Dua status dipertaruhan petenis berusia 19 tahun, Carlos Alcaraz, saat tampil di ATP Masters 1000 Miami. Dia harus mempertahankan gelar juara dan status sebagai petenis nomor satu dunia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MIAMI, JUMAT — Untuk pertama kali dalam perjalanan karier sebagai petenis profesional, Carlos Alcaraz tiba di turnamen untuk mempertahankan gelar juara ATP Masters 1000. Selain gelar juara, status peringkat teratas dunia juga menjadi taruhan petenis Spanyol berusia 19 tahun itu di Miami.
Alcaraz menjalani laga perdana Miami Masters pada babak kedua ketika berhadapan dengan Facundo Bagnis di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Jumat (24/3/2023) sore waktu setempat atau Sabtu dini hari waktu Indonesia. Dia hanya membutuhkan waktu 65 menit untuk mengalahkan petenis Argentina peringkat ke-100 dunia itu dengan skor 6-0, 6-2.
Sebagai juara bertahan, Alcaraz harus mempertahankan 1.000 poin yang didapatnya setelah mengalahkan Casper Ruud pada final 2022. Jika tidak, dia akan kehilangan posisinya di puncak peringkat yang didapat kembali setelah menjuarai Indian Wells Masters, pekan lalu.
Seandainya Alcaraz tak bisa mempertahankan gelar, posisi tertinggi dalam daftar peringkat akan kembali ke tangan Novak Djokovic yang absen. Petenis Serbia itu tidak bisa memasuki AS karena tak pernah divaksin Covid-19.
Alcaraz menikmati puncak peringkat dunia untuk pertama kalinya pada September 2022 setelah menjuarai Grand Slam AS Terbuka. Djokovic menggantikannya pada 30 Januari 2023 seusai meraih gelar juara Australia Terbuka yang merupakan gelar Grand Slam ke-22. Di sisi lain, Alcaraz absen di Melbourne Park karena cedera.
Ketika Djokovic absen di Indian Wells karena masalah vaksin Covid-19, Alcaraz memanfaatkan peluang tersebut. Dia menjadi juara tanpa kehilangan satu set pun.
Saya harus benar-benar fokus pada pertandingan pertama, apalagi mengawali sebuah turnamen tak pernah mudah. Kondisinya berbeda dengan turnamen sebelumnya.
Di Miami, meski baru menjalani babak kedua, Alcaraz begitu fokus saat melawan Bagnis. ”Saya harus benar-benar fokus pada pertandingan pertama, apalagi mengawali sebuah turnamen tak pernah mudah. Kondisinya berbeda dengan turnamen sebelumnya,” kata Alcaraz dalam laman resmi ATP.
Cuaca di Miami lebih lembab dibandingkan dengan di Indian Wells, California. Lapangan pun berkarakter lebih cepat. Maka, menyesuaikan diri dengan kondisi baru dengan jeda lima hari bukanlah hal yang mudah.
Namun, Alcaraz yang pada tahun ini berupaya menerapkan pendekatan menikmati setiap pertandingan tampil dominan. Pada set pertama, dia hanya kehilangan tujuh poin.
Bagnis memujinya sebagai petenis yang penuh talenta. ”Dia punya kecepatan dan pukulan yang cocok di semua lapangan. Saat saya melawan Daniil (Medvedev) di Roland Garros, permainan dia sedikit bertahan. Andy Murray juga. Sementara, Carlos adalah kombinasi antara Roger Federer dan Rafael Nadal,” tutur petenis berusia 33 tahun tersebut.
Sebelum dua kali bersaing di turnamen ATP Tour, Alcaraz dan Bagnis pernah bertemu pada turnamen profesional dengan level lebih rendah, yaitu ATP Challenger pada 2020 dan 2021.
Pertemuan pertama terjadi pada perempat final ATP Challenger Cordenons, Italia, pada 2020 saat Alcaraz berusia 17 tahun. Bagnis tak bermain baik hingga kalah dalam tiga set.
Setahun berikutnya, mereka bertemu kembali di Oerias, Portugal, kali ini dalam laga final. Bagnis yakin bahwa laga itu menjadi kesempatan baginya untuk menang. Namun, dia akhirnya kalah dalam dua set.
”Kami berkali-kali latihan bersama dalam turnamen dan saya bisa melihat perkembangan Carlos. Di Cordenons, saya menilai servis dia tak begitu bagus. Saat ini, saya tidak bisa menilai hal yang sama. Dia sangat kuat dan bisa bergerak dengan cepat,” ujarnya.
Bagnis, bahkan, menyebut Alcaraz seperti ”pembunuh”. ”Dia selalu menyerang dengan berbagai trik. Saya bagai tak bisa bernapas saat melawan Carlos,” ucap Bagnis.
Selain Alcaraz, kemenangan dua set didapat unggulan ketiga, Ruud, Andrey Rublev (6), Taylor Fritz (9), dan Jannik Sinner (10). Adapun unggulan ke-14, Alexander Zverev, ditaklukkan petenis Jepang, Taro Daniel, 0-6, 4-6.
Aldila kalah
Pada bagian putri dalam turnamen berlevel WTA 1000, petenis Indonesia, Aldila Sutjiadi, tersingkir pada babak pertama ganda putri bersama Miyu Kato. Mereka kalah dari unggulan keenam Storm Hunters/Elise Mertens (Australia/Belgia) 3-6, 6-7 (1).
Sebelum tampil di Miami, Aldila/Kato mencapai prestasi tertinggi dalam karier mereka ketika tampil pada semifinal WTA 1000 Indian Wells. Sebelum dikalahkan Beatriz Hadad Maia/Laura Siegemund (Brasil/Jerman), mereka menyingkirkan petenis top yang menjadi unggulan kedua, Cori ”Coco” Gauff/Jessica Pegula, pada babak kedua.
Dari babak kedua tunggal putri, Bianca Andreescu memenangi laga selama 3 jam 4 menit saat berhadapan dengan unggulan ketujuh, Maria Sakkari. Andreescu menang dengan skor 5-7, 6-3, 6-4 untuk berhadapan dengan Sofia Kenin pada babak ketiga.
Sementara, tekad Ons Jabeur untuk bangkit digagalkan Varvara Gracheva. Jabeur kalah 2-6, 2-6 dari petenis yang lolos lewat babak kualifikasi itu.
Dengan demikian, harapan petenis Tunisia itu untuk bangkit dari performa buruknya pada awal 2023 ini belum tercapai. Setelah tampil pada semifinal WTA 500 Adelaide pada turnamen pertamanya tahun ini, dia tak pernah menang dalam lebih dari satu pertandingan pada tiga turnamen berikutnya. Jabeur tersingkir pada babak kedua Australia Terbuka, lalu babak ketiga di Indian Wells dan Miami.
Petenis berusia 28 tahun itu terganggu cedera lutut yang membuatnya harus menjalani operasi kecil setelah Australia Terbuka. Sebelum berhadapan dengan Gracheva, dia yakin bisa bangkit di Miami karena kondisi fisiknya mencapai 80-90 persen. Namun, finalis Wimbledon dan AS Terbuka 2022 itu harus menanti turnamen lain untuk mewujudkan targetnya. (AFP)