Uccio, Rossi, dan Air Mata untuk Marini
Sahabat kental Valentino Rossi sekaligus Direktur Tim Mooney VR46, Alessio ”Uccio” Salucci, menangis saat Luca Marini meraih podium pertamanya di MotoGP. Momen itu membuat tim VR46 sadar atas potensi mereka meraih juara.
Valentino Rossi menantikan personel tim Mooney VR46 Racing di Tavullia, Italia, untuk merayakan hasil brilian yang diraih oleh Marco Bezzecchi dan Luca Marini dalam tiga seri awal MotoGP 2023. Tim yang dia dirikan sembilan tahun lalu itu, dengan mengawali di Moto3, kini menjadi salah satu tim MotoGP dengan potensi besar. Bezzecchi kini memuncaki klasemen dan Marini semakin solid yang ditandai dengan meraih podium pertamanya di MotoGP. Hasil brilian di awal musim tersebut mengangkat kepercayaan diri tim untuk memburu gelar juara.
Kepercayaan diri itu semakin kuat setelah Luca Marini mampu meraih podium pertamanya di MotoGP dengan finis kedua dalam balapan utama seri Amerika, Senin (17/4/2023) dini hari WIB. Podium ini melengkapi performa Bezzecchi yang memenangi balapan utama seri Argentina, dua pekan sebelumnya, yang berlangsung dalam kondisi trek basah.
”Setelah balapan ini saya menangis, hanya sedikit–itu tidak pernah terjadi selama bertahun-tahun–karena bisa meraih podium kedua bersama Luca rasanya istimewa, karena saya sudah kenal dia sejak dalam kandungan Stefania Palma (ibunda Rossi dan Marini),” ungkap Alessio ”Uccio” Salucci, Direktur Tim Mooney VR46, kepada BT Sport.
”Saya sudah kenal dia selama bertahun-tahun, pertama kenal masih seperti ini (memeragakan menimang bayi dengan kedua tangan), dan kini dia berada di podium. Bagi saya itu luar biasa. Vale, saya, Luca sudah seperti keluarga. Fantastico,” kata sahabat Rossi itu.
Momentum positif diraih oleh VR46 sejak seri pembuka di Portimao, Portugal, 24-26 Maret lalu, dengan podium ketiga yang diraih Bezzecchi dalam balapan utama. Namun, pencapaian brilian rookie terbaik 2022 itu dibayangi hasil muram dalam balapan sprint karena Bezzecchi dan Marini terjatuh. Marini bahkan berada dalam situasi lebih sulit saat balapan utama ketika dia terjatuh hingga menyeret pebalap pabrikan Ducati Enea Bastianini yang kemudian cedera retak tulang belikat kanan.
Baca juga: Sinar Terang Bezzecchi di Puncak Klasemen MotoGP
Bezzecchi dan Marini memetik pelajaran dari balapan pembuka itu untuk memperbaiki performa dalam seri kedua di Argentina, 31 Maret-2 April. Mereka brilian dalam balapan sprint, dengan meraih podium kedua dan ketiga. Bahkan, Bezzecchi membuat kejutan dalam balapan utama dengan finis terdepan. Dia melesat tanpa bisa dikejar, bahkan oleh pebalap pabrikan Ducati, Francesco Bagnaia, yang kemudian terjatuh. Kemenangan itu menempatkan Bezzecchi di puncak klasemen pebalap.
Kedua pebalap binaan Akademi Pebalap VR46 milik Valentino Rossi itu pun semakin termotivasi untuk meningkatkan performanya. Ujian berat menanti mereka dalam balapan seri Amerika di COTA, Austin, Texas, 14-16 April. Ini trek yang sangat sulit, karena menuntut ketepatan manuver, feeling pengendalian motor yang kuat, serta stamina fisik.
Bezzecchi, yang musim lalu terjatuh di COTA, kembali menjalani akhir pekan yang sulit di trek berkebalikan arah jarum jam itu. Dia bahkan harus menjalani kualifikasi dari Q1. Namun, Bezzecchi mampu lolos ke Q2 dan bahkan meraih posisi start kelima. Ini hasil yang luar biasa karena dia hanya tinggal memiliki satu ban kompon lunak untuk time attack, selain itu fisiknya juga sudah terkuras dalam Q1.
