Perpisahan Conte dan Spurs Sudah Digariskan
Perpisahan pahit Conte dan Spurs adalah hasil dari perencanaan buruk klub. Perencanaan jangka panjang akan kembali menentukan nasib Spurs setelah ini.

Reaksi Manajer Tottenham Hotspur Antonio Conte dalam pertandingan kedua babak 16 besar Liga Champions antara Tottenham Hotspur dan AC Milan di Stadion Tottenham Hotspur, London, Kamis (9/3/2023) dini hari WIB.
LONDON, SENIN – Manajer Antonio Conte berpisah dengan Tottenham Hotspur hanya setelah 16 bulan bersama. Perpisahan adalah jalan terbaik bagi kedua pihak. Mereka terlalu banyak bertentangan sedari awal, hanya menyatu karena terhipnosis fatamorgana untuk menggapai gelar juara.
Spurs mengumumkan dalam situs resmi, pada Senin (27/3/2023), Conte telah hengkang dari klub berdasarkan kesepakatan bersama. Asisten Pelatih Christian Stellini akan menjadi manajer sementara sampai akhir musim ini, sementara staf pelatih Ryan Mason akan mengisi posisi Stellini.
Baca juga : Hilangnya Taji Tottenham Hotspur
Perpisahan ini terjadi kurang dari 10 hari setelah luapan emosi Conte dalam konferensi pers setelah Spurs ditahan imbang Southampton. Sang manajer asal Italia itu menegaskan, ”Si Lili Putih” sulit juara karena seisi klub terjebak dalam zona nyaman status medioker.
Kami harus bertarung untuk meraih zona Liga Champions pada 10 laga tersisa. Semua harus bangkit untuk misi itu.
Conte seolah membakar jembatan hubungan dengan para pemain dan petinggi klub. Spurs tidak memiliki pilihan, selain berpisah, karena ingin fokus pada sisa musim. ”Kami harus bertarung untuk meraih zona Liga Champions pada 10 laga tersisa. Semua harus bangkit untuk misi itu,” kata pemilik Spurs, Daniel Levy.

Manajer Tottenham Hotspur Antonio Conte menghadiri konferensi pers di Stadion San Siro, Milan, 13 Februari 2023, menjelang pertandingan pertama babak 16 besar Liga Champions antara AC Milan dan Tottenham Hotspur.
Conte jauh dari predikat gagal. Menurut Opta, dia adalah manajer dengan raihan poin terbanyak kedua dalam sejarah Spurs di Liga Inggris (1,88 poin). Hanya kalah dari manajer tersukses Spurs, Mauricio Pochettino (1,89 poin). Dia juga membawa klub ke zona Liga Champions, pada akhir musim lalu dan musim ini hingga pekan ke-28.
Kisah Spurs dan Conte berakhir pahit karena memang sudah digariskan sejak awal. Klub sudah salah sejak dari perekrutan. Mereka memilih Conte karena ia punya pengalaman juara segudang. Mereka bertujuan mengakhiri paceklik trofi yang sudah berlangsung selama 15 tahun.
Baca juga : Antonio Conte Mengubah Para ”Pecundang” Jadi Pemenang
Namun, target itu kurang realistis. Skuad Spurs saat ini belum mendekati kualitas juara, seperti sering dikatakan Conte. Klub juga tidak bisa maksimal memfasilitasi sang manajer dalam jendela transfer karena bukan klub kaya raya seperti Chelsea. Adapun Conte hanya dikontrak 18 bulan untuk membangun tim juara.
Manajer 53 tahun itu berada di waktu dan tempat yang salah. Dia selalu menuntut anak asuhnya bermental juara. Hanya saja, butuh waktu mengubah karakter tim yang tidak juara sejak 2008. Dia pun terjebak dalam tekanan para penggemar dan inkonsistensi performa timnya, hingga berujung meledak saat konferensi pers.

