Pembatalan Piala Dunia U-20 Rugikan Negara Triliunan Rupiah
Indonesia kehilangan potensi pendapatan triliunan rupiah akibat pembatalan Piala Dunia U-20. Meski merana, warisan infrastruktur sepak bola bisa memberikan dampak positif di masa depan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Simbol cinta dibentuk mengelilingi poster dukungan untuk tim sepak bola U-20 saat ratusan suporter sepak bola Indonesia mengikuti Aksi 1.000 Lilin dan Doa Bersama untuk Tim U-20 Indonesia "Selamatkan Masa Depan Sepak Bola Indonesia" di Gedung Joang 45, Jakarta, Selasa (4/4/2023).
DENPASAR, KOMPAS — Pembatalan Piala Dunia U-20 2023 menyebabkan Indonesia kehilangan nilai tambah ekonomi untuk produk domestik bruto sebesar Rp 3,18 triliun yang setara dengan 0,016 persen dari PDB Indonesia pada 2022, yaitu Rp 19.588 triliun. Selain itu, potensi manfaat ekonomi sekitar Rp 6,08 triliun yang diakibatkan perputaran uang selama turnamen yunior itu berlangsung juga urung tercipta.
Dalam hasil laporan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) bertajuk ”Simulasi Potensi Dampak Ekonomi Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia 2023”, April 2023, menghitung adanya potensi tambahan perputaran uang di perekonomian Indonesia selama Piala Dunia U-20 sebesar Rp 7,59 triliun. Angka itu berdasarkan aktivitas 10 bidang lapangan usaha yang terdampak langsung, di antaranya penyedia makanan dan minuman, penyedia akomodasi, perdagangan (selain otomotif), serta jasa penyiaran dan pemrograman.
Meski batal, belanja yang telah dilakukan pemerintah pusat dan daerah untuk menyiapkan diri menyelenggarakan turnamen telah menciptakan perputaran ekonomi. Itu utamanya untuk menjalankan proyek renovasi enam stadion dan 20 lapangan latihan.
Dari belanja yang telah dikeluarkan pemerintah itu telah tercipta perputaran ekonomi sekitar Rp 1,52 triliun dan nilai tambah PDB sebesar Rp 768 miliar. Maka, secara total, pembatalan Piala Dunia U-20 menyebabkan negara kehilangan potensi manfaat ekonomi Rp 6,08 triliun dan Rp 3,18 triliun untuk nilai tambah ekonomi PDB.
”Dari belanja yang telah dikeluarkan pemerintah itu telah tercipta perputaran ekonomi sekitar Rp 1,52 triliun dan nilai tambah PDB sebesar Rp 768 miliar. Maka, secara total, pembatalan Piala Dunia U-20 menyebabkan negara kehilangan potensi manfaat ekonomi Rp 6,08 triliun dan Rp 3,18 triliun untuk nilai tambah ekonomi PDB,” ujar peneliti LPEM UI, Mohamad D Revindo, kepada Kompas, Selasa (4/4/2023), yang dihubungi di Denpasar, Bali.
Selain itu, Piala Dunia U-20 juga sejatinya bisa memberikan dampak ekonomi pada sektor rumah tangga pekerja sekitar Rp 1,57 triliun, lalu memberikan pendapatan pajak dan non-pajak untuk pemerintah sebesar Rp 264 miliar. Tak hanya itu, peluang kesempatan kerja temporer yang berkaitan dengan turnamen itu untuk 44.019 orang juga gagal hadir.
Lebih lanjut, Yusuf Reza Kurniawan, peneliti LPEM UI lainnya, menambahkan, nilai pertambahan PDB Rp 3,18 triliun itu setara 0,016 persen PDB Indonesia tahun lalu. Persentase itu mendekati pendapatan Jepang ketika menjadi penyelenggara hajatan FIFA, dua dekade lalu.
Ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002 bersama Korea Selatan, ”Negeri Matahari Terbit” menikmati dampak ekonomi sebesar 0,2 persen untuk PDB mereka. Kala itu, Jepang menjadi lokasi bagi 31 laga, termasuk partai final Brasil melawan Jerman.