Sementara Marini juga tidak terlalu mulus mengawali akhir pekan di COTA karena dia sempat terjatuh dalam kecepatan tinggi saat sesi pemanasan pada Sabtu pagi. Namun, Marini, yang sangat analitis, mampu dengan cepat membaca kondisi trek yang licin untuk bisa tampil solid untuk meraih posis start ketiga.
Namun, dalam balapan sprint, Marini kehilangan momentum untuk finis di tiga besar. Dia justru mengakhiri balapan pendek itu di posisi ketujuh, tepat di belakang Bezzecchi. Hasil ini merupakan kurva pembelajaran bagi Marini, yang kemudian membuat dia bisa memilih jalur balapan yang tepat, serta menyesuaikan gaya membalapnya dengan trek yang sangat menguras fisik dan licin itu.
Baca juga: Miller Ungkap Risiko Besar Balapan Basah di Argentina
Marini mampu memperbaiki performanya dalam balapan utama, untuk bangkit dari posisi kelima dan finis di posisi kedua. Hasil ini tidak lepas dari kecelakaan yang dialami oleh Bagnaia saat di posisi kedua dan pebalap KTM Jack Miller di posisi ketiga. Dua kecelakaan itu mendorong pebalap Yamaha, Fabio Quartararo, ke urutan kedua dan Marini ke posisi ketiga. Marini memaksimalkan kekuatan Desmosedici GP22 untuk mendahului Quartararo dengan mudah di trek lurus sepanjang 1,2 kilometer di antara tikungan 11 dan 12.
Marini pun meraih podium pertamanya dalam balapan Grand Prix MotoGP, pencapaian yang sudah lama dia nantikan. Adapun Bezzecchi, yang mengetahui bahwa ini bukan balapan miliknya, tidak memaksakan diri meraih podium. Dia fokus berjuang finis di posisi yang bagus dan meraih posisi keenam. Hasil ini, serta kecelakaan yang dialami Bagnaia, menjaga posisi Bezzecchi tetap di puncak klasemen dengan 64 poin, 11 poin di atas Bagnaia di posisi kedua.
Ini hasil yang tidak berani dibayangkan oleh para petinggi VR46 saat mengawali persaingan MotoGP 2023. Namun, kini mereka mulai lebih memahami di mana posisi mereka, terutama potensi yang mereka miliki dalam persaingan juara. Tantangan yang dihadapi memang panjang dan berat karena masih ada 18 seri yang harus dijalani.
”Ini terasa sedikit berlebihan bagi kami. Ini seperti mimpi,” ungkap Uccio seusai balapan seri Amerika, Senin dini hari WIB. ”Kami bergembira untuk Luca karena dia telah bekerja keras selama musim dingin. Itu membuat dia lebih percaya diri.”
”Kini kami memimpin kejuaraan, kami tim teratas dalam kejuaraan, dan Vale sangat senang. Dia menelepon saya dan dia mengatakan terima kasih, pekerjaan yang luar biasa, dan seterusnya. Dia menanti kami di Tavullia untuk makan malam,” ujar Uccio.
Sebelum balapan ini, tidak. Tetapi setelah ini, mengapa tidak? Kita lihat saja. Itu tidak akan mudah, tetapi kami di sini untuk menjadi juara.
Uccio mengakui, hasil dalam tiga balapan awal ini membangkitkan motivasi dan kepercayaan diri tim untuk terus kompetitif. Ini merupakan kombinasi dari performa para pebalap, kerja keras personel tim untuk menyiapkan motor, serta dukungan Ducati yang menyediakan motor Desmosedici GP22 yang kompetitif.
”Motor kami sangat cepat, tim bekerja dengan sangat baik, tetapi ini baru tiga balapan, dan kami harus tetap tenang. Tetapi, kami juga tahu bahwa kami memiliki potensi untuk berada di depan di setiap Sabtu dan Minggu. Itu sesuatu yang penting, saya membahas itu bersama tim,” ujar Uccio.
”Kini kami menuju Eropa, yang kami lebih mengenal trek, lebih mengetahui situasi, seperti di Le Mans, Mugello, trek-trek fantastik, dan kami berharap bisa terus seperti ini,” jelas Uccio.