Manajer Tottenham Hotspur Antonio Conte meninggalkan lapangan setelah pertandingan Liga Inggris antara Southampton dan Tottenham di Stadion St Mary, Southampton, Inggris, Sabtu (18/3/2023).
Conte bukan pesulap yang bisa mengubah kualitas skuad. Dia hanya bisa memaksimalkan kualitas tim. Ketika mengantar Chelsea juara liga pada musim 2016-2017, misalnya, dia mampu optimal karena kualitas skuad mumpuni. Skuad itu sudah juara liga dua musim sebelum Conte datang.
Kesalahan perencanaan
Spurs pun tidak pernah memulai dan mengakhiri musim dengan manajer yang sama sejak 2018-2019. Hal itu memperlihatkan betapa buruknya perencanaan manajemen ”Si Lili Putih”. Mereka tidak tahu apa yang diinginkan ketika merekrut Conte, Jose Mourinho, dan Nuno Espirito Santo.
Baca juga : Conte Lambaikan ”Bendera Putih”
Pada Mei 2021, Levy berjanji untuk menjadikan Spurs sebagai tim yang tampil ofensif dan terbuka. Namun, hanya beberapa bulan setelah itu, dia merekrut Conte. Adapun Conte selalu dikenal dengan permainan pragmatis, mengutamakan hasil. Bukan salah Conte kalau Spurs bermain membosankan seperti yang dikritik oleh para pendukung.
Ucapan Conte menjadi masuk akal. Dia sempat menyiratkan visi buruk pemilik klub sebagai penyebab paceklik juara Spurs. ”Itulah kisah Tottenham, (selalu sama) selama 20 tahun dengan sang pemilik (Levy). Pertanyaannya, mengapa mereka tidak pernah menang?” ujarnya.
Perencanaan saat ini akan menjadi sangat krusial untuk masa depan Spurs, apakah mereka akan bangkit atau terus berada di posisi sama. Manajemen klub harus memiliki cetak biru untuk beberapa tahun mendatang. Semua itu bisa diawali dengan penentuan manajer baru pada musim depan.

Mantan Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino pada pertandingan Liga Champions Grup B di Stadion Tottenham Hotspur, London, Rabu (23/10/2019) dini hari, antara Tottenham Hotspur melawan Crvena Zvezda. Pochettino dipecat oleh Spurs pada Rabu (20/11/2019).
Sebagai tim dengan kualitas tidak terlalu istimewa dan dana terbatas, Spurs sebenarnya paling cocok mengandalkan sistem pembinaan pemain muda. Sistem itu berhasil di era Pochettino. Dia berhasil mengorbitkan pemain, seperti Kane dan Dele Alli, sekaligus mencapai final Liga Champions.
Spurs bisa mencontoh tim tetangga sekaligus rival abadi, Arsenal. ”Si Meriam” memercayai proses kepada manajer termuda di liga, Mikel Arteta, untuk membangun skuad muda. Hasilnya, setelah tiga musim, mereka bisa bersaing meraih gelar juara liga musim ini. Kuncinya adalah rencana matang dan percaya proses.
Baca juga: Hilangnya Identitas Conte bersama ”Si Lili Putih”
Beberapa kandidat manajer bisa menjadi opsi terbaik, seperti Julian Nagelsmann atau kembali ke Pochettino. Nagelsmann bisa mengangkat tim muda dengan permainan menghibur ketika di Hoffenheim dan Leipzig. Sementara itu, Pochettino sudah terbukti bisa berbicara banyak di Spurs pada 2014-2019.
”Anda bisa melihat betapa berbeda MU beberapa tahun terakhir dengan musim ini ketika punya manajer yang tepat. Semuanya berbalik ke arah positif. Itu yang harus dilakukan Tottenham. Semua kandidat manajer baru akan berisiko untuk Spurs, hanya Pochettino yang tidak terlalu bersiko dan diinginkan pendukung,” kata mantan Manajer Spurs dan tim nasional Inggris, Glenn Hoddle.

Ekspresi mantan Manajer Tottenham Hotspur asal Argentina, Mauricio Pochettino, dalam foto yang diambil pada 4 Agustus 2019. Pochettino merupakan kandidat manajer yang cocok untuk Tottenham Hotspur setelah berpisah dengan manajer sebelumnya, Antonio Conte.
Baca juga: Mengintip Latihan Bermental Pemenang ala Spurs di London
Di sisi lain, penyerang ikonik Spurs Harry Kane sudah berusia 29 tahun. Seperti diketahui, membangun ulang skuad membutuhkan waktu cukup lama. Waktu pun menjadi dilema bagi Spurs. Mereka harus memilih untuk juara secepat mungkin bersama Kane yang tidak realistis atau fokus menatap masa depan. (AP/REUTERS)