Dibandingkan larut meratapi kesedihan gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia wajib menuntaskan pekerjaan rumah besar di sepak bola. Pembenahan menyeluruh harus dilakukan demi membenahi citra Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS — Kegagalan menyelenggarakan Piala Dunia U-20 2023 sebaiknya menjadi momentum berbenah bagi semua pemangku kebijakan olahraga Indonesia. Keputusan FIFA membatalkan penyelenggaraan turnamen yunior itu di Tanah Air membuktikan iklim sepak bola nasional belum membaik setelah hadirnya Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu.
Presiden Joko Widodo merasakan pula kekecewaan dan kesedihan yang dialami jutaan pencinta sepak bola di Tanah Air, termasuk para pemain tim Indonesia U-20 yang telah mempersiapkan diri tampil di turnamen tingkat umur paling bergengsi itu. Meski begitu, kata Presiden, kegagalan itu jangan membuat semua anak bangsa menghabiskan energi untuk menyalahkan satu sama lain.
Jadikan hal ini sebagai pembelajaran berharga bagi kita semua, bagi persepakbolaan Indonesia. Saya telah meminta Ketua Umum PSSI Bapak Erick Thohir untuk terus berupaya semaksimal mungkin agar sepak bola Indonesia tidak terkena sanksi, termasuk kesempatan menjadi tuan rumahevent lainnya.
”Jadikan hal ini sebagai pembelajaran berharga bagi kita semua, bagi persepakbolaan Indonesia. Saya telah meminta Ketua Umum PSSI Bapak Erick Thohir untuk terus berupaya semaksimal mungkin agar sepak bola Indonesia tidak terkena sanksi, termasuk kesempatan menjadi tuan rumah event lainnya,” ujar Presiden Jokowi ketika memberikan keterangan pers terkait Piala Dunia U-20 di Pangkalan TNI Angkatan Udara Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (30/3/2023).
Serupa dengan Presiden, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy juga meminta masyarakat Indonesia tidak terlalu larut dalam kekecewaan. Ia menilai, FIFA telah mengambil keputusan yang terbaik untuk Indonesia dan turnamen Piala Dunia U-20 2023.
”Jangan terlalu lama bersedih dan kecewa karena masih banyak pekerjaan dan program untuk memperbaiki kinerja persepakbolaan kita ke depan. Dalam waktu dekat, kita menghadapi SEA Games dan kita harus mempersiapkan tim sepak bola lagi,” tutur Muhadjir yang juga menjabat Pelaksana Tugas Menteri Pemuda dan Olahraga.
Dalam keterangan resmi, Rabu lalu, FIFA menyebut situasi terkini di Indonesia menjadi alasan pencabutan status tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Di tengah ancaman sanksi lebih lanjut kepada PSSI, FIFA memastikan tetap akan mendampingi Indonesia untuk melanjutkan transformasi sepak bola setelah pecahnya Tragedi Kanjuruhan, yang menyebabkan 135 korban jiwa, setelah laga BRI Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.
Erick pun berusaha mengambil hikmah dari kegagalannya mempertahankan status tuan rumah Indonesia. Setelah tidak lagi mempersiapkan Piala Dunia U-20 2023, yang menjadi salah satu program kerja utama Erick sebagai orang nomor satu PSSI, maka Menteri Badan Usaha Milik Negara bakal fokus menjalankan perintah FIFA untuk melakukan pembenahan menyeluruh pada sepak bola Indonesia.
”Saatnya kita harus membuktikan kepada FIFA untuk bekerja lebih keras guna melakukan transformasi sepak bola. Itu demi menuju sepak bola Indonesia yang bersih dan berprestasi,” kata Erick.
Menurut Fajar Junaedi, pengamat budaya sepak bola, penilaian FIFA terhadap situasi Indonesia merupakan implikasi dari tata kelola sepak bola yang buruk. Dari pernyataan resmi itu, lanjut Fajar, FIFA mengindisikasikan belum melihat ada keseriusan Indonesia untuk membenahi diri setelah Tragedi Kanjuruhan.
”Sampai saat ini PSSI belum bisa bertransformasi. Buktinya adalah pengelolaan kompetisi yang masih belum profesional, sebagai contoh pertandingan dengan tensi tinggi di Liga 1 dibuat tanpa penonton. Bagaimana menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 jika mengelola kompetisi domestik saja belum sanggup?” ucap Fajar.
Adapun secara daring, pencinta sepak bola hingga pemain Indonesia U-20 tak henti menggaungkan kekecewaan. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menjadi sasaran kemarahan publik. Hal itu didasari penolakan atas keikutsertaan Israel yang disampaikan dua kepala daerah kader PDI-P, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali I Wayan Koster.
Akibatnya, akun Ganjar di Instagram menjadi target publik meluapkan kekecewaan. Unggahan video aktivitas Ganjar, yang diunggah Rabu lalu, mencapai rekor komentar di akun itu karena mendapat lebih dari 310.000 komentar. Adapun Koster membatasi komentar di akun Instagram-nya.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menegaskan, pihaknya tidak menolak Piala Dunia U-20, tetapi hanya menolak kehadiran Israel. ”Sikap kami ini sama dengan FIFA ketika mencoret Rusia dari babak playoff Piala Dunia (2022),” kata Hasto.