Ketua Umum PSSI Erick Thohir menunjukkan kesungguhan untuk membenahi keuangan pemangku kepentingan sepak bola Indonesia. Selama ini, perputaran uang miliaran rupiah di PSSI dan PT Liga Indonesia Baru tidaklah transparan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
KOMPAS/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyalami para pemain yang akan membela Indonesia di SEA Games Kamboja, Jumat (21/4/2023). Erick bertekad membenahi manajemen keuangan sepak bola nasional dengan membentuk Satuan Tugas Transparansi Keuangan.
JAKARTA, KOMPAS — Ikhtiar pembenahan tata kelola sepak bola nasional melalui perbaikan manajemen dan keuangan mulai dijalankan Ketua Umum PSSI Erick Thohir. Bersamaan proses audit keuangan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru oleh firma auditor finansial, Ernst & Young, Erick juga membentuk Satuan Tugas Transparansi Keuangan.
Selain disetujui semua anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2023-2027, Erick memastikan kehadiran satgas yang diharapkan mampu memperbaiki pengelolaan keuangan organisasi sepak bola itu telah direstui Presiden Joko Widodo.
”Kami sudah meminta Ernst & Young melakukan audit dan investigasi pembukuan sepak bola nasional secara transparan agar tidak terulang lagi hal-hal yang merugikan banyak pihak, seperti pemain, wasit, dan kompetisi. Salah satu figur di satgas itu ialah Pak Ardan (Adiperdana), bekas Ketua BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan),” ujar Erick dalam keterangan pers di Kantor PSSI, Jakarta, Jumat (28/4/2023).
Ia menjelaskan, transparansi keuangan adalah langkah yang wajib ditempuh untuk mewujudkan sepak bola yang bersih dan berprestasi. Pembenahan pengelolaan finansial, tambahnya, juga menjadi syarat yang diamanahkan FIFA, induk sepak bola dunia, dalam transformasi sepak bola Indonesia.
FIFA/PSSI
Presiden FIFA Gianni Infantino (kiri) berpose dengan Ketua Umum PSSI Erick Thohir seusai pertemuan pada Kamis (6/4/2023) di Paris, Perancis. Pertemuan itu membahas soal rencana transformasi sepak bola Indonesia dan putusan sanksi untuk PSSI.
Hasil audit keuangan itu diharapkan dapat mengungkap kondisi finansial PSSI. Erick, yang juga Menteri Badan Usaha Milik Negara, menilai keuangan PSSI bermasalah, salah satunya akibat tidak adanya laporan keuangan dari setoran PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi.
Maka, ia sampai mengeluarkan dana pribadi senilai Rp 2 miliar untuk bonus juara BRI Liga 1 2022-2023, PSM Makassar. Mulai musim depan, Erick ingin juara liga sepak bola kasta teratas di Tanah Air menerima uang hadiah sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras para pemain dan tim pelatih.
”Intinya, kami ingin rapi-rapi, buka-bukaan agar tidak saling curiga. Kalau dari hasil investigasi itu kami menemukan data dan fakta (kekeliruan), maka akan kami tindak. Kami juga akan mewajibkan klub di Liga 1 untuk diaudit selama tiga bulan agar lingkaran permasalah keuangan ini putus,” kata Erick.
Selama ini, PSSI belum pernah menyampaikan laporan keuangan tahunan. Padahal, PSSI menerima dana besar setiap tahun, misalnya FIFA Forward 2.0 periode 2019-2021 yang mencapai 3 juta dollar AS atau sekitar Rp 44 miliar. Dana bantuan FIFA itu tidak terlihat hasilnya.
Padahal, uang itu adalah subsidi dari FIFA untuk membantu pengembangan kompetisi, pembinaan usia dini, dan pembangunan infrastruktur sepak bola di Indonesia. Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT), yang juga mendapat FIFA Forward 2.0 dengan jumlah yang serupa Indonesia, misalnya, memanfaatkan dana itu untuk membangun kantor FAT yang baru dan operator Liga Thailand, pusat latihan timnas, ruang seminar, ruang pelatihan asisten wasit peninjau video (VAR), dan lapangan futsal.
Tak hanya FIFA, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) juga memberikan dana 150.000 dollar AS atau sekitar Rp 2,2 miliar per tahun kepada semua anggotanya, termasuk PSSI, untuk pengembangan kompetisi putra dan putri. Selain itu, menurut catatan Save Our Soccer (SOS) selama musim 2022-2023, PT LIB diyakini mengumpulkan dana sekitar Rp 370 miliar. Pendapatan itu terdiri hak siar televisi dari Grup Emtek senilai Rp 220 miliar dan sponsor utama dari BRI senilai Rp 150 miliar.
Sebelum klub menjadi industri, liganya harus lebih dulu menjadi industri. Saya yakin semua pihak ingin bahu-membahu untuk memajukan sepak bola.
Namun, PT LIB belum membayar upah perangkat laga pada empat pekan terakhir Liga 1 musim ini. Total kewajiban yang harus dibayarkan kepada para wasit, asisten wasit, dan match commisioner mencapai Rp 1,62 miliar.
Maka, Koordinator SOS Akmal Marhali mendukung langkah Erick mengaudit keuangan PSSI dan PT LIB. Ia berharap hasil audit itu bisa dibuka secara transparan kepada publik sebagai wujud pertanggungjawaban PSSI. ”Semoga audit yang dilakukan bisa membuka masalah di sepak bola Indonesia. Jika sakitnya sudah stadium akhir, pengurus PSSI harus berani melakukan amputasi demi kebaikan sepak bola,” ucap Akmal.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Kapten tim sepak bola U-22 Indonesia, Rizki Ridho Ramadhani, memegang panji mini PSSI menjelang laga melawan tim U-22 Lebanon dalam laga uji coba di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (14/4/2023).
Dukungan penuh
Selain mendapat dukungan dari Presiden Jokowi, langkah pembenahan keuangan itu juga mendapat dukungan dari mayoritas klub Liga 1. Dukungan dari klub penting karena 18 klub Liga 1 adalah pemilik saham mayoritas PT LIB.
Ketiadaan dukungan dari mayoritas klub bisa memunculkan potensi ”pembangkangan” yang pernah dilakukan operator kompetisi, yaitu PT Liga Indonesia dan Badan Liga Indonesia, ketika pengurus PSSI periode 2011-2015 di bawah kendali Djohar Arifin Husin melakukan audit keuangan serupa dengan menggandeng firma auditor finansial, Deloitte, pada 2011. Kala itu, PT LI dan BLI menolak menyampaikan laporan keuangan mereka karena mengeklaim telah melakukan audit internal yang hasilnya diserahkan ke PSSI.
”Kami mendukung langkah Ketua Umum PSSI untuk pembenahan sepak bola, termasuk dalam manajemen finansial. Kami ingin sepak bola Indonesia menuju babak profesionalisme yang baru guna perbaikan industri sepak bola di masa depan,” kata Presiden Persija Jakarta Mohamad Prapanca.
Presiden Persita Tangerang Ahmed Rully Zulfikar, mewakili suporter, turut mendukung audit keuangan PSSI dan PT LIB. Ia menilai pengelolaan keuangan yang baik adalah langkah awal untuk memajukan industri sepak bola nasional. ”Sebelum klub menjadi industri, liganya harus lebih dulu menjadi industri. Saya yakin semua pihak ingin bahu-membahu untuk memajukan sepak bola,” ucap Rully.