Nyala "Flare" di Laga Persib Bandung, Noda yang Terus Berulang
Nyala "flare" atau suar di laga Persib Bandung melawan Persikabo 1973 menuai kritik. Tidak hanya memicu denda, hal itu merusak perbaikan masa depan Indonesia.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·5 menit baca
Laga pamungkas Persib Bandung menjamu Persikabo 1973 di Liga 1 2022/2023 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Sabtu (15/4/2023), berakhir antiklimaks. Tidak hanya kalah dengan skor telak, kenekatan sebagian pendukung Persib merusak harapan sepak bola Indonesia lebih baik kelak.
Papan skor menunjukkan angka 1-4 ketika pertandingan hampir berakhir. Bukan mengucapkan terima kasih atas permainan Persib selama semusim, sejumlah pendukung justru mencetak luka di ujung laga.
Mereka menyalakan flare atau suar yang memerahkan sebagian Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) . Asapnya ikut menyesakan banyak orang yang hadir di tempat yang sama.
Sebagian penonton bahkan nekat turun ke lapangan memaksa hendak bertemu pemain. Bayang-bayang tragedi Kanjuruhan ada di depan mata.
Beruntung, hal itu tidak terjadi. Kali ini, aparat lebih sigap meminimalkan hal itu.
Ikhsan (33), warga Padasuka, Kota Bandung, salah seorang penonton, menyayangkan flare kembali menyala di stadion di laga pamungkas. Tidak akan membantu tim jadi lebih baik, dia menyebut, semuanya hanya akan memicu denda dan merugikan masa depan klub.
"Kalau begini terus, mau jadi apa masa depan sepak bola Indonesia," katanya.
Akan tetapi, Ijay (22), warga Cimeyan, Kabupaten Bandung, justru senang bila ada flare menyala di stadion. Dia melihat suasana menjadi semarak dan seru. Meski tidak tahu pasti manfaat bagi tim, ia tidak terlalu peduli.
"Stadion jadi lebih meriah. Obat (karena) kalah besar di partai terakhir," kata dia.
Terlarang
Flare atau suar adalah benda yang terlarang hadir dalam laga olahraga, termasuk sepak bola. Mengandung api dan rawan meledak, flare sangat berbahaya bagi manusia.
Tidak hanya api, asapnya sangat berbahaya bagi pernafasan. Baik FIFA atau PSSI dengan tegas melarang penggunaannya.
Merujuk aturan FIFA Stadium Safety dan Security Regulations Pasal 52 huruf C butir i, penonton dilarang membawa dan menyalakan suar, kembang api, dan bahan peledak lain.
Aturan itu lantas diturunkan dalam Pasal 70 ayat (1) Kode Disiplin PSSI. Derajat kesalahannya setara dengan membawa senjata tajam, penggunaan slogan berbau keagamaan, isu politis, hingga hinaan selama pertandingan.
Bila terbukti melanggar, apapun alasannya tim yang harus bertanggung jawab. Khusus flare, sanksinya bergantung jumlah titik penyalaan benda terlarang itu.
Persib menjadi salah satu tim yang kerap didenda akibat praktik ini. Sebelumnya, sudah tiga kali hal serupa terjadi di musim ini.
Usai pertandingan pertama BRI Liga 1 2022/2023, di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Minggu (24/7/2022), Persib harus membayar Rp 200 juta ke Komdis PSSI akibat ulah suporter yang menyalakan flare.
Selanjutnya penonton kembali berulah saat tandang melawan PSS Sleman pada pekan kelima BRI Liga 1 2022/2023, di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DIY, Jumat (19/8/2022). Akibat nyala flare, Persib kembali membayar Rp 200 juta.
Awal tahun 2023, Persib kembali didenda Rp 100 juta saat menjamu Persija di GBLA. Saat itu, penonton kembali menyalakan flare.
Usai laga melawan Persikabo, Persib berpeluang besar kembali didenda. Bahkan, denda bakal lebih besar.
Sebagian pendukung Persib sempat terlibat kerusuhan saat laga melawan Persis Solo di Stadion Pakansari Bogor pada 4 April 2024.
Dari sisi nominal, uang sebesar itu mungkin bukan hal besar. Bila perkiraan penonton di laga lawan Persikabo, misalnya, mencapai 23.000 dan harga tiket paling murah Rp 100.000 per orang, pendapatan hanya dari tiket saja sudah mencapai Rp 2,3 miliar.
Akan tetapi, dampaknya terasa besar bila bila merujuk pada cita-cita besar masa depan sepakbola lebih baik.
Kejadian ini menunjukan insan sepak bola nasional yang masih sulit menerima kekalahan dan benar-benar mencintai timnya. Alasannya, tidak hanya denda uang, tim rentan dilarang menggelar laga kandang di kesempatan selanjutnya.
Fenomena itu juga memicu noda besar lainnya. Kenekatan penonton menyiratkan makna keengganan sebagian orang belajar dari maut di Stadion Kanjuruhan. Nyawa yang berjatuhan akibat rusuh di stadion seperti tidak ada artinya.
Para pelakunya mudah sekali larut dalam haru biru saat terjadi insiden maut. Namun, lalu mudah lupa dengan menjadi bagian dari kekerasan itu sendiri. Bila terus terjadi, semuanya hanya membawa sepak bola Indonesia terjerumus dalam kelam.
Laga pamungkas di Stadion GBLA ini sejak awal memang sangat berisiko. Sebelumnya, Persib menjalani banyak laga kandang di Stadion Pakansari, Bogor. Saat itu, Stadion GBLA menjalani verifikasi untuk Piala Dunia U20 yang ujungnya batal digelar.
Pada Jumat (15/4/2023), Kepala Satuan Bimbingan Masyarakat Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Sutorih mengingatkan, bobotoh atau pendukung Persib untuk tidak membawa dan menyalakan flare. Dia menjanjikan razia ketat untuk mencegah barang itu masuk stadion.
"Apabila kedapatan membawa flare, sajam atau barang-barang terlarang, bobotoh tidak diperbolehkan menyaksikan pertandingan," tambahnya.
Direktur PT Persib Bandung Bermartabat Teddy Tjahjono juga meminta seluruh penonton tidak membawa flare.
Teddy menyebut, menyalakan flare tidak hanya mengganggu orang di sekitar, tapi juga membuat klub harus menanggung sanksi beraneka ragam. Mulai dari larangan menggelar pertandingan tanpa penonton hingga denda ratusan juta rupiah.
"Butuh usaha keras untuk bisa menggelar laga terakhir ini di GBLA. Jadi sudah semestinya, kita semua menjaga nama baik Persib dan bobotoh, mengingat setiap pelanggaran tentu akan ada hukumannya," ujarnya.
Akan tetapi, ancaman razia dan himbauan itu tetap saja tidak ideal. Flare tetap leluasa masuk stadion. Evaluasi penting harus dilakukan pada semua pihak yang terlibat menjaga ketertiban dalam laga itu.
Apalagi, bagi para perusuh, perkara tim menang atau kalah bukan yang utama. Nyala api flare tetap dinyalakan. Demi kesenangan semu bukan kejayaan tim apalagi memikirkan masa depan sepak bola Indonesia.