Bupati dan Wali Kota Bandung Menyayangkan Indonesia Batal Menggelar Piala Dunia U-20
Bupati Bandung Dadang Supriatna dan Wali Kota Bandung Yana Mulyana menghormati pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Namun, ini disayangkan karena bisa berdampak pada sepak bola Tanah Air.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Bupati dan Wali Kota Bandung menghormati keputusan FIFA yang membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Namun, mereka tetap menyayangkan kompetisi dunia itu batal digelar di Indonesia.
Di Jawa Barat, ada beberapa stadion yang bakal dilibatkan dalam Piala Dunia U-20. Perwakilan FIFA sebelumnya berkunjung ke Stadion Si Jalak Harupat di Kabupaten Bandung serta Stadion Gelora Bandung Lautan Api dan Stadion Sidolig (Kota Bandung).
Selain itu, pemantauan FIFA untuk arena latihan juga dilaksanakan di lapangan sepak bola Universitas Padjadjaran dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Kabupaten Sumedang.
Bupati Bandung Dadang Supriatna menyayangkan keputusan FIFA membatalkan gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia. Berbagai dukungan, katanya, sudah diberikan untuk membantu pemerintah membenahi stadion agar memenuhi standar FIFA. Pembenahan ini meliputi kualitas rumput lapangan, pengaspalan stadion, hingga perbaikan tribune penonton.
”Mengingat persiapan yang sudah kami lakukan, tentu ada perasaan kecewa dan menyesal. Namun, kami tetap menghormati keputusan FIFA karena memiliki kewenangan,” ujarnya di Bandung, Kamis (30/3/2023).
Dadang meminta semua pihak mengambil hikmahnya dan peristiwa ini tidak berujung konflik. Kejadian ini juga bisa menjadi motivasi untuk menambah semangat pembangunan persepakbolaan nasional.
Wali Kota Bandung Yana Mulyana juga menyayangkan Piala Dunia U-20 batal dilaksanakan di Indonesia. Ajang ini menjadi momentum timnas Indonesia berlaga di pertandingan bergengsi tingkat dunia. Sebagai penyelenggara, Indonesia mendapatkan tiket menjadi peserta yang ikut berlaga. Kesempatan ini akan sulit didapatkan jika bukan sebagai tuan rumah.
Yana juga khawatir pada sanksi yang disiapkan FIFA. Jika sanksi berdampak pada kompetisi dalam negeri, bisa saja hal itu membuat impian para pemain bola Tanah Air untuk maju ke tingkat dunia semakin tipis.
”Kita bisa bayangkan kekecewaan para pemain yang sudah dipersiapkan dari lama. Kalau batal, bahkan sanksi berdampak kompetisi nasional,” ujarnya.
Terkait perbaikan stadion, meski tidak mengeluarkan anggaran untuk pembenahan stadion, Yana mengatakan, pihaknya tetap memberikan dukungan perbaikan. ”Kami sudah mempersiapkan sebaik mungkin, termasuk memberikan dukungan terhadap pemerintah pusat. Persiapan sudah hampir 100 persen, dan semua bantuan dari pemerintah melalui Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat),” ujarnya.