Balapan di Eropa akan membuat persaingan lebih ketat karena semua pebalap sangat mengenal karakter trek dan tim-tim memiliki data yang banyak untuk menyusun strategi. Namun, kepercayaan diri tim VR46 untuk bisa kompetitif sangat tinggi. Bahkan, kini mereka mulai memikirkan perjuangan meraih gelar juara.
”Sebelum balapan ini, tidak. Tetapi setelah ini, mengapa tidak? Kita lihat saja. Itu tidak akan mudah, tetapi kami di sini untuk itu,” ungkap Uccio terkait kepercayaan diri untuk bersaing meraih gelar juara.
Kepercayaan diri itu tumbuh seiring dengan peningkatan performa para pebalap di awal musim ini. Mereka menjadi lebih kompetitif dan presisi dalam menjalankan strategi balapan. Uccio juga menilai para pebalap semakin dewasa, dengan mampu membaca potensi di setiap balapan.
”Marco tahu bahwa ini (seri Amerika) bukan balapan miliknya, karena dia sering kehilangan cengkeraman ban depan, sehingga dia memilih untuk sedikit melambat, lebih senyap (tidak terlalu agresif). Dia cerdik. Di setiap sesi latihan dia juga terus meningkat,” ujar Uccio.
”Saya sangat senang dengan hasil yang diraih, terutama di Argentina. Tetapi di sini (Amerika), kemarin (sesi latihan, Jumat) Bezzecchi mengalami sedikit masalah dan hari ini kami bisa mengatasi itu, dia bisa cepat. Dia mulai dari Q1 kemudian ke Q2 ketika kami hanya tinggal memiliki satu ban, tetapi dia bisa bertarung meraih posisi (start) yang bagus. Luca juga sangat cepat, kami melakukan perubahan pada ban depan (dengan ban medium) saat yang lainya menggunakan ban keras, dan kami sangat bangga dengan tim. Kami berharap meraih sesuatu yang besar,” ungkap Uccio.
Baca juga: Rins Kembalikan Tawa Honda di COTA
Peningkatan performa para pebalap ini dinilai oleh Uccio sangat krusial karena mereka dibina dalam Akademi VR46 sejak kecil. Proses panjang itu kini mulai membuahkan hasil dengan VR46 semakin solid dalam musim keduanya di MotoGP dengan para pebalap didikan mereka.
”Ya jelas, ini seperti mimpi karena di akademi kami berlatih keras dengan motor, mulai motor kecil (di Ranch) dan di Misano dengan motor jalan raya. Ketika mereka bersaing meraih podium, situasinya sama antara saat latihan dan di MotoGP. Ini seperti mimpi. Saya sangat senang. Semua orang di tim luar biasa, para pebalap, Valentino bos besar, dia mentransfer emosi kepada para pebalap. Itu hal yang sangat bagus,” ungkap Uccio.
Performa pada pebalap juga dipantau terus oleh Rossi, yang pensiun dari MotoGP di akhir musim 2021. Juara dunia sembilan kali di semua kelas itu rutin menelepon tim di sirkuit untuk memberikan masukan dan menyuntikkan semangat. Itu membuat tim VR46 merasa Rossi selalu ada bersama mereka meskipun tanpa kehadiran fisik.
”Valentino mungkin setiap jam selalu menghubungi terutama saat terjadi kecelakaan. Jadi, kami sangat senang, grande Vale, dia selalu bersama kami,” tegas Uccio.
Saat para pebalap jeda balapan, Rossi pun ikut berlatih di Ranch dengan balapan flat track. Ini merupakan proses dia mentransfer teknik berkendara, etos kerja, serta emosi dalam persaingan ketat. Mereka dibiasakan bersaing ketat di antara mereka, terbuka, tetapi tetap sportif.
Uccio pun menilai, saat para pebalap binaan VR46 bersaing dalam balapan MotoGP, itu seperti di Ranch. Saat ini, pebalap jebolan akademi VR46 di MotoGP adalah Francesco Bagnaia, Franco Morbidelli, Marini, dan Bezzecchi. Mereka menjadi generasi awal warisan Valentino Rossi untuk MotoGP.
”Lebih kurang sama. Mungkin lebih ketat di Ranch, ya benar sekali (itu karena Valentino ada di sana),” ujar Uccio terkait atmosfer persaingan saat latihan dan balapan MotoGP.