Di luar potensi perekonomian itu, Piala Dunia U-20 memiliki potensi akumulasi stimulus ekonomi dari pengeluaran yang dilakukan negara dan masyarakat sekitar Rp 4,4 triliun. Pengeluaran itu dihitung sejak masa persiapan hingga ketika turnamen berlangsung.
Stimulus itu berasal dari pengeluaran lima sektor, yaitu persiapan dan penyelenggaraan; tim kontestan, perangkat pertandingan, dan perwakilan FIFA; pelaksanaan pertandingan di stadion; merchandise; serta media entertainment.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana saat ratusan suporter sepak bola Indonesia mengikuti Aksi 1.000 Lilin dan Doa Bersama untuk Tim U-20 Indonesia "Selamatkan Masa Depan Sepak Bola Indonesia" di Gedung Joang 45, Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Mills, produsen olahraga yang memproduksi perlengkapan tanding tim nasional Indonesia, telah memproduksi merchandise atau cendera mata, terutama jersei, yang bakal didistribusikan selama turnamen Piala Dunia U-20 berlangsung.
”Kami telah memproduksi jersei yang akan dijual selama turnamen nanti dengan nilai miliaran rupiah. Tentu ada kekecewaan karena kami mengalami dua kali pembatalan, sebelumnya kan turnamen dibatalkan pada 2021 karena pandemi,” ujar Direktur Pemasaran Mills Stevendy Tjen.
Citra pariwisata
Selain berkaitan dengan olahraga, Piala Dunia U-20 juga memberikan pertumbuhan signifikan bagi pariwisata Indonesia.
”Sebagai contoh, merujuk studi dampak Piala Dunia U-20 2015, Selandia Baru kedatangan tambahan sekitar 3.600 wisatawan asing dengan rata-rata menetap selama 14,3 hari,” kata Reza.
Kala itu, turnamen di Selandia Baru berlangsung selama 20 hari. Adapun edisi 2023, menurut rencana, berjalan 23 hari.
Reza mengatakan, dua tuan rumah Piala Dunia U-20 terakhir, yaitu Korea Selatan pada 2017 dan Polandia di edisi 2019, mendapat citra positif akibat tayangan cuplikan laga turnamen tersebut di Youtube ditonton rerata lebih dari 500.000 akun.
KOMPAS/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
Seorang penumpang melintas di video elektronik promosi Piala Dunia U-20 2023 yang masih tayang di terminal keberangkatan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Selasa (4/4/2023). Bali seharusnya menjadi salah satu dari enam kota tuan rumah turnamen yunior itu yang telah batal berlangsung di Tanah Air.
”Itu membuktikan kesuksesan ajang Piala Dunia U-20 dapat memberikan dampak ekonomi pasca-turnamen meliputi peningkatan citra negara, pariwisata, e-commerce, serta aktivitas positif generasi muda yang ditunjang keberadaan fasilitas olahraga terbaik. Selandia Baru, misalnya, bisa menyisihkan sebagian keuntungan untuk dana pengembangan kepemudaan,” tutur Reza.
Meski begitu, Reza mengungkapkan, Indonesia bisa tetap mendapatkan hikmah dari pembatalan turnamen Piala Dunia U-20 2023. Itu disebabkan peluang kehadiran dampak ekonomi di masa mendatang dari keberadaan infrastruktur berkualitas wahid sesuai standar turnamen FIFA.
Kepala Dinas Pemuda dan Keolahragaan Kabupaten Gianyar, Bali, Anak Agung Gede Agung menuturkan, kehadiran Stadion Kapten I Wayan Dipta yang bertaraf internasional meningkatkan antusiasme sepak bola di Bali. Ia mengungkapkan, pada hasil inspeksi terakhir FIFA, 27 Maret lalu, stadion yang hak pengelolaannya dipegang klub Bali United itu telah mendapat predikat layak untuk menyelenggarakan turnamen FIFA.
”Meskipun Piala Dunia U-20 tidak jadi, masyarakat sangat antusias untuk melihat dan menyaksikan pertandingan langsung di Wayan Dipta. Saya yakin antusiasme masyarakat untuk menyaksikan pertandingan kandang Bali United akan meningkat di musim depan,” kata Gede Agung.