Menpora Dito Ariotedjo Menanti Kabar Baik dari Ketua Umum PSSI Erick Thohir
Di tengah isu Indonesia menggantikan Peru sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17, Menpora Dito Ariotedjo mengajak publik menunggu kabar dari Ketua Umum PSSI yang sedang bertemu FIFA. Dito berharap ada kabar baik.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH, Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah dicoret sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20 2023, Indonesia diharapkan bisa tetap eksis dalam belantika sepak bola internasional. Karena itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo berharap pertemuan antara Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan perwakilan FIFA bisa membawa kabar positif yang sangat penting serta ditunggu pula oleh publik olahraga nasional.
”Saya menyadari duduk di sini (ditunjuk sebagai Menpora) di tengah isu olahraga yang sedang ramai, terutama terkait dicoretnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Tetapi, hingga kini, Ketua Umum PSSI masih memperjuangkan nasib Indonesia dengan bertemu FIFA. Insya Allah dalam minggu ini, kita bisa mendengarkan bahwa pertemuan itu bisa membawa kabar baik. Kita berharap itu karena dampaknya akan banyak,” ujar Dito dalam kata sambutan sebelum acara Serah Terima Jabatan Menpora di Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Saat ditanya mengenai spekulasi Indonesia menjadi pengganti Peru sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 2023, Dito belum mau banyak berkomentar. Dito yang baru dilantik pada 3 April 2023 itu meminta publik sepak bola nasional bersabar sembari menunggu kabar baik dari Erick.
Untuk masalah sepak bola, kita mendorong Ketua Umum PSSI yang sudah mencanangkan programnya, kita akan mendukungnya. Saat ini, Ketua Umum PSSI sedang dalam perjalanan menuju FIFA. Kami yakin, di bawah kepemimpinan Pak Erick, transformasi sepak bola nasional bisa tercapai. Terkait Piala Dunia U-17 dibawa ke Indonesia, itu juga lebih baik menunggu hasil pertemuan tersebut.
”Untuk masalah sepak bola, kita mendorong Ketua Umum PSSI yang sudah mencanangkan programnya, kita akan mendukungnya. Saat ini, Ketua Umum PSSI sedang dalam perjalanan menuju FIFA. Kami yakin, di bawah kepemimpinan Pak Erick, transformasi sepak bola nasional bisa tercapai. Terkait Piala Dunia U-17 dibawa ke Indonesia, itu juga lebih baik menunggu hasil pertemuan tersebut,” kata Dito seusai Serah Terima Jabatan Menpora.
Terlepas dari itu, Dito mengatakan, publik olahraga nasional harus berkaca dari pengalaman Piala Dunia U-20. Hal yang bisa dipetik sebagai pelajaran ialah politik dan olahraga tidak bisa dicampuradukkan. Dirinya pribadi akan mengedepankan komunikasi dan kolaborasi untuk menghubungkan semua pemangku kepentingan olahraga agar perbedaan pandangan mengenai isu itu ada titik temunya. ”Saya rasa, dengan diplomasi dan koordinasi, semuanya bisa dijalani,” ujar menteri berusia 32 tahun tersebut.
Terkait perkembangan kasus Tragedi Kanjuruhan, lanjut Dito, solusinya dengan membangun ekosistem industri olahraga nasional. Dengan begitu, pengembangan sumber daya manusia akan dikedepankan, mulai dari manajerial olahraga, kegiatan olahraga, arsitektur olahraga, hingga keilmuan olahraga yang selama ini penerapannya masih minim.
”Saya lihat juga Pak Erick sudah cukup baik membina suporter dengan proaktif dan kekeluargaan. Nanti sekembalinya beliau dari FIFA, kami akan duduk bersama untuk memecahkan apa saja masalah dalam sepak bola nasional. Itu yang harus disinergikan,” ujar Dito.
Belum terpikirkan
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan, pemerintah saat ini belum terpikir untuk menyelenggarakan kegiatan pengganti.
”Saya kira masalah soal penundaan pembatalan (Piala Dunia U-20) itu, pemerintah belum ada keinginan untuk membuat semacam event tandingan,” ungkap Wapres saat memberikan konferensi pers setelah meninjau Mal Pelayanan Publik Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (4/4/2023).
Menurut Wapres, sejauh ini pemerintah tetap mengupayakan agar Indonesia dapat mengikuti kegiatan sepak bola internasional lain yang diselenggarakan Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA).
”Saya juga berharap FIFA bersama pemerintah kita membangun sepak bola yang lebih baik ke depan,” kata Wapres.
Lebih jauh, ia pun menekankan bahwa yang perlu dilakukan saat ini adalah pembinaan olahraga sepak bola Indonesia, baik melalui program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) maupun kerja sama dengan FIFA.
”Kita ingin bekerja sama dengan FIFA lebih jauh dalam rangka melanjutkan atau memperkuat (persepakbolaan Indonesia),” kata Wapres optimistis.
Sebab, tutur Wapres, FIFA sendiri menilai pesepak bola Indonesia memiliki talenta dan potensi yang cukup besar. ”Dengan demikian (yang terpenting) bagaimana pembinaan dari sejak dini hingga nanti menjadi pemain yang andal,” ujarnya.
Dosen dan peneliti budaya dan sepak bola dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fajar Junaedi, mengatakan, untuk saat ini, PSSI perlu fokus terhadap potensi sanksi FIFA akibat batalnya Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.
Menurut dia, saat ini, Indonesia sedang menjadi perhatian dan sorotan publik. Indonesia juga sedang mendapat catatan buruk dari FIFA karena pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
”Indonesia tidak melakukan bidding pada Piala Dunia U-17. Jadi, sebaiknya tidak terlalu melempar bola panas terkait kemungkinan Indonesia sebagai tuan rumah,” kata Fajar.
Lebih lanjut, Fajar mengatakan, saat ini, hal lain yang paling mendesak dan signifikan adalah perbaikan tata kelola sepak bola sesuai standar FIFA, termasuk standar keamanan dan keselamatan pertandingan di stadion.
”Fokus utama yang seharusnya dilakukan saat ini adalah memperbaiki tata kelola sepak bola dan pembenahan infrastruktur,” ujar Fajar.