Masyarakat menggelar aksi guna menyemangati pemain sepak bola setelah Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Mereka berharap, pemerintah dan PSSI menemukan solusi agar Indonesia selamat dari sanksi FIFA.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Masyarakat menunjukkan kekecewaan pembatalan penyelenggaraan Piala Dunia U 20 2023 di Indonesia dengan melakukan aksi pada Jumat (31/3/2023) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Aksi tersebut juga diartikan sebagai bentuk dukungan masyarakat kepada para tim Indonesia U-20 yang telah berjuang dan berlatih untuk ajang tersebut, tetapi harus menelan akhir yang pahit.
Para anggota CentennialZ (komunitas sosial Generasi Z) membawa poster yang bertuliskan kekecewaan mereka, seperti "mimpi anak muda terbunuh" dan "kita cuma negara penikmat sepak bola". Tidak hanya itu, mereka juga membagikan pita hitam sebagai simbol perhatian kepada sepak bola Indonesia.
Dua pemain tim Indonesia U-20, Aditya Arya dan Arkhan Kaka, juga turut hadir. Mereka menyempatkan hadir setelah mendapat undangan terbuka dari media sosial.
Ketua komunitas CentennialZ Dino Ardiansyah mengatakan, aksi tersebut dilakukan untuk memberikan semangat kepada para pemain sepak bola tim Indonesia U-20 yang berduka karena Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Selain itu, juga sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi bagi seluruh elemen sepak bola Indonesia agar dapat lebih baik lagi.
Menurut Dino, pemerintah dan Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) harus segera menemukan solusi untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia agar tidak terkena sanksi FIFA. Ia berharap, ada jalan tengah yang bisa diambil agar sepak bola Indonesia bisa terus melebarkan sayapnya.
"Kami di sini semua kecewa dan sedih atas dibatalkannya Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia. Namun, kami tidak bisa menyalahkan pihak mana pun. Kami menunggu beberapa opsi pemerintah agar situasi tidak semakin gaduh dan sepak bola Indonesia bisa terus maju. Negara harus menjamin keamanan, kepastian, dan komitmennya," ujar Dino.
Sebagai platform yang mendukung kemajuan para generasi Z, Dino berpendapat, pihaknya sudah seharusnya mendukung para pemain sepak bola yang mayoritas merupakan generasi Z. Mereka pun menggelar di 10 titik, yakni kawasan Grogol, Menteng, Pancoran, dan FX Sudirman untuk wilayah Jakarta. Kawasan Bintaro dan Ciputat untuk wilayah Tangerang Selatan. Kawasan Ciledug untuk wilayah Tangerang, serta kawasan Jatiwaringin dan Kranggan di Bekasi, dan juga di Kota Bogor.
"Kami berharap aksi ini menjadi bentuk dukungan moral bagi pemain Timnas Indonesia U-20. Aksi ini merupakan perwakilan suara suporter sepak bola di Indonesia, khususnya generasi Z," kata Dino.
Aditya dan Arka juga mengungkapkan kekecewaannya mengenai pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Aditya mengatakan akan fokus berlatih untuk mengejar karirnya di sepak bola. Namun, saat ini, kondisi mentalnya masih belum pulih seperti semula.
"Berkat dukungan dari teman, keluarga, dan berbagai pihak, kondisi kami sudah mulai membaik. Meskipun belum sepenuhnya," ujar Kiper Timnas U-20 itu.
Pemerintah dan Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) harus segera menemukan solusi untuk menyelamatkan sepak bola Indonesia agar tidak terkena sanksi FIFA.
Lebih lanjut, Aditya menyampaikan, saat ini masih belum ada arahan lebih lanjut mengenai nasib Timnas Indonesia U-20 yang batal berlaga di Piala Dunia U-20 2023 itu. Mereka masih menunggu arahan dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang baru saja bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, di Doha, Qatar.
Senada dengan Aditya, Arkhan juga merasa sedih dan kecewa karena kurang dari sebulan pertandingan, tiba-tiba ada pembatalan. Namun, ia tidak mau berlarut dalam kesedihan. Apa pun yang terjadi, ia dan teman-temannya akan terus berjuang untuk mengharumkan nama sepak bola Indonesia.
Seperti diketahui, pada Rabu (29/3/2023) malam, FIFA mengumumkan bahwa Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 yang rencana akan digelar pada 20 Mei-11 Juni 2023. Sebelumnya, pelaksanaan pengundian Piala Dunia U-20 di Bali pada 31 Maret 2023 juga telah dibatalkan karena penolakan Indonesia terhadap Timnas Israel yang akan turut bertanding.
Menanggapi hal ini, Presiden Joko Widodo menginstruksikan Ketua Umum PSSI Erick Thohir untuk segera kembali membuka pembicaraan dengan FIFA. Hal ini agar Indonesia tetap menjadi bagian keluarga besar FIFA dengan total 216 anggota dari berbagai negara. Presiden Jokowi tidak mau Indonesia terkucilkan dari peta persepakbolaan dunia. (Kompas.id, 31/3/2023).
Kekecewaan pembatalan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia juga dirasakan Ketua Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Ignatius Indro. Secara terpisah, ia mengatakan, banyak pemain sepak bola U-20 yang berduka karena kehilangan kesempatan besar. Selain itu, Indonesia juga telah mempersiapkan banyak hal untuk perhelatan tersebut, seperti perbaikan enam stadion secara maksimal.
Menurut Ignatius, pembatalan tersebut dapat menjadi suatu pembelajaran bagi Indonesia maupun PSSI agar benar-benar mengaji dampak sebelum mengambil keputusan atau mengajukan diri sebagai tuan rumah pada turnamen lain. Saat ini, yang dibutuhkan Indonesia adalah kerja sama seluruh pihak untuk membangun sepak bola agar semakin berprestasi dan masuk piala dunia, bukan hanya melalui hak istimewa sebagai tuan rumah.
"Bukan saatnya menyalahkan berbagai pihak. Lebih baik, Indonesia fokus mencari cara untuk membangun sepak bola menjadi lebih baik ke depan. Indonesia harus membuat blueprint sepak bola Indonesia sebagai secara terperinci, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang," tutur Ignatius.
Ignatius melanjutkan, Indonesia harus mengatur ulang seluruh hal mengenai sepak bola, termasuk jaminan keamanan suporter saat menonton pertandingan. Edukasi terhadap panitia dan suporter juga harus dijalankan dengan baik agar tragedi Kanjuruhan tidak terulang lagi.
Terkait aksi yang digelar masyarakat, Ignatius menganggap tindakan itu sebagai hal yang wajar. Menurut dia, masyarakat berhak mengutarakan perasannya. Yang terpenting, masyarakat melakukan aksi dengan hal-hal baik dan tidak anarkis. Apalagi, Piala Dunia U-20 dianggap merupakan suatu perhelatan langkah di Indonesia.