Kemenangan PSM setelah 23 tahun tak sekadar menjadi milik warga Makassar tapi juga menjadi milik warga Parepare. Selama perhelatan liga, PSM menggunakan Stadion Gelora BJ Habibie untuk menjamu lawan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·4 menit baca
PAREPARE, KOMPAS - PSM Makassar menutup musim juara pada BRI Liga 1 Indonesia 2022-2023 dengan kemenangan, 3-0, atas Borneo FC, Minggu (16/4/2023), di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare, Sulawesi Selatan. Arak-arakan yang dilakukan suporter dan pemain PSM usai laga menjadi ucapan terima kasih dan tanda cinta pada warga kota Cinta, julukan kota Parepare, yang musim ini yang menjadi lokasi laga kandang PSM.
Penantian gelar juara selama 23 tahun ini disempurnakan dengan dua trofi individu bagi dua sosok berpengaruh bagi PSM di musim ini. Pelatih PSM Bernardo Tavares dinobatkan sebagai juru taktik terbaik, sedangkan Willem Jan Pluim, playmaker dan kapten PSM, meraih titel Pemain Terbaik.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) berencana mengubah format kompetisi edisi 2023-2024. Tajuk ”Liga 1” akan ditanggalkan. Format kompetisi penuh juga berubah karena penentuan juara ditentukan dengan babak play-off yang diikuti empat tim teratas. Dengan demikian, PSM menjadi juara terakhir di era Liga 1 yang dimulai sejak 2017.
Tim asuhan Tavares menutup musim ini dengan 75 poin dari 34 laga, menyamai perolehan poin tertinggi Liga 1 yang diraih Bali United musim lalu. PSM juga mencatat rekor baru sebagai tim yang menelan kekalahan paling minim dalam satu musim Liga Indonesia sejak unifikasi pada 1994-1995. PSM hanya menderita tiga kali kalah, yakni dari Madura United, Persija Jakarta, dan PSIS Semarang. Tiga hasil negatif itu tercipta di luar kandang.
”Gelar juara ini adalah buah dari kerja keras semua pihak di dalam klub. Kami akan berusaha lebih keras lagi untuk mempertahankan prestasi ini di musim depan,” tutur Direktur Utama PSM Sadikin Aksa, Minggu.
Pelatih PSM Tavares mengungkapkan, juara liga yang diraih tim berjuluk “Juku Eja” ini adalah hasil perjuangan semua pihak di klub selama satu tahun terakhir. Dia juga memuji dukungan penuh suporter yang tak kenal lelah mendukung skuadnya. ”Musim lalu adalah masa yang sulit bagi kami. Dari pengalaman itu, tim ini menjadi kuat dan menjalani musim yang fastantis,” katanya.
Sukses ini disambut antusias warga Parepare. Petasan dan kembang api dinyalakan di lokasi menonton bareng. Meski PSM telah dipastikan juara liga sejak pekan ke-32, warga dan suporter tetap antusias menyaksikan pertandingan. Sejak Sabtu, ratusan suporter dari Makassar dan berbagai daerah di Sulawesi Selatan berdatangan ke Parepare.
Bahkan, ada suporter datang dari Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, hingga Jakarta. Membawa bendera komunitas berbeda-beda, namun tujuan mereka satu, mendukung PSM.
”Sebenarnya saya ke Parepare bukan semata-mata menonton pertandingannya, yang lebih penting adalah melihat PSM mengangkat trofi juara. Semangatnya karena ingin ikut konvoi juara. Akhirnya, setelah 23 tahun,” kata Andika (40), suporter yang datang dari Makassar.
Antusiasme penonton berburu tiket tak surut meski calo tiket menaikkan harga tiket hingga lima kali lipat. Kapasitas stadion yang mencapai 8.000 penonton membuat banyak suporter tak bisa masuk ke lapangan. Meski tak kebagian tiket, mereka tetap tetap datang ke Parepare dan menyebar ke sejumlah lokasi menonton bareng, antara lain di Lapangan Andi Makkasau, lokasi Monumen Cinta Habibie-Ainun berada.
Di lapangan ini, ribuan warga berdesakan untuk menyaksikan pertandingan dari sebuah layar besar yang dipasang. Panitia pelaksana memang menyiapkan ajang menonton bareng di lapangan ini untuk warga yang tak bisa masuk ke stadion. Tak hanya warga Parepare, suporter dari berbagai daerah yang tak mendapat tiket juga memilih lapangan ini untuk menyaksikan pertandingan sekaligus merayakan sukacita. Setiap kali gol tercipta, petasan dan kembang api dinyalakan.
Musim lalu adalah masa yang sulit bagi kami. Dari pengalaman itu, tim ini menjadi kuat dan menjalani musim yang fastantis.
“Saya disini menonton sekaligus menunggu arak-arakan lewat. Ini adalah kegembiraan terbesar setelah selama musim ini, PSM menjadikan Parepare sebagai kandang menjamu lawan,” kata Mustari (50), warga Parepare.
Sejak Stadion Mattoangin dihancurkan pada tahun 2020, klub kebanggaan Makassar ini tak lagi punya stadion. Pada musim ini, PSM menggunakan Stadion Gelora BJ Habibie untuk menjamu lawan, dan lapangan Stadion Kalegowa di Gowa sebagai tempat latihan.
Kehadiran PSM di Parepare selalu medapat dukungan warga. Dukungan penuh ini, seperti disebut Tavares, menambah motivasi tim Juku Eja sehingga PSM tak pernah kalah setiap kali menjalani laga kandang musim ini.
Oleh karena itu, kemenangan ini disambut antusias oleh warga. Arak-arakan dilakukan di sepanjang jalan menyambut pemain PSM. Warga Parepare tak sekadar menjadi tuan rumah. Selama liga bergulir, banyak manfaat dirasakan terutama oleh pemilik usaha kecil menengah. Pedagang makanan dan minuman hingga hotel, adalah diantara yang mendapat imbas positif dari
Ketiadaan stadion untuk laga kandang PSM Makassar juga disinggung Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo. Dalam sambutannya, Dito yang mewakili Presiden mengatakan sepak bola harus menjadi hiburan dan ajang melahirkan pesepak bola handal. Sepak bola dan segala fasilitas pendukung juga harus dibuat agar aman dan dapat membawa manfaat bagi masyarakat terutama dampak ekonomi.
“Saya juga menyampaikan harapan warga Kota Makassar agar bisa kembali memiliki stadion. Stadion Mattoangin yang sudah rubuh diharapkan dapat dibangun kembali,” katanya.
Menurut rencana, arak-arakan pemain dan trofi akan dilakukan juga di Makasar, Senin (17/4/2023) petang. Konvoi akan melewati jalan-jalan utama di kota Makassar termasuk sejumlah ikon kota seperti Pantai Losari.