Francesco Bagnaia merasa sangat marah karena terjatuh tanpa penyebab jelas dalam balapan kedua MotoGP 2023. Dia kini fokus mencari penyebab kecelakaan aneh itu untuk bangkit dalam balapan di Amerika Serikat.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
TERMAS DE RIO HONDO, MINGGU – Francesco Bagnaia kembali mengalami situasi yang sama dengan musim lalu, di mana dia terjatuh tanpa sebab yang jelas, dalam balapan MotoGP seri Argentina di Sirkuit Termas de Rio Hondo, Minggu (2/4/2023) atau Senin dinihari WIB. Juara MotoGP 2022 itu terjatuh di tikungan 13 dalam putaran ke-18 saat berada di posisi kedua di belakang pebalap VR46 Marco Bezzecchi. Bagnaia bisa melanjutkan balapan tetapi hanya bisa finis di posisi ke-16 sehingga tidak mendapat poin.
Hasil buruk itu membuat pebalap berjuluk Pecco itu kehilangan posisi puncak klasemen yang kini di tempati oleh Bezzecchi. Dia turun ke posisi kedua klasemen dengan 41 poin, tertinggal sembilan poin dari Bezzecchi, rekan sesama alumni akademi pebalap VR46.
Pecco terjatuh saat dirinya tidak sedang memacu motornya pada limit pengendalian dalam balapan yang berlangsung basah itu. Dia sedang menjaga ritme pace di posisi kedua, tidak berselang lama setelah dia bertarung dengan pebalap Gresini Racing Alex Marquez di posisi ketiga. Pecco kehilangan cengkeram ban saat keluar dari tikungan, dan terjatuh.
"Saya kecelakaan. Saya sangat kecewa. Saya mengalami kecelakaan seperti ini yang tidak bisa dipahami. Kadang anda mengalami kecelakaan dan anda tidak tahu mengapa. Kecelakaan seperti itu paling sulit dipahami, paling sulit untuk dipelajari," ungkap Pecco.
"Dalam 16 putaran saya melakukan manuver yang sama, tetapi dalam putaran itu saya kecelakaan. Itu juga kecelakaan yang tidak wajar, karena biasanya ketika anda kehilangan ban depan, itu karena anda mengerem terlalu keras atau melepas rem terlalu cepat. Hari ini, saya kehilangan ban depan saat mengegas. Jadi, ini sesuatu yang lebih sulit dipahami. Namun, itu yang terjadi. Saya melakukan kesalahan," lanjut pebalap asal Italia itu.
Pecco sering mengalami kecelakaan yang sulit dipahami pada musim lalu, yang membuat perolehan poinnya tertinggal jauh. Namun, dia mampu belajar dari berbagai kecelakaan aneh untuk tampil konsisten dan memenangi gelar juara MotoGP 2022.
"Saya bertanya-tanya apakah tahun ini saya adalah pebalap yang lebih baik, lebih presisi, tanpa kesalahan, melakukan sesuatu dengan lebih baik, tetapi ini baru balapan kedua tahun ini dan saya sudah kecelakaan. Jadi ini sesuatu yang membuat saya sangat marah," ungkap Bagnaia.
Dia juga mengekspresikan kekecewaanya di akhir balapan dengan menepuk-nepuk helmnya, karena tidak percaya dirinya terjatuh saat posisi kedua dalam genggaman. Dampaknya, dia kehilangan poin krusial dalam usaha mempertahankan gelar juara.
Saya sangat kecewa. Saya mengalami kecelakaan seperti ini yang tidak bisa dipahami. Kadang anda mengalami kecelakaan dan anda tidak tahu mengapa.
"Saya merasa sangat bagus. Saya tidak berusaha keras, tanpa melakukan sesuatu yang gila, saya berada di posisi kedua. Saya sudah yakin bahwa Marco di depan terlalu cepat bagi saya. Saya sudah berjarak lima detik ," ungkap Bagnaia dikutip Crash.
"Saya sudah berada di sana, hanya mengontrol persaingan dengan Alex di belakang. Namun, karena alasan itulah saya semakin kecewa. Biasanya ketika anda mengendalikan, anda tidak akan kecelakaan seperti ini dan ini sesuatu yang perlu saya pahami," tegas Pecco.
Bagnaia akan kembali bejuang menjadi yang terbaik dalam balapan seri ketiga di Austin, Amerika Serikat, pada 14-16 April. Persaingan di COTA akan lebih berat karena trek itu sangat menuntut kekuatan fisik, serta tingkat kesulitannya tinggi dengan titik pengereman keras, tikungan lambat, serta perubahan arah yang cepat. Austin merupakan trek yang didominasi oleh pebalap Repsol Honda Marc Marquez dengan tujuh kemenangan di kelas MotoGP. Marquez yang absen di Argentina karena pemulihan pasca operasi tulang metacarpal jempol kanan, diharapkan bisa kembali tampil di Amerika.
Musim lalu, balapan di COTA dimenangi oleh Enea Bastianini saat membela Gresini Racing. Bastianini kini satu tim dengan Pecco di tim pabrikan Ducati, tetapi sedang dalam proses pemulihan retak tulang belikat kanan akibat terjatuh dalam balapan sprint di Portimao. Bastianini yang tidak menjalani operasi, berharap sudah bisa tampil di COTA.
COTA, dengan panjang trek 5,5 kilometer, sangat tehnikal dengan perpaduan perbedaan elevasi yang mencapai 41 meter pada trek lurus garis start hingga tikungan pertama yang menekuk tajam ke kiri. Sirkuit yang dirancang oleh desainer kondang asal Jerman Hermann Tilke itu menguji kelihaian pebalap karena memiliki kombinasi lintasan panjang, tikungan-tikungan hairpin serta chicane. Tenaga motor sangat krusial di sini, karena banyak lintasan lurus, dengan segmen terpanjang 1,2 kilometer. Trek berkebalikan arah jarum jam ini juga menuntut fisik yang sangat prima, dengan 20 tikungan, 11 ke kiri dan sembilan ke kanan.
Tantangan COTA itu juga diakui oleh Bezzecchi, dan dia akan berjuang keras untuk tampil lebih baik dibandingkan tahun lalu, di mana dia gagal finis di sana.
"Austin merupakan trek yang sangat berbeda, sangat berat secara fisik, dan menurut saya paling berat terkait itu. Sudah pasti akan sangat sulit saat balapan, karena itu trek yang lengkap, ada pengereman keras, tikungan lambat, serta perubahan arah. Tetapi, apapun itu, saya merasa bagus, meskipun tahun lalu bukan yang terbaik karena saat balapan saya melakukan kesalahan," ujar Bezzecchi.