Pelampiasan Rasa Lapar Atlet Wushu Setelah Gagal di Vietnam
SEA Games Kamboja 2023 akan menjadi penuntasan rasa lapar bagi beberapa atlet wushu Indonesia yang gagal meraih medali di SEA Games Vietnam 2021. Mereka bertekad meraih emas
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Bagi sebagian atlet wushu taolu (peragaan jurus) Indonesia, SEA Games Kamboja 2023 tiada ubahnya pelampiasan rasa lapar dari kegagalan meraih medali. Dengan persiapan latihan di China selama lebih dari satu bulan, mereka bertekad mengejar emas yang belum sempat diraih di SEA Games Vietnam 2021.
Pencapaian tim wushu Indonesia di SEA Games Hanoi, Vietnam, memang tidak buruk. Mereka mampu memenuhi target dengan merebut tiga medali emas, sembilan perak, dan tiga perunggu.
Berkat raihan tersebut, tim Indonesia menempati peringkat kedua dalam klasemen umum perolehan medali akhir. Juara umum cabang wushu diraih tim tuan rumah Vietnam yang mengoleksi 10 medali emas, tiga perak, dan tujuh perunggu.
Untuk perhelatan SEA Games Kamboja, tim wushu Indonesia menerjunkan 14 orang atlet yang terdiri dari sembilan atlet taolu dan enam orang atlet sanda (tarung). SEA Games Kamboja mempertandingkan 24 nomor yang terbagi menjadi 14 nomor taolu dan 10 nomor sanda. Indonesia awalnya direncanakan mengikuti 19 nomor, yaitu 13 nomor taolu dan enam sanda. Namun, adanya aturan pembatasan membuat Indonesia hanya bisa mengikuti 12 nomor taolu.
Para atlet taolu kembali menjadi tumpuan Indonesia untuk mendulang medali sebagaimana pada edisi SEA Games Vietnam. Dua dari tiga emas Indonesia di Hanoi disumbangkan atlet taolu. Sedangkan, untuk SEA Games Kamboja nanti, Pengurus Besar Wushu Indonesia (PB WI) mematok target empat emas.
“Empat emas adalah target yang realistis. Kami optimistis pada setiap nomor. Target tidak bisa satu-satu karena semua nomor punya peluang. Yang penting sekarang ini adalah semuanya siap mental untuk meraih emas,” kata Sekretaris Jenderal PB WI, Ngatino.
Kali ini, beberapa atlet wushu taolu yang membela Indonesia di Vietnam kembali tampil di Kamboja. Mereka antara lain Edgar Xavier Marvello, Seraf Naro Siregar, Harris Horatius, Nicholas, Nandhira Mauriskha, dan Eugenia Diva Widodo. Khusus bagi Edgar dan Eugenia, mereka akan berusaha mengejar pencapaian tertunda di Vietnam pada edisi SEA Games kali ini.
Edgar merupakan atlet wushu andalan Indonesia di nomor changquan atau tangan kosong. Namun, di SEA Games Hanoi, Edgar gagal mempersembahkan medali emas. Padahal saat berlaga di Hanoi, Edgar berstatus sebagai juara dunia nomor changquan di Kejuaraan Dunia Wushu 2019 di China. Oleh sebab itu tidak berlebihan bila Edgar difavoritkan untuk meraih emas di Hanoi.
Empat emas adalah target yang realistis. Kami optimistis pada setiap nomor.
Akan tetapi, Edgar melakukan kesalahan pada 30 detik pertama penampilannya. Ia memamerkan jurus lompatan setinggi sekitar 1 meter, tetapi tidak berhasil mendarat secara sempurna. Kesalahan itu pun membuyarkan impian Edgar untuk meraih emas nomor changquan pertamanya di SEA Games. Edgar hanya menempati peringkat ke-7 dari 9 peserta dengan perolehan nilai 9,46. Edgar tertinggal jauh dari peraih emas asal Malaysia, Su Wei, yang mendapatkan nilai 9,70.
Rasa penasaran
Pada SEA Games Manila 2019 di Filipina, Edgar juga belum berhasil membawa pulang emas nomor changquan. Tidak ayal, kegagalan berturut-turut di dua edisi SEA Games memancing rasa penasaran Edgar. Bagaimanapun, ini adalah sebuah anomali di mana sang juara dunia nomor changquan justru belum berhasil menjadi pemenang di level Asia Tenggara.
Setelah kegagalan meraih medali di Hanoi, Edgar kembali menunjukkan tajinya di Kejuaraan Dunia Wushu 2022 yang diselenggarakan di Alabama, Amerika Serikat. Ia berhasil mempertahankan gelar juara dunia wushu nomor changquan yang diraihnya pada 2019 dengan mengungguli Lee Ha-sung dari Korea Selatan yang menempati peringkat kedua.
Maka, SEA Games Kamboja seperti menawarkan kesempatan kedua bagi Edgar untuk menebus kegagalannya. Bagi Edgar, membawa pulang emas adalah harga mati. Adapun Pelatih Kepala Wushu Indonesia, Novita, mengatakan, Edgar tetap menjadi andalan Indonesia untuk meraih emas di nomor changquan.
Novita mengatakan, bagi Edgar, ini merupakan tantangan karena belum sekalipun ia meraih emas di nomor andalannya itu di SEA Games. Novita mengakui kegagalan merebut emas di Vietnam merupakan pukulan telak bagi Edgar karena selama ini dia merajai nomor changquan. Namun, kali ini moral dan kepercayaan diri Edgar sudah kembali seiring keberhasilan menjuarai Kejuaraan Dunia Wushu 2022.
“Ini berkaitan dengan psikologis dan mental dia. Tidak mudah menepis memori buruk itu. Setelah kegagalan itu kami melakukan program pendekatan pendampingan terhadapnya dengan psikolog. Sekarang sudah semakin membaik dan siap tampil untuk di Kamboja nanti. Ini dibuktikan dengan dua kali try out di China yang hasilnya baik,” kata Novita saat dihubungi di Jakarta, Kamis (27/4/2023).
Seperti Edgar, Eugenia juga masih dibayang-bayangi rasa penasaran lantaran gagal meraih medali di SEA Games Hanoi. Saat itu, Eugenia tampil bagus di nomor daoshu/gunshu (senjata pendek/toya) dengan mencatatkan poin 9,70.
Namun, pada akhirnya perolehan poin Eugenia tergeser oleh wakil tuan rumah, Hoang Thi Phuong Giang, yang juga merupakan atlet veteran. Puong mampu meraih 9,71 poin atau unggul tipis 0,01 poin saja dari Eugenia.
Karena ini merupakan dua nomor yang disatukan, untuk gunshu dilakukan sehari setelah perlombaan nomor daoshu. Sayang Eugenia gagal melanjutkan penampilan impresifnya di nomor gunshu sehingga pada penjurian akhir, ia terlempar dari peringkat tiga besar klasemen penilaian. Eugenia pun nyaris mempersembahkan medali di SEA Games yang menjadi debutnya itu.
“Perkembangan atlet dibandingkan tahun lalu, ada peningkatan dari sisi teknik dan taktik. Ini karena pemusatan latihan kita tidak terputus. Kalau tahun sebelumnya ada jeda selama satu atau dua bulan. Itu berdampak pada performa atlet,” ucap Novita.
Atlet-atlet wushu Indonesia akan memulai perjuangannya pada 10 Mei. Cabor wushu secara total akan berlangsung selama tiga hari hingga 12 Mei di Chroy Changvar, sebuah kota satelit di dekat Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh.