Tinggal Menyisakan Kekurangan Minor, Palembang Optimistis Lolos Verifikasi FIFA
FIFA menilai masih ada sejumlah detail kecil yang perlu dibenahi oleh Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang untuk melaksanakan Piala Dunia U-20 2023. Pemerintah dan pengelola stadion optimistis bisa membenahi semuanya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH, RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS – Dalam inspeksi terakhir jelang Piala Dunia U-20 2023, Kamis (23/3/2023), Federasi Internasional Asosiasi Sepak Bola atau FIFA menilai masih ada sejumlah detail kecil yang perlu dibenahi oleh Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan untuk melaksanakan ajang dua tahunan tersebut. Pemerintah maupun pengelola stadion itu optimisi bisa membenahi semua kekurangan dan terpilih sebagai salah satu tuan rumah.
Kekurangannya tinggal masalah yang minor saja. Tadinya, target kami semuanya beres pada 31 Maret. Tetapi, FIFA lebih dulu datang dan melihat ada sejumlah bagian yang belum clean and clear.
”Kekurangannya tinggal masalah yang minor saja. Tadinya, target kami semuanya beres pada 31 Maret. Tetapi, FIFA lebih dulu datang dan melihat ada sejumlah bagian yang belum clean and clear,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PU Perkim) Sumatera Selatan (Sumsel) Basyaruddin Akhmad usai mendampingi tim dari FIFA.
Tim verifikasi FIFA yang berjumlah sekitar 10 orang mengecek Kompleks Jakabaring Sport City yang menjadi pusat pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Palembang, yakni Stadion Gelora Sriwijaya dan tiga lapangan latihan, terdiri dari lapangan atletik, lapangan bisbol, dan lapangan panahan. Itu dilakukan antara pukul 08.00 hingga 14.00.
Inspeksi dilakukan sangat detail mulai dari kursi tribune, pola sirkulasi penonton menuju dan keluar stadion, rumput lapangan, pencahayaan atau lampu lapangan, ruang loker, akses untuk disabilitas, parkir untuk kendaraan, hingga kapasitas tenaga listrik. Setelah itu, mereka menyempatkan diri melihat lapangan latihan lainnya dengan detail yang sama antara pukul 14.30-15.00, yaitu Stadion Bumi Sriwijaya yang berjarak sekitar 10 kilometer ke arah barat laut. Selepas inspeksi, tim dari FIFA dan panitia lokal Indonesia tidak bersedia berbicara kepada media mengenai hasil pemeriksaan tersebut.
Basyaruddin mengatakan, kekurangan-kekurangan minor itu sudah dikerjakan dan akan tuntas dengan semua pekerjaan lain paling lambat 1 April. Kekurangan minor itu, antara lain pemotongan pagar penonton agar pandangan penonton tidak terganggu. Lalu, membereskan royal box atau ruangan khusus untuk tamu utama, lobi dan jalur menuju stadion, dan ruang singgah tamu.
Kemudian, merapikan pepohonan di sekitar parkiran dan segera menyiapkan kain hitam untuk menutup pagar lapangan latihan guna menjaga privasi latihan tim bersangkutan. Secara keseluruhan, Dinas PU Perkim Sumsel turut memberikan sentuhan kearifan lokal untuk bagian eksterior dan interior stadion, seperti ornamen hiasan ukiran kayu dan motif songket khas Palembang di fasad stadion dan ruang loker.
”Untuk pemasangan papan skor berlayar raksasa baru, papan skor itu baru sampai Palembang besok. Nanti, layar itu akan dipasang dengan struktur baja. Mudah-mudahan, Senin atau Selasa sudah selesai. Ukuran layar itu kurang lebih seperti yang ada di Stadion Utama Gelora Bung Karno,” kata Basyaruddin.
Menurut Basyaruddin, dengan semua upaya itu, pihaknya optimis Palembang terpilih sebagai salah satu tuan rumah Piala Dunia U-20 di tengah isu ada arena atau kota yang akan dicoret. Namun, mereka tidak bisa memastikan itu karena keputusan akhir menjadi hak prerogratif FIFA. ”Kami juga menunggu hasil pengumuman FIFA yang mungkin disampaikan sehabis Maret. Yang jelas, mereka sangat detail dan informasinya agak tertutup,” tuturnya.
Menunggu mesin penjahit
Terkait perkembangan kualitas rumput, Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga Sumsel Muhammad Taufik menuturkan, pihaknya masih menunggu mesin penjahit rumput sintetis dan alami (mesin pitch stitching) yang baru tiba di Palembang pada minggu ketiga Mei atau urutan terakhir di antara enam kota kandidat tuan rumah Piala Dunia U-20. Itu lebih lambat dibanding rencana sebelumnya pada minggu ketiga April.
Perubahan rencana itu agak disesalkan karena terlalu mepet dengan jadwal Piala Dunia U-20 pada 20 Mei-11 Juni. ”Sebenarnya, agar rumput tumbuh lebih optimal, kami butuh waktu sekitar satu bulan. Tetapi, karena mesin penjahit rumput baru datang di minggu ketiga Mei, kemungkinan waktu yang tersedia sangat singkat,” ujar Taufik.
Kendati demikian, Taufik menyampaikan, rumput yang ada sudah tumbuh dengan baik dan cukup siap dipakai. Perbaikan rumput di Stadion Gelora Sriwijaya dan empat lapangan latihan dilakukan secara serentak, antara lain disulam dengan rumput jenis Zoysia japonica dari Jepang dalam sepekan ke depan. Rumput jenis itu adalah rumput standar yang ditetapkan FIFA.
Selama proses penyulaman, mereka pun menyemprotkan cairan esensial untuk menyuburkan rumput sehingga bisa digunakan. Agar kondisi rumput lebih terjaga, mereka melarang adanya aktivitas di atas lapangan. ”Rumput jenis ini perlu istirahat. Bahkan, lapangan ini hanya bisa digunakan maksimal tiga kali seminggu,” kata Taufik.
Direktur Utama PT Jakabaring Sport City Meina Paloh mengutarakan, secara keseluruhan Stadion Gelora Sriwijaya dan tiga lapangan latihannya bagus di mata FIFA. Kekurangannya cuma terkait hal-hal minor. ”Dengan semua pihak terkait, kami akan bereskan semua kekurangan itu paling lambat awal April ini. Kami yakin Stadion Gelora Sriwijaya akan dipilih oleh FIFA, yang penting kami sudah berupaya semakimal mungkin,” tuturnya.
Ketua Komite Umum dan Organisasi PSSI Sumsel Faisal Mursyid mengatakan, dirinya sudah ikut menyiapkan Piala Dunia U-20 di Palembang sejak tiga tahun lalu. Dia melihat FIFA serius bekerja dan memberikan penilaian ataupun rekomendasi untuk perbaikan di Palembang. Itu artinya FIFA ada niat menjadikan Palembang sebagai salah satu tuan rumah.
”Kami berharap Palembang benar-benar bisa menyelenggarakan Piala Dunia U-20. Itu sangat penting sebagai pemicu untuk membangkitkan kembali animo, fanatisme, dan semangat pembinaan sepak bola di Palembang dan Sumsel yang tenggelam sejak Sriwijaya FC terdegradasi ke Liga 2,” pungkas Faisal yang turut menjabat Sekretaris Perusahaan PT Sriwijaya Optimis Mandiri.