misi David memperluaskan olahraga disabilitas ditunjukkan dengan berperan sebagai Ketua Umum NPC DKI Jakarta dalam dua tahun terakhir. Dia sempat berkata saat meraih emas Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021, ingin fokus mencari dan memaksimalkan bakat penyandang disabilitas yang selama ini tersiolasi di masyarakat.
David mengerti betul rasanya direndahkan. Dia sempat minder saat awal berkarier di tenis meja non-disabilitas akibat kekurangan di tangan kanan. Namun, dia berhasil memecahkan stigma tersebut dengan usaha dan prestasi yang lebih besar dibandingkan orang lain.
David juga dikenal sebagai pria yang sangat dekat dengan keluarga. Ayah beranak empat itu sering kali berlatih ditemani keluarganya. Adapun sebelum meninggal, dia sempat ingin berpamitan terlebih dulu kepada sang mertua. Hal itu yang membuatnya tidak kembali dengan mobil bersama rombongan pelatnas lain.
Penyebab kematian
David ditemukan petugas PT KAI tergeletak dengan kondisi masih bernapas dan luka di kepala bagian belakang pada pukul 21.15 WIB. Kepalanya mengalami pendarahan cukup parah. Adapun dia semestinya berangkat dari Stasiun Gambir pada pukul 20.45 WIB dan tiba di Stasiun Solo pada pukul 03.49 WIB.
Baca juga : David Jacobs Tutup Usia dalam Perjalanan Bergabung Rombongan Pelatnas
Atlet kelas TT10, disabilitas tangan tingkat terendah, itu sudah kehilangan kesadaran sejak ditemukan di pinggir rel. Untuk penanganan lebih lanjut, dia pun dibawa ke RS Husada dengan menggunakan mobil ambulans. Sebelum akhirnya dinyatakan meninggal setelah penanganan pada dini hari.
David sempat membaik ketika di rumah sakit. Tensi darah dan napasnya mulai normal. Namun, dia ternyata mengalami kritis pada pukul 02.00 WIB, sebelum akhirnya berpulang dua jam setelah itu. Menurut hasil pemeriksaan lebih lanjut, tengkorak belakang kepalanya retak. Diduga akibat benturan benda tumpul.
Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo memberikan perhatian khusus terkait meninggalnya David. Setelah mengetahui berita tersebut, Dito langsung menghubungi pihak kepolisian agar dilakukan pemeriksaan lebih dalam.
"Saya juga akan datang ke rumah duka setelah proses otopsi terhadap David selesai dilakukan. Tadi kami sudah monitor, saya langsung telepon pak Kapolda Metro Jaya untuk olah TKP dan didalami kejadian dan kronologinya, ditemukan di stasiun Juanda kalau tidak salah," kata Dito seperti dikutip dalam siaran pers.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Komarudin mengatakan, David ditemukan masih dalam keadaan hidup. Hasil penyelidikan sementara, korban memasuki Stasiun Gambir pukul 20.12, kemudian berada di sana hingga pukul 20.28. Dalam rentang waktu itu, korban terpantau beraktivitas mulai dari check in hingga menunggu kereta di peron.
Baca juga : Petenis Meja Senior Haus Prestasi dan Ingin Menginspirasi
Setelah itu, David ditemukan pada pukul 20.30 berdasarkan catatan pada alat komunikasinya. ”Artinya, hanya jarak dua menit dari Gambir ke tempat kejadian perkara (TKP), itu jaraknya 700 meter, kalau jalan kaki, tidak mungkin,” kata Komarudin.
Berdasarkan hasil analisis pihak kepolisian, kata Komarudin, David diduga melompat dari kereta api setelah dia menyadari salah naik kereta. Komarudin menduga, David menaiki kereta jurusan Surabaya-Gambir, yang akan menuju Stasiun Kota. Kereta itu melintas di Stasiun Gambir pada pukul 20.30 dan mengarah ke Stasiun Kota untuk pembersihan kereta.
Hal senada juga dikatakan Wakil Sekretaris Jenderal Komite Paralimpiade Nasional (NPC) DKI Jakarta Rima Ferdianto. Setelah sadar, David melompat dan mengira kereta tidak berjalan begitu cepat. Namun, kereta yang David naiki memiliki kecepatan 21 kilometer/jam.
David pun jatuh terpeleset di antara banyaknya bebatuan di pinggir rel kereta api. Oleh sebab itu, kepala david membentur bebatuan dan mengalami keretakan pada tengkorak kepala bagian belakang.
David ditemukan dalam kondisi terlentang di pinggir rel kereta api antara Stasiun Gambir-Stasiun Juanda. Lintasan itu juga bukan tempat aktivitas masyarakat umum. Barang-barangnya juga ditemukan dalam keadaan lengkap.