Guardiola menjadikan City bagai lokomotif raksasa yang tidak terhentikan. Prestasi City berpotensi mencapai klimaks musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, MINGGU - Ucapan manajer Manchester City Josep Guardiola tentang kelelahan timnya bersaing di tiga kompetisi, tidak lebih dari sekadar permainan pikiran. Dengan kedalaman skuad saat ini, City memang diciptakan untuk memenangi seluruh trofi yang tersedia.
City memastikan tiket ke partai puncak Piala FA setelah menumbangkan Sheffield United 3-0 di Stadion Wembley, Sabtu (22/4/2023). Sumbangan “hat-trick” penyerang sayap Riyad Mahrez mampu menyudahi kutukan “The Citizens” yang selalu gagal di semifinal dalam tiga musim terakhir.
Mahrez dan rekan-rekan tidak menemui kesulitan berarti. Padahal, beberapa hari sebelumnya, Guardiola sempat mengeluh. Sang manajer mengatakan, anak asuhnya sangat kelelahan dalam hal fisik dan mental seusai laga perempat final kedua versus Bayern Muenchen, Kamis lalu.
City semakin dekat dengan raihan treble atau tiga trofi pada musim ini. Selain Piala FA, mereka juga berpeluang meraih gelar Liga Inggris dan Liga Champions. Tim Inggris terakhir yang bisa mencapai prestasi serupa adalah Manchester United, pada musim 1998-1999.
“Saya pikir mereka punya kesempatan sangat besar (untuk treble). Mereka punya pengalaman (juara) dan skuad berkualitas. Kedalaman skuad mereka luar biasa. Kredit kepada Pep karena bisa merotasi skuadnya dengan baik,” kata Leon Osman, mantan gelandang yang bermain 16 tahun di Liga Inggris, kepada BBC Sport.
Kedalaman skuad City tidak ada lawan. Hal itu yang membuat mereka mampu melangkah jauh di 3 kompetisi sekaligus. Mereka sukses meraih 9 kali menang dari 10 laga di seluruh kompetisi sejak Maret. Padahal, mereka sering kali harus bermain 3-4 hari sekali.
Di Piala FA, misalnya. Guardiola selalu merotasi skuadnya. Seperti pada semifinal kemarin, dia memasang 6 pemain berbeda dibandingkan laga versus Bayern. Adapun kiper cadangan Stefan Ortega selalu mengisi posisi Ederson Moraes dalam setiap laga kompetisi tertua di dunia tersebut.
Namun, City justru berhasil melaju ke final dengan sangat mulus, tanpa satu kali pun kebobolan. Menurut Squawka, mereka menjadi tim pertama sejak 1966 yang mampu menembus final dengan catatan nirbobol di setiap laga. Di antaranya mengalahkan Chelsea (4-0) dan Arsenal (1-0).
Saya pikir mereka punya kesempatan sangat besar (untuk treble). Mereka punya pengalaman (juara) dan skuad berkualitas.
Rotasi City sukses berkat kualitas yang nyaris sama antara pemain cadangan dan inti. Mahrez buktinya. Sempat dicadangkan di markas Bayern, dia mampu mencetak tiga gol ke gawang Sheffield saat penyerang utama Erling Haaland tidak berkontribusi besar. “Kami punya kualitas skuad dan kekompakan tim yang sangat baik,” kata Mahrez.
Sebagai gambaran, para pelapis yang diberikan kesempatan Guardiola juga berstatus pemain kelas dunia. Selain Mahrez, ada juga penyerang utama tim nasional Argentina Julian Alvarez dan bek sayap andalan timnas Inggris Kyle Walker.
Kedalaman itu tercermin dalam nilai pasar skuad City yang mencapai 1,05 miliar euro atau tertinggi di Liga Inggris. Guardiola membentuk tim itu sejak kedatangannya pada 2016 dengan total pembelian pemain mencapai 1,1 miliar euro, tertinggi kedua setelah Chelsea.
Kelengkapan skuad memberikan fleksibilitas kepada Guardiola. Sang manajer bisa menggunakan formasi yang sama dengan pemain berbeda-beda. Seperti versus Sheffield, peran inverted full-back yang biasa diperankan John Stones, diambil pemain 22 tahun Sergio Gomez.
Gomez berada di posisi gelandang saat dalam penguasaan bola dan menjadi bek sayap ketika bertahan. Adapun peran itu sudah diperankan banyak pemain musim ini. Sebelum Stones, gelandang Bernardo Silva dan Rico Lewis sudah dicoba lebih dulu.
Guardiola mengatakan, pengalaman dan mentalitas juara skuadnya turut menjadi salah satu faktor terbesar terhadap konsistensi tim. Terbukti, mereka berhasil mencapai babak semifinal Piala FA dalam 4 musim terakhir, meskipun baru lolos ke final pada musim ini.
“Kami selalu bertarung setiap tahun untuk semua gelar. Itulah mentalitas klub ini setiap musimnya. Sungguh senang bisa kembali ke final Piala FA,” kata Guardiola yang baru sekali menjuarai Piala FA pada musim 2018-2019 tersebut.
Di atas kertas, musim ini menjadi kesempatan terbaik City meraih treble. Sebelumnya mereka pernah meraih treble pada 2018-2019, tetapi hanya tiga trofi kompetisi lokal. Raihan itu kurang bergengsi dibandingkan MU yang meraih treble dengan raihan juara Liga Champions.
City, sebagai juara bertahan, diunggulkan kembali juara Liga Inggris musim ini. Mereka masih tertinggal 5 poin dari pemimpin klasemen Arsenal, tetapi menyimpan dua laga belum dimainkan. Adapun Kamis nanti, City akan menjamu Arsenal di Stadion Etihad.
Hanya Liga Champions yang berpotensi menjadi batu sandungan The Citizens. Guardiola, seperti diketahui, belum pernah meraih trofi “Si Kuping Lebar” bersama City. Sudah 12 tahun lalu sejak dia terakhir kali menjuarai Liga Champions, bersama Barcelona pada musim 2010-2011.
City akan kembali menghadapi juara bertahan Real Madrid di semifinal musim ini. Musim lalu, mereka disingkirkan “El Real” di semifinal setelah kalah agregat 5-6. “Kami perlu berada di level terbaik untuk mengalahkan mereka. Musim lalu kami bermain bagus, tetapi membuat beberapa kesalahaan,” kata gelandang City Kevin De Bruyne. (AP/REUTERS)